Let The Mangaka to be The Heroine (Mibuchi x Reader)

Genre: Romance
Rate: T

Ohisashiburi, readertachi~! Sudah berapa minggu author somplak ini tidak meng-update fanfic nya? Maa, maafkan author yang tak bertanggung jawab ini. Nee, kali ini saya bawa wakil kapten tim basket SMA Rakuzan, Mibuchi Leo/Reo (?) Douzo~
Saa, jaa matta, readertachi~!

'Ayo, (First name)! Kau pasti bisa! Ganbarimasu!'

Pagi itu seorang gadis sudah berlari memasuki gedung SMA Rakuzan dengan terburu-buru. Di pagi yang cerah tersebut, (Your name), murid kelas dua di SMA Rakuzan terlambat. Saat bel masuk berbunyi, ia baru sampai di pintu utama gedung sekolahnya, padahal kelas yang ia tempati berada di lantai dua.

'Hidoi! Ini semua salahmu draft sialan! mengapa pula kau harus hilang tadi malam?!', rutuk (Your name) kesal dalam hati.

Gadis itu benar-benar jengkel. Seandainya saja draft manga yang ia miliki tidak hilang, pasti pagi itu dia tidak perlu berlari-lari seperti ini. Namun salah (Your name) sendiri juga karena dengan teledor menaruh barang yang penting. Mungkin jika ia menaruh dengan cermat pasti tidak ada acara pencarian draft yang berakhir pukul setengah satu pagi itu. Ya, setengah satu pagi. (Your name) mencari draft itu ke seluruh bagian rumahnya, bahkan ia sampai mengobrak-abrik kamar tidurnya demi menemukan draft tersebut. Dan pukul setengah satu pagi barulah draft manga itu ditemukan.

(Your name) sendiri merupakan mangaka genre romance yang bisa dibilang terkenal. Jika sudah bergelut dengan dunia komik, ia berubah menjadi Aikawa Kuroyuki, nama yang ia pakai untuk menyembunyikan identitas aslinya. Sekalipun (Your name) merupakan mangaka terkenal, namun hanya satu orang yang mengetahui rahasia besarnya tersebut, dan orang itu adalah sahabatnya sendiri. Saudara bahkan kedua orangtua nya pun tidak mengetahui hal itu.

'Yosh! Tinggal beberapa meter lagi!', seru (Your name) dalam hati penuh semangat saat ia sudah sampai di lantai dua gedung SMA Rakuzan.

Walau (Your name) sudah sampai di lantai dua, ia tetap tak henti-hentinya memeriksa jam tangan yang ia kenakan, memprediksi waktu kedatangan guru yang mengajar saat itu. Sambil berlari, (Your name) masih sibuk dengan jam tangannya, hingga ia sendiri kini tak menyadari bahwa ada orang lain yang sedang berjalan di depannya.

"Sumimasen!", seru (Your name) sambil menengokkan kepala sebentar ke belakang, mencari tahu siapakah orang yang ia tabrak sehingga membuatnya kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh itu.

Dan saat ia menyadarinya, seketika (Your name) menjadi gugup. (Your name) baru saja menabrak Mibuchi Reo, teman sekelasnya sekaligus orang yang diam-diam ia sukai.

"M-Mibuchi-san?! S-sumimasen!", tambah (Your name) gugup kemudian menambah kecepatan larinya, meninggalkan Mibuchi berdiri disana sendirian dengan wajah bingung.

.

"Hal itu benar-benar memalukan. Kau tahu? Aku menabraknya, (Best friend's name)"

Bel istirahat sudah berbunyi, dan sekarang (Your name) bersama sahabatnya sedang makan bersama di kantin sekolah. Gadis bersurai (Hair colour) itu menceritakan kejadian yang ia alami tadi pagi, saat dirinya dengan tanpa sengaja menabrak salah satu anggota tim basket sekolahnya, Mibuchi Reo.

(Best friend's name) tertawa menanggapi cerita sahabatnya itu. "Kau menabraknya? Bagaimana bisa? Biar kutebak. Kau sibuk dengan jam tanganmu?"

