29 | Sunrise in Sunda Strait
Oh gini ya rasanya cemburu, tapi lu gak bisa ngelakuin apa-apa?
Sebenarnya, ini bukan pertama kalinya Nirmala cemburu atau merasa risih dengan pekerjaan Nathan yang mengharuskan dirinya dikelilingi oleh cewek-cewek cantik. Entah itu dari tim medis di klub bolanya, wartawan atau artis-artis terkenal yang sering mewawancarainya, hingga para fans yang didominasi oleh kaum hawa.
Biasanya cemburu Nirmala hanya akan bertahan selama beberapa jam, setelah itu dia kembali normal lagi. Bukannya dia mengklaim dirinya berbeda dengan cewek-cewek pada umumnya, masalahnya memikirkan hal-hal yang tidak berguna seperti itu justru malah membuatnya tambah pusing. Dibandingkan memikirkan siapa cewek yang gelendotan sama tunangannya, lebih baik Nirmala memikirkan bagaimana urusannya di Lampung cepat kelar. Setiap hari dia tidak bisa tidur karena menerima banyak laporan kurang baik soal project pembangunan konservasi di sana yang dilanda masalah. Padahal sebentar lagi mau lebaran, tidak mungkin Nirmala malam ini flight ke Lampung untuk menenangkan para kuli kontraktor dan juga memarahi para kaki tangannya yang tidak becus dalam bekerja.
Masalahnya, kalau laporan ini sampai terdengar ke telinga Pak Syarif—salah satu petinggi di BRGM—dia dan Pak Rusli bisa habis dirujak olehnya.
“Wat is er mis?” (What’s wrong?) Pertanyaan Nathan berhasil membuat Nirmala tersadar dari lamunannya. Cewek itu mendongak mendapati cowok itu sedang mengaduk kopinya. Terdapat sedikit asap yang mengepul dari atas cangkir, menandakan jika kopi itu baru saja diseduh.
Nirmala tersenyum kecut. “Work business. It’s getting complicated.”
Nathan akhirnya ikut duduk di meja makan dan menatap cewek itu lekat-lekat. “What is it? You can tell me.”
“Lebaran is the day after tomorrow, Yang. But the workers in Lampung ... They all protest about their salary.” Nirmala menjelaskan tentang dana yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan. Bukannya Nirmala suudzon atau gimana, dia mengira pasti ada oknum yang tidak bertanggung jawab dan menilepkan uang tersebut.
“So what are you gonna do?” tanya Nathan.
Ditanya seperti itu, Nirmala jadi melow. Pasalnya tadi sore beberapa jam sebelum buka puasa, dia ditelepon oleh perwakilan para pekerja. Dia nyaris menangis karena dibentak-bentak perkara upah yang belum kunjung mereka terima sejak bulan Desember. Kalau tidak di-back-up oleh Pak Rusli, dia beneran bakal kena mental di tempat. Apalagi sama orang-orang Sumatera yang logat bicaranya beletuk-beletuk.
“Nggak tahu, Yang. Pusing ...” jawab Nirmala. Cewek itu menghela napas lelah dan memijat kepalanya yang sudah pusing sejak siang tadi.
Nathan tidak tahu langkah apa yang cocok untuk dilakukan dalam masalah ini. Tapi melihat ekspresi dan suasana hati Nirmala, pasti ini masalah yang begitu berat untuknya. “So you have to go to Lampung?” tanyanya.
Nirmala menatap cowok itu dengan sendu. “Yeah, maybe ... I mean yes I should,” jawab Nirmala setengah-setengah. Rasanya berat sekali harus ngurus masalah ini dan datang langsung ke lokasi sedangkan lusa ada acara besar yang tidak kalah penting.
“Okey, I’ll accompany you,” ucap Nathan. Nirmala mengernyit. Dia ingin langsung bertanya namun batal kala jawabannya sudah dia dapat dari tatapan Nathan yang menatapnya begitu dalam. “I want to accompany you, Liefje. Don’t get me wrong.”
Cewek itu tersenyum dan mengangguk. “Iya, I get it. Yaudah, siap-siap sana!”
