SESAKIT INIKAH MENCINTAIMU?
"Apakah sesakit ini mencintai kamu, Ali?" batin Prilly saat ini sedang duduk di bibir pantai sambil memandang ke depan, melihat hamparan luas perairan yang memantulkan cahaya dari rembulan melingkar utuh.
"Aku merindukanmu," lirih Prilly.
Mata berbulu lentik itu, mengeluarkan buliran bening dari mata indahnya.
"Ehem!" Suara berdehem terdengar dari belakang Prilly.
Prilly menoleh, memastikan siapa orang yang datang mengganggu ketenangannya.
"Kamu kenapa di sini sendirian Angel? Sudah larut malam masih melamun di sini? Ayo masuk! Nanti kamu sakit!" ajak Danu berdiri di belakang Prilly, melipat kedua tangannya di depan dada.
"Sebentar lagi Bang. Aku masih ingin di sini menikmati tiupan angin malam yang menyejukan dan memenangkanku," tolak Prilly kembali memeluk dirinya sendiri, karena dia sebenarnya merasa kedinginan.
"Bukannya tenang justru nanti membuat kamu sakit. Ayo!" paksa Danu menarik tangan Prilly agar berdiri.
"Iiiissshhh Abang!" Prilly mengikuti Danu berjalan di belakangnya.
Sambil mengerucutkan bibir dan menggerutu tidak jelas. Sebenarnya dia belum ingin masuk ke rumah, dia masih ingin menikmati kesendiriannya. Los kontak dengan Ali, membuat hidupnya hampa tak memiliki arah tujuan.
***
Di lain tempat, Ali terlihat lebih baik dari hari sebelumnya, saat dia benar-benar rapuh. Walau bekas luka di tangannya belum kering dan badannya yang dulu kekar, sekarang tampak kurus dan terlihat tidak terurus.
Hingga sekarang dia tidak pernah keluar kamar. Soal makan Rosefa selalu menyuruh asisten rumah tangganya, untuk mengantarkan ke kamar, sekaligus membersihkan kamar Ali. Cemal terlihat masuk ke kamar Ali. Sang pemilik kamar didapatinya sedang melihat lembar candid foto Prilly, duduk berselonjor di atas ranjang.
"Li?" panggil Cemal sedikit berbisik, agar tak ada orang yang mendengarnya berada di dalam kamar itu.
Ali menoleh sekilas, lantas dia menghela napas dalam. Menyimpan foto-foto Prilly ke dalam laci nakas samping tempat tidurnya.
"Ada kabar apa lagi yang Abang dapat?" tanya Ali setelah Cemal berdiri di samping ranjangnya.
Cemal duduk di tepi ranjang. "Abang sampai sekarang belum mengetahui keberadaan Prilly. Keluarganya benar-benar pintar menyembunyikannya. Li, yang Abang dengar, PT Sudradjat Furniture sedang mengalami kerugian sangat besar. Perusahaannya sedang di ujung tanduk saat ini."
Ali yang mendengar informasi dari Cemal terlihat sangat geram dan begitu emosi. Ia bangkit dari bersandar dan menatap Cemal tajam.
"Kenapa bisa seperti itu?" tanya Ali mengecilkan suaranya, menahan emosi.
Memang banyak yang terjadi setelah Ali meninggalkan perusahaan Sudradjat. Mitra usaha Reza, satu per satu memutuskan kerja sama. Tender apa pun yang diikuti tak pernah dia dapat. Entahlah, apa ini semua permainan politik? Ataukah dendam pribadi, atau apa? Ini semua masih menjadi misteri.
"Sekarang yang mengurus perusahaannya, Pak Sudradjat sendiri. Menantunya meneruskan dan menjadi General Manager di perusahaan papanya. Sedangkan putri pertamanya tidak bisa membantu Pak Sudradjat dengan maksimal. Jika dia sampai terlilit hutang pada orang yang tidak tepat, Abang yakin perusahaan itu akan bangkrut!" jelas Cemal selama ini diam-diam memerhatikan apa yang terjadi, pada keluarga Reza. Itu dia lakukan, semata-mata demi Ali, dia masih berharap, Ali akan pergi ke Jawa dan meninggalkan warisannya di sini.
Ali terdiam mendengar penuturan abang iparnya itu. Dia sedang berpikir hal apa yang bisa ia bantu untuk keluarga yang sudah memberinya tempat tersendiri di tengah-tengah mereka. Ali sudah sedikit banyak tahu jalan dan prosedur PT Sudrajat Furniture bagaimana. Saat dia bekerja di PT Sudradjat, Reza dulu dengan sabar dan telaten mengajarinya bisnis dan mempercayakan Ali agar menjalankan bisnisnya dengan baik. Cara mempertahankan mutu dan kualitas perusahaan itupun Ali sudah mengetahuinya.