(Your name) menghela nafas. "Kau sudah tahu jawabannya"

Tawa dari (Best friend's name) kembali terdengar. "Lain kali jika kau terlambat lebih baik tinggalkan saja jam tanganmu"

"Aku tidak bisa. Benda ini membantuku memprediksi waktu kedatangan guru", timpal (Your name) sambil menunjuk jam berwarna hitam di pergelangan tangannya.

"Terserah kau sajalah. Aku tahu nilai sains mu sempurna di ulangan kemarin", balas (Best friend's name) dengan bosan. "Saa, ayo kembali ke kelas"

"Baiklah", jawab (Your name) mengemasi bekalnya lalu menyusul sang sahabat yang sudah berjalan lebih dulu.

Berjalan keluar dari kantin, (Your name) mendapati Mibuchi yang berjalan kewrahnya. Saat ingin menghindar, Mibuchi sudah lebih dulu menyapa.

"(Last name)-chan"

Seketika seluruh badan (Your name) menegang. Dia gugup, sangat gugup. (Your name) mulai mendengar suara langkah kaki Mibuchi yang semakin mendekat kearahnya.

"(Last name)-chan, aku-"

"A-ano, Mibuchi-san. S-sumimasen! Kami ada urusan!", sela (Your name) kemudian langsung menarik sahabatnya pergi.

Mibuchi yang melihat hal itu kembali terdiam dengan bingung. Setelah itu helaan nafas keluar dari mulutnya. Dia tahu betul sebenarnya (Your name) tadi hanya menghindar. Akhirnya, daripada membuang waktu, ia pun juga memilih untuk melangkah pergi, lagipula sebentar lagi pelajaran selanjutnya akan segera dimulai.

.

"Hua! Dimana?! Kemana hilangnya benda itu?!"

"Sekarang apa lagi?"

"Notes ku yang berharga! Huaa~!"

Helaan nafas keluar dari mulut (Best friend's name), tak henti-hentinya ia berfikir bagaimana bisa seorang gadis yang pandai seperti (Your name) begitu teledor? kemarin draft manga yang menghilang, dan sekarang notes penting yang tak diketahui keberadaannya.

"Kau ini bagaimana?! Bukannya sejak tadi kita membuka tas?! Tapi mengapa kau baru menyadarinya sekarang?!"

"Huaa~! Jangan menyalahkanku! Salahkan notes ku yang pergi tidak bilang-bilang!", bantah (Your name) dengan argumen yang di luar nalar.

Sang sahabat yang mendengar alasan konyol itu pun hanya bisa mengusap wajah kesal.

"Kalau begitu tak usah basa-basi lagi! Ayo cari!"

Dan tanpa aba-aba apapun (Your name) sudah berhasil ditarik paksa oleh sahabatnya berjalan keluar dari kelas.

.

"Nihil. Aku tidak menemukannya"

(Your name) berjalan dengan lesu menuju sang sahabat yang tengah duduk di bangku taman sekolah. Seluruh lantai dua gedung sekolah sudah ia periksa namun notes nya belum juga ditemukan.

"Aku juga. Padahal seluruh kelas di lantai satu sudah kuperiksa", balas (Best friend's name) tak kalah lesu. "Aku tahu!", seru gadis itu tiba-tiba penuh semangat. (Your name) yang mendengarnya langsung merasakan firasat buruk.

"Apa?", tanya (Your name) ragu.

"Ayo kita ke gymnasium!", seru (Best friend's name) penuh semangat.

"Apa?! Tidak mau! Sekarang tim basket sedang berlatih, baka!", tolak (Your name) mentah-mentah.

"Oh, ayolah, (First name). Mibuchi-kun ada disana. Bukankah tadi pagi kau menabraknya? Siapa tahu dia yang membawa notes mu?"

(Your name) terdiam kehabisan kata-kata. Apa yang diucapkan sahabatnya bisa saja benar.

"M-mungkin kau benar juga. T-tapi tetap saja aku tidak mau!", balas gadis bersurai (Hair colour) itu bersikeras dengan pilihannya.

"Mou, mangaka-chan! Apa salahnya mencoba?! Sudahlah! Jangan menjadi penakut seperti itu! Ikuti saja aku!"