Kening Nathan mengernyit. “Wait—what? Sekarang?”
“Kalau nggak sekarang, terus kapan Sayang? Keburu lebaran di airport kita!”
* * *
Nirmala’s Random Archive
24 Februari, 2028—Lampung, Indonesia.
‘Sebenarnya ini cuma kumpulan video random aku sama doi yang nekat pergi ke Lampung via mobil ke Labuhan Maringgai dari Jakarta.’
Layar video menampilkan beberapa penjelasan secara singkat sebelum akhirnya tampilan berubah menjadi rekaman kamera amatir di salah satu supermarket. Kamera mengarah ke depan, menampilkan jejeran mie instan disertai percakapan antara dua orang menggunakan bahasa Inggris campur Indonesia.
“We’re gonna do something like long trip, Sayang. It’s called musafir. We allowed to not fasting for a while.”
“Really? But we’re not doing something tired. We can still fasting, Liefje.”
Tangan si pemegang kamera mengambil beberapa cup mie instan dan memasukkannya ke dalam keranjang belanja yang di pegang oleh si Pria.
“Yaudah! Nanti jangan ngiler kalau aku makan di mobil!”
Tuttt—
Scene berlanjut menampilkan wajah Nirmala yang sedang menyisir di kursi penumpang. Wajahnya ditutup oleh sheet mask yang barusan dia pasang semenit yang lalu.
“Yang, tell me if you feel sleepy, okay? Biar gantian nyetirnya sama aku.”
“No, it’s okay. I’m still fresh,” sahut Nathan yang memang orangnya sengaja tidak mau berinteraksi banyak di depan kamera.
“Bentar lagi nyampe pelabuhan, kok. Nanti kalau udah naik kapal Feri, kita tidur di kabin, ya?”
Scene pun berganti sejenak ke rekaman singkat jalanan tol Merak di malam hari, lalu berlanjut pada saat mereka sampai di pelabuhan Merak tepatnya pada loket pembayaran untuk masuk ke kapal. Setelahnya mereka pun memarkirkan mobil di atas dek. Angin darat begitu kencang sesaat setelah Nirmala turun dari mobil. Terlihat di video rambutnya yang bergerak tertiup angin, serta tak sengaja menyorot Nathan yang memicingkan matanya akibat hembusan angin yang menerpa dirinya.
“Where is your phone? Your wallet? The key?” tanya Nirmala saat cowok itu mendekat, memastikan tidak ada barang penting yang tertinggal, mengingat mereka menggunakan fasilitas umum dan tunangannya itu sejenis cowok pelupa dan ceroboh.
“In my pouch.”
“Gimme that, it’s better keep in my bag!”
Kamera sedikit bergoyang saat Nirmala membuka tote bag-nya untuk memasukkan barang-barang cowok itu. Setelahnya mereka pun masuk ke dalam kabin berukuran luas yang memang dikhususkan untuk para penumpang istirahat sembari menunggu sampai di pelabuhan Bakauheni. Di dalam kabin tersebut terdapat beberapa kursi, stand makanan ringan, hingga kasur lantai yang tersedia di beberapa sudut.
Di rekaman tersebut Nirmala tertawa seraya menepuk pelan wajah Nathan yang sedikit merasa culture shock. “Biasa aja mukanya, Yang! This is what it is!”
Nathan menggaruk kepalanya bingung. “We’re gonna sleep here? With strangers?”
“Yang penting rebahan, Yang!”
Tutt—
Scene berubah. Menampilkan wajah Nirmala yang mengenakan tudung jaketnya dengan posisi tiduran seraya memeluk tangan Nathan. Di kamera cowok itu terlihat sudah tertidur pulas, melupakan culture shock-nya barusan yang mengharuskan dirinya tidur di samping bapak-bapak yang mendengkur keras.
“Kapalnya nyampe 4 jam lagi. Jadi, kita tidur dulu di sini rame-rame.” Nirmala berbisik pada kamera, yang kemudian dia arahkan kembali benda tersebut pada Nathan. Mengusap kening serta kepala cowok itu agar semakin pulas tidurnya. “Slaap lekker, Meener.” (Sleep tight) gumam Nirmala lalu mengecup lengan atas cowok itu yang terbalut hoodie.