Cemal menepuk bahu Ali. "Heh! Kok malah bengong?"
"Aku sedang berpikir, bagaimana caranya aku keluar dari rumah ini, dan membantu mereka?" tanya Ali berharap Cemal akan membantunya.
Dia menatap Cemal penuh harapan, hanya Cemal satu-satunya orang yang bisa ia andalkan sekarang. Biarpun Cemal hanya menginginkannya pergi demi harta warisan, itu justru menguntungkan Ali. Keserakahan Cemal membawa keberuntungan bagi Ali.
"Abang bisa bantu, tapi dengan syarat." Cemal menyeringai licik menatap Ali.
"Apa mau Abang?" tanya Ali, sebenarnya dia sudah tahu apa yang di inginkan Cemal.
"Kamu harus kembali ke Jawa dan jangan pernah kembali lagi sebelum aku yang menjadi direktur di perusahaan Papa. Dan ingat, kamu tidak boleh membocorkan ini kepada semua anggota keluarga. Ini rahasia antara kita berdua," ujar gamblang Cemal pada Ali.
Ali tersenyum miring. "Ambil saja Bang, aku tidak menginginkannya," kata Ali sambil menepuk bahu Cemal.
"Oke, Abang akan kirim orang untuk mempersiapkan keperluanmu di Jawa nanti. Sekalian Abang akan mencarikanmu tiket pesawat," ucap Cemal sangat antusias membantu Ali untuk pergi dari rumah itu.
"Bagaimana dengan Mama dan Papa?" tanya Ali mengkhawatirkan keadaan orangtuanya.
"Abang yang akan urus," jawab Cemal santai, lalu berdiri menepuk bahu Ali, berpamitan keluar kamarnya.
Terkadang kedengkian dan keserakahan seseorang, justru menguntungkan untuk orang lain.
***
Seperti janji Cemal, kini Ali sudah berada di bandara Adi Sucipto, Jogjakarta. Ali tidak memperdulikan teriakan orangtuanya ketika dia tertangkap kabur dari rumah. Walaupun itu semua ide Cemal, Ali tak ingin keluarganya tahu, bahwa Cemal terlibat dalam pelarian dirinya itu. Yang ada dipikirannya hanya Prilly. Dia harus cepat menemukan Prilly. Hal yang pertama Ali tuju adalah rumah orangtua Prilly.
Dengan tergesa dia keluar dari bandara mencari taksi. Dalam perjalanan ke rumah Reza, perasaan Ali tidak tenang dan selalu saja gelisah. Hatinya gusar dan semakin tidak tenang saat melihat banyak orang berlalu lalang ke luar masuk dari rumah yang sudah lima tahun ia tempati dulu saat menjadi mahasiswa hingga lulus dan sempat bekerja di kantor keluarga keduanya itu. Ali turun dari taksi melihat bendera kuning berkibar di pagar besi. Apalagi, orang-orang berbusana serba hitam, semakin membuatnya tidak karuan.
"Mas, maaf." Dia mencegah seorang pria yang usianya tak jauh beda dengannya. "Siapa yang meninggal?" tanya Ali kepada seseorang yang baru saja keluar dari rumah itu.
"Pak Reza dan Bu Reza," jawab orang itu membuat jantung Ali berhenti seperkian detik.
Kakinya lemas, dan dadanya pun terasa sangat sesak. Tanpa mengucap apa pun, Ali berlari masuk ke dalam rumah. Di sana terlihat Prilly dan Mila menangis di samping jazad orangtuanya. Ali berdiri mematung di ambang pintu. Tas ranselnya dibiarkannya jatuh, perlahan dia menghampiri Prilly yang sudah menangis sesenggukan berpelukan dengan Mila.
"Sayang...," lirih Ali memegang bahunya, berlutut di sebelah Prilly.
Dia menoleh, wajahnya kusam, pipinya tirus, hidung dan matanya memerah. Air mata banjir di pipinya.
"Abang...." Prilly lansung memeluk Ali erat. Menumpahkan kerinduan serta kesedihannya di dalam dekapan pria yang sudah dia nantikan kehadirannya selama ini.
"Mama ... Papa ... Bang...," isak Prilly dalam pelukan Ali. Tak kuasa berkata-kata lagi.
Ali melihat Kevin sedang memeluk Mila, menenangkannya. Kevin mengisyaratkan agar Ali mengikutinya. Paham dengan isyarat itu, akhirnya, Ali pun mengangguk.