"Aku tidak pena- hey! Jangan menarikku lagi!"

(Your name) baru saja ingin memberontak namun sayangnya ia sudah lebih dahulu ditarik paksa lagi oleh si sahabat. Alhasil mau tak maupun ia mendatangi gym juga pada akhirnya.

.

Kedua gadis itu kini telah sampai di depan pintu gymnasium SMA Rakuzan. Untuk sesaat keduanya hanya berdiri disana tanpa sepatah katapun hingga (Your name) tersadar dan mulai mencoba untuk lari lagi.

"B-baiklah. Kita lanjutkan saja ekspedisi pencarian notes ku ini esok hari! J-jaa!"

"Chotto matte, tsundere mangaka-chan! Kita sudah sampai disini, jadi ayo masuk saja!", titah (Best friend's name) yang berhasil menahan (Your name) untuk kesekian kalinya.

"Aku tidak tsundere! Sudah kubilang aku-"

"(Last name)-chan?"

Perkataan (Your name) belum sempat diselesaikan namun sudah lebih dulu terpotong oleh suara dari belakangnya. Sontak kedua gadis itu membalikan badan dan seketika (Your name) mematung. Pantas saja ia tidak merasa asing dengan suara tadi, ternyata suara yang sempat memotong ucapannya tersebut berasal dari wakil kapten tim basket sekolahnya, Mibuchi Reo.

"Yo, Mibuchi-kun!"

"M-Mibuchi-san?!"

Mibuchi tersenyum menanggapi. dengan konstan ia langkahkan kakinya menghampiri kedua gadis itu.

"Apa yang kalian lakukan disini?"

(Your name) baru saja ingin angmat bicara namun sayang sudah lebih dulu dipotong oleh sahabatnya.

"Kami ingin menonton latihanmu!", jawab (Best friend's name) sambil tersenyum.

Awalnya Mibuchi kaget tapi kemudian dengan senang hati ia mengajak kedua gadis tersebut memasuki gym.

.

Tiupan peluit yang menandakan bahwa latihan basket untuk saat itu selesai terdengar. Seluruh anggota yang berlatih segera berjalan mendatangi bench, disana (Your name) dengan sahabatnya hanya bisa duduk diam dengan canggung, wajar saja karena ini kali pertama bagi mereka melihat latihan tim basket.

"Nee, (Last name)-chan. Apa ada yang ingin kau bicarakan padaku?", tanya Mibuchi sambil menghampiri (Your name).

"K-kurasa tidak"

Dan entah karena apa, (Your name) seketika lupa dengan tujuan utamanya berada di gym. Ia lupa bahwa keberadaannya disana karena ingin menanyai Mibuchi tentang notes nya yang hilang.

"Sou ka. Nee, apa kau mau pulang bersamaku?", tawar Mibuchi sambil tersenyum, membuat (Your name) yang melihatnya salah tingkah.

"A-ano.. e-etto.. T-tentu saja kami mau! iya 'kan?!", balas gadis bersurai (Hair colour) itu sambil menepuk punggung sahabatnya cukup keras.

"Maa, gomen ne. Aku ada acara!", respon (Best friend's name) sambil tertawa canggung, antara kesal karena rasa sakit di punggungnya dan bahagia karena berhasil menjahili sahabatnya. "Saa, aku peegi dulu! Kalian pulanglah berdua!"

Belum sempat (Your name) menyerukan protes, akan tetapi sahabatnya sudah lebih dulu pergi.

.

Hening menyelimuti perjalanan kedua remaja satu kelas yang berbeda gender itu. Si gadis sibuk dengan pikirannya sendiri sedangkan sang pemuda merasa bingung untuk memulai obrolan.

'Rasanya aku tahu semua kejadian ini. Tapi aku tidak merasa pernah mengalaminya', ujar (Your name) dalam hati.

Gadis itu terus saja sibuk mengingat-ingat hingga akhirnya ia sadar, kejadian yang ia alami hari itu sama dengan hal yang ia tulis di notes nya.

'Ah iya! Notes ku!', seru (Your name) dalam hati dengan kaget. "Ano, Mibuchi-san! Apa-"

"Nee, (Last name)-chan. Ayo ke taman itu dulu!"