“Oke, nanti lanjut lagi kalau udah sampe Bakauheni. Selamat tiduur—aww!” Tadinya cewek itu ingin closing videonya ala-ala vlogger. Tapi batal saat ada sebuah tangan muncul dari sampingnya, menjatuhkan kameranya hingga mengenai bibirnya.
Rupanya si pemilik tangan itu adalah seorang anak kecil yang berbaring di sampingnya. “Eh adek, hati-hati! Jadi kena kakaknya tuh!” ucap seorang wanita yang Nirmala tebak adalah ibunya. “Maaf, Mbak. Anak saya nggak sengaja.”
Karena tidak mau memperkeruh suasana, meski bibir bagian dalamnya terluka, cewek itu memutuskan untuk tersenyum lembut.
“Iya, Mbak. Nggak apa-apa,” balas Nirmala ramah. “Sempit nggak tempatnya? Sini geser dikit, Dek!” lanjutnya. Pasalnya anak kecil di sampingnya itu lucu. Selain kucing, Nirmala paling lemah sama anak kecil polos nan lucu.
“Cukup kok, Mbak. Eh?!” Si ibu anak itu tiba-tiba terdiam sembari menatapnya. “Teh Nirmala, ya?!”
“...”
Wanita itu posisinya sedang duduk. Menatap Nirmala seperti baru saja melihat uang kaget. Pandangannya beralih pada Nathan yang tertidur pulas di sampingnya. Kalau saja Nirmala tidak segera melotot dan memberikan isyarat untuk tenang, mungkin sedetik kemudian wanita itu akan berteriak seraya memekik; ‘Ada Nathan Tjoe A On!’
“Na—Na—”
“Sshh! Mbak plis, Mbak! Laki saya belom istirahat dari tadi siang—”
“Nathan Tjoe A On!”
Tuuttt—
Directed by
ROBERT B. WEIDE
*
🎥🎥🎥
Tjoe_daily Orang mah kegep lagi ngedate di tempat fancy. Mereka malah lagi blusukan tidur di tempat umum ☺️
Pasangan yang satu ini memang beda sekali, pemirsa.
Komentar
Dilagabut_ Itu mereka? Yakin? Nggak mungkin banget.
⤷Tjoe_daily @ dilagabut_ Aku juga kurang yakin sama infonya. Tapi dari siluet sama side profil mereka itu jelas Nathan sama Nirmala.
⤷Sharif.Mhmd17 @ tjoe_daily Kalau infonya belum akurat jangan main posting!
⤷lihat 5 balasan lainnya ...
Qomar.ruddin Itu beneran merekaaaaa mobilnya parkir di sebelah mobil gue kemaren!
⤷Tjoe_daily @ qomar.ruddin Beneran bang??
⤷Qomar.ruddin @ tjoe_daily Beneran Min. Gue sempet sapa mereka. Katanya mereka mau ke Lampung.
⤷Xoxo.kiss @ qomar.ruddin Loh? Mau ngapain mereka ke Lampung? Bukannya Nirmala orang Padang ya?
⤷lihat 10 balasan lainnya ...
Siti.aisyah55 Ya ampun mentang-mentang pacaran sama yang bule, gaya pacarannya bebas begitu ya 😏
⤷Pejuang.cuan @ siti.aisyah55 Upp🙌
⤷Ty.track11 @ siti.aisyah55 Sebenarnya dari dulu gue pengen banget komen ini. Tapi takut dihujat balik sama penggemarnya.
⤷Siti.aisyah55 @ ty.track11 Komen aja kali, ngapain takut? Orang fakta. Lagian gue juga yakin mereka pacaran udah ngapa-ngapain aja. Pasti udah di-unboxing itu ceweknya ☺️
⤷Fitonah.edw @ siti.aisyah55 Komenan lu yang like dikit dibandingkan yang di bawah. Masyarakat emang kadang suka gak terima sama fakta.
