Secukupnya(Ryujin feat Charyeong)

Secukupnya

Cast : Itzy's Ryujin

Itzy's Chaeryeoung

Park Narae

Yubin

NCT Renjun

Author : Kaytalist

Wordscount :948

A song fic inspired by Hindia's song, called 'secukupnya'.

Dan akupun terhadir, seakan paling mahir

Menenangkan dirimu yang merasa terpinggirkan dunia

Tidak pernah adil, Kita semua gagal, angkat minumanmu

Bersedih bersama-bersama

(Secukupnya-Hindia)

Ryujin melangkah tergopoh-gopoh ke dalam rumah. Gadis berambut sebahu itu bahkan tidak sempat melepaskan sepasang kaus kakinya. Hanya satu tujuannya detik ini. Ia ingin mengecek hasil ujian bulan lalu sesegera mungkin. Garis wajah Ryujin dibelenggu oleh kecemasan kentara, kontras dengan netranya yang berbinar penuh harap. Oh, lihat! Hampir saja dia menabrak ibunya yang sedang menyapu di ruang tengah.

"Ryujin, jangan lari-lari!" tegur Yubin

"Maaf, Hasil Suneung diumumkan hari ini!" pekiknya cepat. Tanpa berniat menghiraukan perintah ibunya, gadis Shin itu menuju kamarnya di lantai dua. Sekali lagi ia membuat kegaduhan. Suara kakinya yang menapaki tangga bergema keras. Yubin hanya bisa menggelengkan kepala, menyaksikan tingkah putrinya. Ia menghela napas panjang.

" Semoga putriku lulus!" gumam Yubin.

Ryujin menginggit bibir bawahnya dengan risau. Dia menahan diri untuk tidak mengumpat, ketika koneksi internetnya terasa bekerja lebih lambat dari biasanya. Tubuhnya terlonjak sepersekian detik, ketika screen pc menampilkan situs yang dituju. Dengan tatapan yang masih terpatri lekat di layar, jemarinya lincah memencet sederet kursor di keyboard. Lidahnya sontak merapal doa, ketika komputernya mulai loading.

Rasanya jantung Ryujin lungsur ke perut, ketika hasil pengumuman keluar. Titik-titik pilu berkumpul di iris karamelnya, membuat pandangannya mengabur. Ryujin mengerti kalau dunia tidak berkewajiban untuk selalu ramah kepadanya. Namun, baru sekarang ia menyadari dunia bisa begitu kejam, menumbangkan perjuangannya dalam hitungan detik.

"Ryujinnie, bagaimana hasilnya?"

Hanya perlu satu pertanyaan lembut dari ibunya, untuk membuat bahunya yang tadi kaku menjadi bergetar hebat. Tubuh Ryujin merosot dari bangku, rebah mencumbu lantai. Isakan pilu pecah, tanpa bisa dicengah.

***

Kling! Suara gelas kaca berisikan kola beradu menembus rungu Chaeryoung. Dua Loyang pizza dengan aroma yang menggugah selera, tersaji di meja. Ruangan makan ramai dengan aliran pujian dan petuah untuk anak bungsu keluarga Lee, yang lulus masuk tes universitas Yonsei. Chaeryeong hanya tersenyum kecil, sesekali mengangguk, mengiyakan nasihat kedua orang tua dan kakaknya.

No one in this room realizes that Chaeryoung's smile never reach her eyes. Sebaliknya, pupil cokelat tua gadis bersurai sepunggung itu dipenuhi kegelisahan. Menjadi mahasiswi jurusan Hukum universitas ternama, tidak pernah terlintas di kepalanya. Hal yang paling Chaeryeong inginkan setelah lulus SMA ialah pergi ke Amerika, mendalami art of music scoring di Berkley University. Tentu saja hal itu, tidak ubahnya mimpi di siang bolong sekarang.

Laun-laun gadis Lee itu mengunyah potongan pizzanya. Rasanya hambar seperti hidupnya yang selalu dikontrol oleh papa dan mama. Tidak bisa menyalahkan orang tua sepenuhnya. Chaeryeong sendiri sadar, jika ia tidak pernah benar-benar berani memperjuangkan keinginannya. Dalam diam, ia memaki dirinya sendiri. Bodoh Lee Chaeryeong, kau memang pengecut!

***

Dua gadis berusia sepantaran itu menatap kosong cakrawala senja, dari rooftop sebuah café. Keduanya sama-sama sibuk dengan kegundahan masing-masing.

"Selamat atas kelulusanmu, Chaeryeong."

Suara serak Ryujin memecahkan keheningan yang menyelimuti. Chaeryeong menoleh, melemparkan tatapan sendu.