Mibuchi tak membiarkan gadis disampingnya menyelesaikan ucapannya tadi. Ia lebih dulu menarik tangan gadis itu dan membawanya duduk di bangku taman yang mereka lewati. Sekali lagi hening melanda. (Your name) kembali merasa gugup. Duduk berdua di satu bangku dengan orang yang disukai tentunya membuat gadis itu nervous.

"Jadi, apa yang tadi ingin kau katakan, (Last name)-chan?"

"A-ano.. Apa Mibuchi-san tahu notesku?", balas (Your name) gugu.

Mibuchi hanya begumam. Kemudian ia mengambil tas nya lalu mengeluarkan sesuatu, notes (Your name) yang ia bawa.

"Saa, douzo, Aikawa Kuroyuki-san", ujar Mibuchi sambil tersenyum mengulurkan notes itu.

Ekspresi bahagia seketika menyelimuti wajah (Your name), ia tersenyum senang. "Arigatou, Mibuchi-san!", seru gadis itu riang, belum menyadari bahwa Mibuchi baru saja mengetahui identitasnya sebagai mangaka. "E-eh?! C-Chotto matte! Barusan kau memanggilku apa?!", dan seketika gadis itu salah tingkah sendiri.

"Aikawa Kuroyuki-san?", ulang Mibuchi masih tersenyum.

(Your name) semakin merasa salah tingkah. Ia sendiri bingung harus berkata apa. Mibuchi sudah mengetahui rahasianya. Sekarang apa yang harus gadis itu lakukan?

Di tengah pertanyaan yang ia lontarkan kepada diri sendiri, tanpa sepengetahuan (Your name), Mibuchi sudah menempatkan dirinya di hadapan gadis itu. Dengan posisi berlutut layaknya pangeran di hadapan sang permaisuri, Mibuchi menatap gadis di hadapannya sambil tersenyum.

"Maa, (Last name)-chan. Sebelumnya aku meminta maaf karena telah membaca notes tanpa izin. Tapi berkat notes itu sekarang aku memiliki keberanian untuk memberitahumu sesuatu", Mibuchi memberi jeda pada kalimatnya. Perlahan ia menggenggam kedua tangan (Your name) dan sekali lagi menatapnya sambil tersenyum. "Nee, (Last name)-chan. Maukah kau menjadi kekasihku?"

Mendengar seluruh ucapan Mibuchi membuat (Your name) kehilangan kata. Gadis itu merasa senang tentunya, namun di satu sisi pikirannya tak berhenti menanyakan mengapa Mibuchi sengaja membuat semua yang terjadi hari ini seperti apa yang ada dalam notes nya?

"Untuk kali ini, biarlah sang mangaka yang benar-benar menjadi heroine nya"

Ucapan Mibuchi barusan berhasil membuat (Your name) membulatkan kedua matanya kaget. Apakah Mibuchi sadar bahwa heroine dan hero yang ia buat merupakan penggambaran dia dan (Your name) sendiri? Apakah Mubuchi sadar bahwa manga yang (Your name) buat merupakan khayalannya dengan Mibuchi? Mengingat semua itu membuat rona merah sukses memenuhi wajah (Your name).

"K-Kalau begitu aku.. Y-Yah kau tahu sendiri 'kan jawabanku apa? Mibuchi-san s-sudah melihat isi notesku 'kan? D-dan kupikir Mi-Mibuchi-san juga sudah menyadarinya", ujar (Your name) tak mau menjawab langsung pertanyaan Mibuchi.

Mibuchi tersenyum menyadari bertapa tsundere nya gadis yang ia sukai tersebut. Lalu karena rasa senangnya, ia pun mendekat untuk memeluk gadis di hadapannya itu.

"Kalau begitu mulai sekarang panggil aku 'Reo'. Wakarimasu ka, (First name)-chan?", tanya Mibuchi masih tersenyum.

"H-Hai. Wa-wakarimasu, R-Reo-k-kun", balas (Your name) tak berani menatap sang wakil kapten.

Dan pada akhirnya kedua remaja itu melanjutkan perjalanan mereka. Sambil bergandegan tangan keduanya pun berjalan pulang bersama.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top