⤷Wiwira.tan @ fitonah.edw Fakta apasih sayang? Jangan suka nyebar hoax ya ukhti! @ siti.aisyah55
⤷lihat 36 balasan lainnya ...
Auk.ah.glp Dunia berasa milik berdua. Cepet nikah gak lu?!
⤷lihat 65 balasan lainnya ...
Vivi.resty Seperti biasa tidak ada pemberitahuan langsung dari pusat. Ini couple kalau bukan akun fanpage yang up, kita gak bakal tau kalau mereka lagi ngedate!
⤷Cipunk66 @ vivi.resty Bener banget. Nirmala cuma posting konten-kontennya tok. Even di konten eksklusif cowoknya pun cuma posting siraman rohani atau gak ikan mujaer lagi mangap😭
⤷Tjoe_daily @ cipunk66 Sabar ya gess. Mimin juga perlu berterima kasih banyak-banyak kepada antek-antek yang gak sengaja mantau mereka.
⤷Zaelani.ffh @ cipunk66 Hubungan mereka bukan buat bahan konten. Gue salut sih sama mereka yang show off tapi keep private.
⤷lihat 25 balasan lainnya ...
* * *
Perlu Nirmala akui, ide gilanya ini ada untungnya juga. Kedatangannya yang mendadak ke Lampung membuat semua pihak terkejut dengan wajah pucat pasi persis seperti melihat setan gentayangan.
Mereka sampai di Labuhan Maringgai siang hari. Saat itu juga dia memanggil semua pihak dan koordinator yang bertanggung jawab dalam project ini dan tidak ada yang tidak kena semprot oleh Nirmala. Bodo amat image baik hati dan ramahnya hilang begitu saja, dari pada dia (amit-amit) kena pecat.
Pokoknya hari itu dari siang sampai malam berjalan begitu alot. Semua catatan pemasukan dan pengeluaran diminta oleh Nirmala untuk di-cross check ulang. Dan berakhir rapat tertutup (meskipun Nathan tetap setia menemani Nirmala di sampingnya berjaga-jaga takut cewek itu tiba-tiba berubah jadi She-Hulk karena emosinya yang meletup-letup).
“Liefje, stay calm. You scared them.” Nathan memegang tangan Nirmala. Mengelusnya untuk tetap sabar dan kembali tenang. Pasalnya 3 orang di hadapan mereka sudah ketakutan dengan wajah yang pucat.
“Nggak bisa, Yang! 63 juta itu gede banget! Harga tiket pesawat dari Jakarta ke Amsterdam bulak-balik! Masa iya aku diem aja? Nggak mungkin bisa aku talangin semuanya! Gaji aku aja jauh banget dari setengahnya!”
Nathan tidak begitu mengerti, masalahnya cewek itu bicaranya cepat sekali. “Ya, but still you have to—”
“Diem! You’re not helping me at all!” tegas Nirmala melotot. Membuat cowok itu langsung tersenyum masam. Nathan akui, orang-orang boleh saja takut dengannya terutama saat dia berlaga di lapangan, namun jika berhadapan dengan Nirmala, cowok itu tidak berdaya. “Kamu kalau tahan aku, mending kamu tunggu aku di luar sana!” lanjutnya, mengusir Nathan.
Alhasil, cowok itu memilih untuk diam dan mengunci mulutnya. Padahal 3 orang di hadapan mereka sudah melayangkan tatapan minta tolong pada cowok itu.
“Sekarang dengerin saya baik-baik! Saya nggak mau nuduh kalian sembarangan! Saya cuma mau minta inisiatif kalian buat ngaku sebelum saya nekat melanjutkan masalah ini ke pihak yang berwajib! Saya nggak takut ya, buat bawa masalah ini ke meja hukum!”
Wajah mereka semakin pucat.
“Dari awal saya sama Pak Rusli udah minta tolong kerja samanya!”
Sungguh. Selain terlihat seram, Nirmala juga terlihat cantik banget kalau lagi galak dan tegas begini. Kalau Nathan tidak tahu kondisi, dari tadi sudah cowok itu sosor pipinya yang terlihat menggemaskan dari samping. Namun karena cowok itu masih punya akal sehat, dia mengurung niatnya dan hanya menatap tunangannya itu.
