-21⚡-




"Emang bener kata Aura, pas lagu diputar gue langsung otomatis lupain segala hal," kata Sissy girang.

Kaira, Aura, Qila, Sissy, dan Luna baru saja turun dari panggung dengan diiringi tepukan tangan dan sorakan penonton yang terus terdengar bahkan ketika mereka akan masuk ke ruang kelas di sebelah ruang kesenian.

Aura tersenyum menanggapi ucapan Sissy.

"Asli gue udah kangen banget sama perasaan waktu kita di panggung, dan hari ini terealisasikan." Luna menambahkan dengan raut yang sama sekali tidak bisa ditutupi.

"Gue juga," sahut Kaira. "Seneng banget gue bisa nge-dance bareng kalian lagi," ia menatap keempat perempuan di sampingnya bergantian.

Mereka serempak memandang Kaira dengan tatapan terharu dan sedetik kemudian para gadis itu sudah saling berpelukan erat.

"Cie, yang baru selesai perform," terdengar suara perempuan yang akhir-akhir ini selalu meneriaki nama mereka selama latihan. Semuanya menoleh dan Luna langsung menarik Sonya untuk diikutsertakan ke dalam pelukan teletubies mereka.

"Makasih banyak, ya, Kak. Kalau bukan karena Ka Sonya, kita pasti gak bisa jadi santai kayak gini," kata Aura.

Sonya mengibaskan tangan. "Ah, apaan, sih! Kayak nanti kita nggak bakal sama-sama lagi aja."

"Hoho, tentu aja enggak," ucap Kaira.

"Gue akan kembali menjadi Luna yang selalu nyari perlombaan," celetuk Luna sambil membuat tanda ceklis dengan jari dan diletakkan di bawah dagunya.

"Oh, jangan lupain partner lo ini," tambah Sissy. Ia dan Luna lantas ber-high five.

Qila tiba-tiba teringat sesuatu sehingga ia juga membuka suara. "Dan ... Kak Sonya akan jadi koreografer tetap kita. Toh, lebih praktis biar nanti pas mau perform lagi kita nggak perlu nyewa orang buat make-up."

"Emang kalian sanggup bayar saya berapa?" tanya Sonya dengan dagu yang terangkat tinggi. Qila menatap tak percaya pada saudaranya itu sementara yang lain saling memandang dengan was-was. Dalam hati, Sonya menertawai respon mereka. "Ckck, apa sih yang nggak buat kalian," katanya kemudian dengan diakhiri kedipan mata.

Lagi, para gadis remaja itu menarik Sonya untuk dipeluk bersama. Mereka tak sadar ada seseorang yang baru saja datang dan sedang berdiri dengan canggung di dekat mereka.

"Eh, Azka," Qila yang duluan menyadari kehadiran sepupu laki-lakinya itu.

Azka tersenyum pada mereka satu persatu. Sengaja membuat Kaira menjadi orang terakhir yang disapanya. Kedua remaja itu saling melempar senyum.

Azka menyadari kalau semenjak Kaira sering ke rumahnya untuk latihan bersama Sonya dan yang lain, perempuan itu tidak seperti dulu. Sebelum-sebelumnya gadis itu akan selalu menghindari Azka atau pun merasa tidak nyaman jika sedang berada di ruangan yang sama dengannya. Tetapi semakin sering mereka bertemu, Kaira mulai terlihat santai dan bahkan beberapa kali menanggapi perkataannya. Ia juga senang ketika ternyata obrolan mereka terasa nyambung. Kendati demikian, Azka masih sering takut jika itu hanya kepura-puraan atau cuman akan terjadi sebentar. Maka dari itu ketika Kaira membalas sapaannya dengan senyuman lebar, Azka senang bukan main.

"Yuk!" ajak Sonya. Namun malah mendapat pandangan bertanya dari lima wajah penuh make-up tapi tetap terlihat manis di depannya.

"Hello! Kita harus rayain ini, dong! Udah jangan banyak cekcok, beresin 'tuh barang-barang kalian terus kita cabut."
Sonya lantas mengeluarkan ponselnya selagi menunggu.

Lima menit kemudian, mereka sudah berjalan bersama keluar dari sekolah. Sonya memimpin bersama Sissy dan Luna yang tengah menanyakan keberadaan pacar perempuan itu. Aura dan Qila berjalan di tengah, sedang membahas menfess nyinyiran yang kembali ditujukan pada Aura. Lebih tepatnya Qila yang berbicara dan Aura hanya mendengarkan. Di belakang mereka, Kaira dan Azka berjalan dengan hening.

"Gimana tadi?" tanya Azka membuka percakapan. Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Parah, sih. Seru banget akhirnya bisa perform bareng lagi sama mereka," Kaira mengedikkan dagu pada gadis-gadis di depannya. "Gue bersyukur juga bisa kenal dan deket sama Ka Sonya."