"Sayang, sebentar," sela Ali menegakkan tubuh Prilly. "Tunggu ya? Kevin mau bicara denganku," jelas Ali.
Prilly mengangguk dan masih saja sesenggukan. Lantas Ali pun sedikit menjauh dari Prilly dan Mila, menghampiri Kevin.
"Ada apa, Kev?" tanya Ali memeluk Kevin sekilas melepas rindu di antara mereka.
"Bagaimana kabarmu? Aku kira kamu sudah tidak akan kembali lagi," ujar Kevin sangat mencemaskan keadaan sahabat baiknya itu.
"Aku sudah berjanji akan kembali, apa pun yang terjadi, walaupun menyakitkan, aku akan selalu menepati janjiku. Memang sangat sulit menepati janji itu, tapi, aku tidak ingin membuatnya lama menunggu," jelas Ali menatap Prilly yang terus menerus menangis.
"Li," panggil Kevin terdengar sangat serius. "Ada pesan terakhir untuk kamu dari Papa dan Mama, sebelum mereka mengalami kecelakaan," tukas Kevin menatap wajah Ali yang menatapnya serius.
"Apa, Vin?" tanya Ali tak sabar ingin mengetahui pesan apa yang sudah Reza dan Azkia tinggalkan untuknya.
"Nikahi Prilly dan bawa dia ke mana pun kamu berada," jawab Kevin membuat Ali terlihat shock dan dengan cepat mengangguk, menyetujuinya tanpa terbebani apa pun.
"Aku siap menikahinya, walaupun itu harus terjadi saat ini juga, aku sudah siap!" jawab Ali mantap dan yakin.
Semua persiapan dilakukan saat itu juga. Di depan jenazah kedua orangtua Prilly, Ali mengucapkan janji sakral dengan sekali tarikan napas. Dalam keadaan duka, namun memberi hikmah yang tidak terduga, untuk mereka. Selesai ijab kabul jenazah diangkat untuk dimakamkan. Kini, sudah terpenuhi keinginan terakhir orangtua Prilly untuk menjadikan Ali sebagai menantunya. Sepulang dari pemakaman Ali, Prilly, Mila dan Kevin duduk di ruang tamu.
"Li, cepat diurus buku nikahnya. Biar lebih afdol pernikahan tadi," ujar Kevin memeluk Mila yang bersandar di dadanya.
"Iya Vin, makasih sudah banyak membantu. Maaf, aku baru datang dan justru kedatanganku sangat terlambat," sesal Ali menatap Prilly yang juga melendot di dada bidangnya, masih terdengar sesekali sesenggukan.
"Tidak ada kata terlambat Li, semua sudah terjadi. Sekarang Prilly menjadi tanggung jawabmu. Aku nitip dia dan tolong jaga dia. Hanya dia keluarga yang aku miliki sekarang Li," ujar Mila sangat sedih dan masih terpukul atas meninggalnya orangtua yang selama ini sudah menyayangi mereka melebihi apa pun di dunia ini.
Mila mengusap kepala Prilly lembut, adiknya itu terus saja menangis.
"Iya Mil, tanpa kamu meminta, aku akan menjaganya segenap jiwa dan ragaku," jawab Ali tersenyum manis kepada sahabat yang kini sudah resmi menjadi kakak iparnya.
"Kamu bawa Prilly istirahat di kamarnya, Li," perintah Kevin merasa kasihan karena Prilly terlihat sangat lemas.
"Baiklah," jawab Ali.
Ali memapah tubuh Prilly untuk berjalan ke kamarnya. Sampai di dalam kamar, Ali membantu Prilly berebah di atas ranjang. Sisa air mata di wajah cantiknya masih terlihat jelas.
"Sudah jangan menangis lagi. Sekarang aku akan selalu ada di samping kamu ya?" pinta Ali menenangkan hati Prilly.
"Kenapa baru datang?" tanya Ptilly dengan suara parau.
"Maafin aku karena baru bisa datang. Ada sesuatu yang harus aku selesaikan dulu di sana," jelas Ali lembut mengusap pipi Prilly dengan punggung tangannya.
"Bagaimana keadaanmu saat diasingkan?" timpal Ali menatap wajah Prilly yang terlihat tirus dan tak terawat.
Prilly mengerutkan dahinya, dari mana Ali tahu, jika dia diasingkan?
"Kamu tahu dari mana?" tanya Prilly.
"Ada deh. Jawab saja pertanyaanku tadi." Ali menyisihkan rambut Prilly ke belakang telinganya.