“INI GAK ADA YANG MAU NGAKU?! SAYA PANGGIL POLISI—”
“E—eh jangan Bu Nirmala!”
Suasana tiba-tiba chaos. Pokoknya hari itu berjalan sangat lama dan melelahkan. Rapat itu selesai di pukul 7 malam dengan hasil yang benar-benar memuaskan. Dua orang tersangka akhirnya mengaku. Mereka mengembalikan uang tersebut di depan mata Nirmala saat itu juga setelah dia ancam jika dirinya punya kenalan orang-orang aparat (karena koneksi papanya) juga orang-orang pelaku shadow economy seperti keluarga Sembilan Naga (walau bukan secara langsung).
Akhirnya uang 60 juta itu cair di rekening yang dibuat khusus oleh Nirmala. Detik itu juga, dua orang itu Nirmala pecat. Sekarang kalau masalah dana, cewek itu yang urus langsung. Sepertinya beres lebaran dia bakal nyari tempat tinggal terdekat di sekitaran sini agar bisa mantau para pekerja secara langsung. Sebab kalau project ini tidak sampai selesai di bulan Juni, jabatannya di BRGM bisa terancam. Atau paling buruknya bisa jadi dia dipecat.
“That’s enough, Liefje. Here, you better drink to refresh your mind.” Nathan tiba-tiba muncul seraya memberikan minuman rasa leci yang dia ambil dari bagasi mobil. Minuman itu mereka beli saat sebelum mereka masuk ke pelabuhan Bakauheni.
“Thanks.” Cewek itu tersenyum kecil seraya menerima pemberiannya.
Kemarin malam, setelah masalah itu selesai dan para kuli kontraktor mendapatkan hak-haknya, mereka istirahat sejenak seraya menyantap hidangan rumahan yang disajikan oleh warga sekitar. Lalu di jam 11 malam mereka lanjut perjalanan untuk kembali ke Jakarta.
Memang aksinya ini nekat sekali. Nathan mendengar cerita seru dari Papabuy kalau jalanan lintas Sumatera sangat menegangkan. Tidak ada macet, masih asri oleh belantara hutan di kanan-kirinya. Pria tua itu juga berjanji akan mengajak Nathan touring ke daerah Sumatera jika tidak bentrok dengan jadwalnya.
Itulah sebabnya Nathan mengajak Nirmala ke Lampung via mobil. Rasa penasarannya telah terbayar. Cowok itu jadi tidak sabar menunggu ajakan Papabuy untuk touring melewati lintas Sumatera.
Sekarang mereka sudah berada di atas kapal feri lagi menuju pelabuhan Merak. Kali ini mereka bukan disuguhi oleh langit gelap dan angin darat yang berpotensi bikin masuk angin, melainkan matahari terbit serta angin laut yang tipis menyapa awak di haluan kapal.
Dari lokasi, mereka non-stop mengendarai mobil, dan berhenti untuk istirahat di pom bensin terdekat sebelum lanjut ke pelabuhan. Mereka sempat tidur selama 3 jam lalu terbangun untuk ibadah subuh. Setelahnya lanjut jalan untuk menyebrangi selat Sunda.
“What is island in Indonesia?” tanya Nathan random. Pasalnya kini kapal tengah melewati gugusan kepulauan gunung Krakatau.
“Pulau. Pu-lau.”
“Pulau.” Nathan mengulanginya lagi. Memasukkan diksi tersebut ke dalam kamus kecil di kepalanya. “Liefje,” panggilnya.
Membuat Nirmala menoleh menunggu respon cowok itu. “Hm?”
“Harold cedera, in his neck and the right leg.”
Nirmala tahu siapa Harold. Teman Nathan di Wina yang kalau dengar dari cerita tunangannya, Harold itu sejenis teman bangsat yang perlu diawasi agar kelakuannya tidak merugikan orang sekitar. Namun karena Nathan orangnya lumayan people pleaser apalagi Harold orang Belanda tulen sekaligus orang pertama yang menemaninya di Wina sebelum akhirnya bisa beradaptasi dengan lingkungan baru, itu sebabnya mereka jadi teman dekat. “Kok, bisa? Gara-gara tournament?”