"Kak Sonya aja?"

Kaira berdeham dan menoleh. Pura-pura tidak mendengar pertanyaan itu. Mata mereka bertemu dan Azka kontan mengganti pertanyaan. "Seneng nggak?"

"Seneng banget," jawab Kaira ceria dan sekali lagi menoleh. Kaira tersenyum manis dan Azka ikut menujukkan miliknya. "Tadi nonton?"

"Jelas dong."

"Kok gue nggak liat?"

"Iyalah, lo 'kan lagi fokus nari."

"Eh, iya deng," Kaira terkekeh.

Mereka hampir sampai di parkiran sekolah. Dan kebetulan saat itu Kaira menyempatkan memeriksa ponsel. Benda pipih yang sengaja ia buat dalam mode diam itu menunjukkan dua panggilan tak terjawab dari Jairo.

"Duluan aja gue mau nelpon dulu," kata Kaira pada Azka sambil mengacungkan ponselnya.

Kaira menakan lama tombol nomor 3 di log panggilan lantas menempelkan ponsel di telinga. Baru dering pertama dan langsung dijawab. Seakan si penerima memang sedang menunggu telepon darinya.

"Gimana penampilan gue?" tanya Kaira langsung. "Keren, kan?"

"Jelas dong. Siapa dulu sahabatnya."

Kaira mendengkus.

"Dimana lo?"

"Tempat parkir," jawab Kaira. Ia memperhatikan teman-temannya yang sedang menaiki mobil yang ia duga dibawa Azka saat kemari bersama Sonya.

"Ngapain?"

"Gak tahu, diajak Ka Sonya. Kayaknya sih mau makan-makan. Kenapa?"

"Oh. Enggak. Oke, deh, have fun."

"Eh, eh."

"Apa?"

"Gue bintangin ya pesan lo tadi. "

"Iya, iya."

"Oke." Kaira mengakhiri panggilan dan tau-tau mobil hitam sudah di depannya.

Sonya membuka kaca di bagian penumpang. "Cepet masuk."

Kaira cengo. Sama sekali tidak mengira kalau mereka akan membiarkannya duduk di bagian depan, bersebelahan dengan Azka yang mengendarai mobil.
Ingin protes tetapi melihat wajah teman-temannya yang kelihatan lapar, Kaira akhirnya pasrah dan menurut.

🌍

"Labrak aja udah," kata Luna ketika pesanan makanan mereka baru datang dan Qila mulai membahas menfess nyinyiran baru yang ditujukan  pada Aura.

"Tapi gue masih heran kenapa dia nggak nge-tag akun lo, sih?" heran Kaira yang duduk di samping Azka.

Kaira sudah menduga sedari awal kalau lima orang perempuan di dekatnya ini memang sengaja membuat ia dan Azka terus bersama. Mulai dari saat mereka jalan keluar sekolah, di mobil, dan bahkan sekarang.

"Udah dibilang cupu 'tuh orang," kata Aura. Pura-pura santai padahal ia sendiri sudah mulai merasa gondok dengan si pengirim yang entah siapa itu.

"Kalau dari bahasanya sih keliatan cewek. Cowok nggak mungkin mulutnya cabe kayak gitu," kata Sissy. Untuk pertama kalinya membuka suara sebab terlalu fokus dengan makanannya.

"Eh, soal pengumuman yang lolos, gimana?" tanya Sonya, lebih kepada Aura. Selain karena dia memang leader tim, cewek itu yang menjadi perwakilan untuk apa pun yang akan dihubungi panitia perlombaan yang diadakan sekolahnya.

Aura menyeruput jus alpukat sebelum membuka suara. "Katanya, sih, nanti dikirim lewat WhatsApp."

🌍

Hehe, aku update lagi.
Soalnya akhir-akhir ini banyak banget premis yang muncul di kepala. & fyi aja semua premis itu udah aku lengkapin jadi tinggal revisi dikit2 dan bisa langsung eksekusi. Cuman, aku nyadar nanti bakal susah bat kalo semisal aku langsung update sekarang dan malah jadi banyak naskah on going.
Makanya tetiba jadi pen nyelesain cerita ini biar bisa lanjut cerita yang lain.

Btw, sejauh ini gimana sama work Jairo ini? Langsung jawab di kolom komentar yaww
Oh iya, fyi lagi, alur cerita ini emang sengaja aku buat lambat ya, hehe.
Trus, trus, di sini kan lumayan banyak tuh tokohnya. Karena emang work ini berdasar dari i-land universe, kan.

Dan aku mau tau dong kalian penasaran sama kisahnya siapa?
Julia yang naksir berat sama Ka Yoandrisi salah satu most wanted yang fansnya banyak.
Serhan si ice prince sekolah
Atau Aura yang akhir-akhir ini mulai dikirim menfess nyinyiran.
Jadi, yang mana nih? 😌
luv, zypherdust💋

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top