"Aku hancur tanpa kamu, aku rapuh dan tidak memiliki arah tujuan hidup," jujur Prilly membuat perasaan Ali dirasuki rasa bersalah.
"Maaf...," ucap Ali mencium kening Prilly menyalurkan rasa sayang dan cintanya. "Aku juga merasa hancur dan kacau tanpa kamu di sisiku. Kamu berpengaruh besar dalam hidupku," sambung Ali tulus senyum manis padanya.
"I miss you Bang," ucap Prilly lalu memeluk Ali.
"I miss you too, Sayang," jawab Ali membalas pelukan Prilly.
Ali melepas pelukannya dan menatap wajah Prilly lekat.
"Sayang apa kecelakaan Mama dan Papa ada sangkut pautnya dengan bisnis?" tanya Ali curiga dan dijawab gelengan kepala oleh Prilly.
"Aku tidak tahu, Bang. Saat aku mendapat kabar Mama dan Papa kecelakaan, aku masih berada di Jepara. Polisi masih menyelidiki kasusnya," jawab Prilly sedih mengingat penyesalannya yang tak sempat mengucap apa pun saat papa dan mamanya berada di rumah sakit sebelum menghembuskan napas terakhir.
"Ya sudah, kita serahkan semua kepada penyelidik, biar polisi yang menyelesaikan ini ya?" ujar Ali memeluk Prilly. Perasaannya kini lebih tenang, karena ada Ali yang kini sudah resmi menjadi imamnya.
Dia akan selalu menuntun dan berjalan di sampingnya, untuk menyongsong masa depan yang lebih baik lagi.
"Sekarang bagaimana dengan perusahaan Papa? Kak Mila tidak bisa menghendel sendiri, karena dia juga membantu Kak Kevin. Aku tidak tahu menahu soal bisnis. Jika soal usaha Mama, aku yang akan ambil alih, Bang."
"Nanti biar aku bicarakan ini dengan Mila dan Kevin ya? Kamu tenang saja, dan kamu fokus saja untuk melanjutkan usaha Mama."
"Iya. Bagaimana dengan orangtua kamu di sana?" tanya Prilly sedikit merasa takut saat menanyakan hal itu.
"Secepatnya, aku akan mengenalkanmu kepada mereka. Suka tidak suka mereka harus menerima kamu, karena sekarang kamu sudah sah menjadi istriku. Besok kita mengurus buku nikahnya di KUA ya?" jawab Ali membaringkan Prilly. Lantas dia pun menyusul berbaring di sampingnya.
Tubuhnya letih, karena dia sempat berlari-lari, kejar-kejaran dengan orang suruhan Wibowo ketika melarikan diri dari rumah. Belum sempat dia beristirahat, acara pernikah dadakan sampai proses pemakaman terjadi, baru ini dia dapat meluruskan tubuhnya.
"Terima kasih Bang, kamu menepati janjimu. Di hadapan kedua orangtuaku," ucap Prilly kini meletakan kepalanya di dada bidang Ali.
"Janji adalah hutang, dan laki-laki itu yang dipegang adalah janjinya. Aku melakukan ini semua karena aku mencintaimu," jawab Ali memeluk tubuh Prilly.
"Oh iya...? Kamu mencintaiku?" tanya Prilly mengerling genit, menggoda Ali.
"Iya Sayang, cintaku itu suci. Aku mencintaimu seumur hidupku. Kemarin, sekarang dan nanti, sampai maut memisahkan kita. Aku mempunyai hati yang bersih, makanya cintaku suci untukmu" ungkap Ali bangga.
"Suci? Bagaimana kamu membuktikannya? Kamu akan mengeluarkan hatimu?" cibir Prilly tak percaya lalu terkekeh, menguji ucapan Ali tadi.
"Oh iya, kamu mau bukti?" Ali lalu menggulingkan tubuhnya menindih tubuh Prilly. "Aku akan membuktikannya dengan caraku sendiri," ujar Ali menyeringai lalu menyerbu bibir Prilly dan memanggutnya.
Sejauh apa pun cinta pergi, ia akan kembali. Cinta yang akan menuntun ia untuk kembali ke rumahnya. Cinta tahu di mana dia akan pulang dan bertahan di tempat yang semestinya.
##########
Akhirnya di next juga....
Apa ada ya yang nunggu ceritaku yang ini?
Terima kasih untuk vote dan komentarnya. 1 part lagi cerita ini END. Memang sedikit sih ceritanya. Hehehe
Love you all
Muuuuuaaaahhhhh
Cium jauh dari aku 😘😘😘😚💋💋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top