Nathan menggeleng seraya mengerucutkan bibirnya. “No. Bukan. Gara-gara kelacakan mobil.”
“Ke-ce-la-ka-an, Sayang.” Cewek itu mengoreksi salah satu kata yang salah disebut olehnya.
“Kece—a car accident,” lanjut Nathan, nyerah. Nanti saja dia pelajari kosa kata tersebut.
“When? Di mana?” tanya Nirmala.
“In Wina, on the way to his apartement. So, he’s drunk and no one can help him to take his home.”
“Why he didn’t use taxi? Or why he didn’t call you? Biasanya kan kamu yang suka jemput dia kalau wasted.”
Cowok itu lagi-lagi menggeleng. “I don’t know. I was in Indonesia that time. Well, maybe he can call me and I will ask for help to someone to help him too.”
“Kualat kali!” sembur Nirmala. Nathan mengernyit, tidak mengerti. Itu kosa kata baru di telinganya.
“Kualat? Apa itu?”
“Karma. Because he’s such a jerk. Playing with a different girl every night, duh!”
Cowok itu terkekeh seraya mengacak-acak rambut Nirmala. “Not that every night, Liefje.”
“Tch, it’s the same thing, lah! Terus gimana keadaannya?” tanyanya lagi.
Nathan menjelaskan jika temannya itu mengalami geger otak ringan, kakinya patah, dan diberi waktu istirahat total bahkan keluarganya pun datang untuk menjemputnya. Mendengarnya, Nirmala jadi teringat jika tunangannya ini juga dulu pernah mengalami geger otak ringan. Dia juga pernah diceritakan kisah kelam itu olehnya saat awal-awal mereka pacaran pertama kali.
“Jadi pelajaran tuh, Yang. Jangan naik mobil kalau mabok!” ucap Nirmala. Cewek itu mendekat dan merangkul pinggang Nathan.
Cowok itu terkekeh. “Nggak, Sayang.”
“Nggak setiap hari?” tebak Nirmala.
“Nggak mabok.”
“Tapi minum, kan?”
“Nggak.”
“Masa?”
“I swear.”
“Mie apa? Mie goreng apa mie kuah?”
Nathan menghela napas. Dia tahu jokes tersebut. Alhasil cowok itu menatap Nirmala yang tengah menyengir lebar. Karena gemas, dia akhirnya mencubit pelan pipi cewek itu hingga sang empunya merengek kesakitan.
“Sakit, Nathan!” kesalnya. Mengusap pipinya yang sedikit memerah.
Nathan langsung merangkulnya dan mengecup keningnya singkat, lalu mengatakan, “I’m sorry, Liefje.”
Nirmala memutar bola matanya jengah. “Eh, tapi aku jadi beneran pengen makan mie loh, Yang!”
“Absolutely no! You already ate noodle for twice yesterday!” omel Nathan. Sebenarnya dari dulu cowok itu selalu mengomelinya hal yang sama. Yaitu kebiasaan Nirmala yang suka makan mie, seblak, dan makanan-makanan aneh yang bikin perut sakit.
“Ya itu kan kemarin! Sekarang belum.”
“Mala, please. That’s not good for your health!” Nathan menatap jam tangannya sejenak. “Soon we will arrive at Merak. We will find some restaurant for breakfast.”
Nirmala mengerucutkan bibirnya kesal. Tapi akhirnya dia tidak membantah. Toh yang dikatakan Nathan ada benarnya juga. Sebentar lagi mereka sampai. Dari pada makan pop mie yang cuma bisa ganjel perut (ditambah harganya yang mahal), mending sekalian cari warung nasi uduk. Ketahuan kenyangnya beneran.
* * *
Note:
(Otw ke TKP, berantas orang-orang korup!)
Terima kasih sudah mau membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.
Sincerely, Nanda.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top