"Kamu gak perlu maksain diri sok tegar, Ryujin. Aku tahu kamu pasti sakit, karena belum bisa masuk kampus incaranmu tahun ini. Menangislah, bahu aku siap dipinjam kok."

"Kamu juga gak perlu maksain diri buat kelihatan happy, Chaer. Aku paham kamu gak pernah mau masuk hukum," ujar Ryujin seraya tertawa kering. Namun tak pelak, air mata mulai merebak di ujung kelopak matanya.

Menyaksikan pemandangan itu, Chaeryeong sontak ikut menangis. Rintihan Chaeryeong tambah kencang, ketika Ryujin merengkuh tubuhnya dan membasahi pundak gadis itu dengan linangan air mata.

Sore ini mereka habiska untuk meratapi nasib. Mereka berdua sama- sama dipinggirkan oleh dunia, dengan metode yang berbeda. Entah cerita macam apa yang akan takdir bawa, untuk kelanjutan nasib mereka nanti.

Apa masih boleh berharap kelak semua akan baik-baik saja?

***

"Jadi gimana kak, saya diterima?" tanya Chaeryeong sembari tetap menggengam gitar yang baru saja ia mainkan.

"Not bad! Bagaimana kalau kamu mulai dari menjadi additional guitar player kita, selama musim panas? Kalau cocok, kamu bisa resmi menggantikan Jeno yang hengkang bulan lalu. Minggu siang kita bakal busking di sekitar Hongdae. Bisa ikut?" tanya Renjun.

Mata Chaeryeong melebar, seiring dengan wajahnya yang tertarik membentuk senyuman sukacita. "Bisa kak! Saya siap!"

***

"Ryujin, ini upah kamu bulanan ini! Terimakasih ya telah membantu toko rotiku!" ucap Narae seraya menyerahkan secarik amplop ke dalam genggaman gadis Shin.

"Sama-sama Ahjumma, saya senang diperbolehkan bekerja di toko. Saya pamit dulu ya," balas Ryujin sembari membungkuk sopan.

"Mau ke cram school lagi ya? Rajin sekali!" Puji Narae, tersenyum tulus.

Ryujin menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya melemparkan cengiran."Iya, demi masa depan! Saya gagal tahun ini. Episode tenggelam dalam duka, sudah saya lalui secukupnya. Sekarang sudah saatnya bangkit, Ahjumma!"

Di dalam bus yang membawanya pergi ke tempat bimbingan belajar, ada seutas senyum di mimik Ryujin, saat ia menatap mentari terbenam. Ia teringat pepatah lama jika waktu akan menyembuhkan segalanya. Kenyataannya, tidak. Satuan khronos itu hanya membuat Ryujin terbiasa hidup dengan luka.

Sisanya tergantung pilihan masing-masing. Apa mau membiarkan luka masa lalu tetap menyakiti? Atau berduka secukupnya, sebelum bangkit untuk menata hidup kembali? Ryujin menentukan untuk mengambil opsi yang terakhir. Ia bisa saja memetik pilihan ekstrim, seperti mengakhiri hidup, misalnya. Banyak anak seumuran dengannya, memutuskan bunuh diri, ketika divonis gagal, masuk tempat kuliah impian.

Selintas, Ryujin pun sempat terpikir melakukan hal yang sama. Namun mana tega dirinya membiarkan Yubin, ibunya melanjutkan hidup sebatang kara. Tidak, Ryujin tidak punya pilihan untuk menyerah. Ia memutuskan kembali bekerja keras, menjadi part-timer untuk membiayai upah les-nya. Siapa tahum, mungkin dengan sejuput keberuntungan, menjadi mahasiswi Seoul University tahun depan, atau bahkan meraih beasiswa di luar negeri

Sementara itu, Chaeryeong memilih untuk menikmati kuliah hukumnya. Gadis bermata monolid itu, sudah mengubur mimpinya, untuk mengambil jurusan musik di kota Big Apple. Namun, ia masih bisa mengisi waktu luangnya dengan menjadi gitaris band kampus.

Oke, bermain dari satu gig ke gig kampus, memang tidak terdengar sekeren manggung di pesta-pesta Hollywood, tetapi setidaknya ia mendapatkan jalan tengah terbaik. Chaeryeong tidak perlu ribut dengan orang tuanya, tetapi bisa tetap menyalurkan bakatnya. Sounds fair, right?

Keterangan :

Suneung : Ujian masuk perguruan tinggi negeri S-K-Y(Seoul University,Korean University, Yonsei University) di Korea. Biasanya jatuh pada bulan September/musim gugur.

Cram school : tempat bimbingan belajar.

Crossposted in halloauthor xx

Ps : buat yang suka teenlit aku lagi punya ongoing project  teenlir with halloauthor.  Check it out ya guys.





Link : https://my.w.tt/IUk8HbLOi5

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top