-17⚡-
Di suatu siang saat istirahat kedua berlangsung, Glen berkunjung ke kelas 11 Mipa 2. Kaira yang tengah menyalin catatatan super rapi dan lucu Julia, tentu saja merasa heran karena ini pertama kalinya cowok itu datang dan menghampirinya tanpa teman-teman mereka yang lain. Ya, Glen datang sendirian.
Glen awalnya tampak canggung saat memasuki kelas, tetapi karena sambutan yang penuh pencitraan dari para murid kelas ia akhirnya tidak terlalu kikuk lagi.
"Sendirian aja?" tanya Glen. Ia menghampiri Kaira dan duduk di bangku samping cewek itu yang penghuninya entah ke mana.
Kaira mengangguk. "Kak Glen juga, tumben sendirian."
"Gue baru selesai rapat Osis."
Kaira ber-oh-ria. Catatannya masih butuh waktu lama untuk selesai. Tetapi ia memutuskan untuk berhenti sebentar. Sengaja menutup kedua buku, agar Glen tidak perlu sungkan untuk berbicara padanya.
"Akhir bulan ini ulang tahun sekolah."
"Gue nggak begitu inget, sih. Taunya perayaannya doang."
"Tahun ini pastinya ada perayaan. Tapi minggu depan baru dikeluarin pengumuman resminya, sih. Ada perlombaan juga. Salah satunya lomba dance," jelas Glen.
"Jangan bilang Kak Glen mau gue ikut berkontribusi."
Glen meringis karena Kaira berhasil menyadari niatnya datang ke sini.
"Emang Serhan dkk gak ikut?"
Glen menggeleng. "Sebelum rapat anggota Osis udah buat kuisioner soal lomba-lombanya. Gue yakin lo gak sadar karena emang lo se-gak perhatian itu sama sekitar. Dan banyak anak-anak yang minta kali ini dance-nya dikategoriin buat cewek aja. Jadinya, ya, gitu."
"Emang harus gue, ya, Kak?"
"Lo mau gue minta Julia berkontribusi juga?" ucap Glen. Oh, tidak! Semua orang juga tahu kalau Julia sama sekali tidak mempunyai niat untuk melakukan kegiatan yang banyak menguras tenaga.
"Oke, deh."
Glen bernapas lega. Ia sebenarnya sudah menduga akan jawaban Kaira. Karena walaupun tampak cuek di luar, sebenarnya gadis itu sangat rendah hati.
"Kemungkinan banyak yang daftar, jadi seleksinya dua minggu depan. Finalnya baru pas hari-h."
Kaira mengangguk paham.
"Thanks, ya, Kai. Oh iya, katanya Qila sama Aura udah tahu dan mau ikut juga." Kaira sekali lagi mengangguk. "Gue balik dulu kalo gitu."
Setelah Glen keluar dari kelas, Kaira pun melanjutkan kegiatannya yang tadi sempat terhenti. Dan seolah teringat sesuatu, gadis itu meraih ponsel dan berniat mengirim pesan pada seseorang.
Aura Diantri
Raaa
|Oi Kai
|Pas bat lo ngechat
|Gue sama yang lainnya mau ikut lomba buat ultah sekolah
Hooh barusan Ka Glen ngasih tau gue
|Jadi lo ikutan kan?
Iya ikut
|Ngokheyyy
|Keknya sih entar udah mulai latihan, soalnya nanti kita pake 2 choreo
|Gimana?
Okey, aman
Nanti kasih tahu aja jam sama tempetnya, tpi kalo bisa sebelum 2 jam gitu lo kabarin biar gue gak buru-buru siapnya
|Sipp deh
Saat akan memulai menyalin kembali, suara dari mesin otomatis berbunyi dan mengatakan bahwa waktu istirahat telah selesai. Kaira menutup buku, walaupun sebenarnya bisa saja ia terus mencatat, tetapi karena sudah berhenti sebentar membuat niatnya perlahan hilang. Julia masuk ke kelas dan mengedikkan kepala saat matanya bertemu dengan Kaira sebelum ia duduk di bangkunya. Beberapa saat kemudian Serhan muncul dari pintu dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku. Lelaki itu duduk di tempatnya dan melipat tangan. Tampak tenang.
"Pulang sama siapa lo kemarin?"
"Biasa," Kaira menggantung ucapannya. "Abang Gojek."
Serhan menoleh. "Gak sama Jiro? Bukannya dia pulang kemarin? Kenapa gak nelpon gue aja?" pertanyaan beruntun itu diucapkan Serhan dengan wajah tidak menampilkan ekpresi apa pun.
"Mama gue jatuh di kamar mandi kemarin, jadinya gue buru-buru pulang. Nggak sempet mikir buat nelpon lo juga. Lagian gue nggak mau ngerepotin lo," ucap Kaira. Menyelipkan nada bercanda di kalimat terakhirnya.
Serhan yang melihat raut pura-pura sungkan Kaira hanya menggelengkan kepala. "Jadi Mama lo gimana?"
"Nggak serius, kok. Cuman kakinya bengkak. Tapi kata Papa dipijitin beberapa kali juga turun, plus sakitnya ilang."
🌍
Kaira masih belum berteman dengan fakta yang ada. Sore ini ia sedang duduk sopan di gazebo taman belakang rumah tetangganya. Yang ia tahu saat berdiskusi di grup obrolan dengan Aura dan yang lainnya, mereka tidak berlatih sendiri. Kebetulan sepupu Qila seorang choreographer dan gadis itu meminta tolong kakaknya untuk berlatih bersama mereka. Yang Kaira tidak tahu adalah bahwa sepupu yang Qila maksud adalah Sonya, tetangganya. Yang tak lain dan tak bukan adalah kakak perempuan Azka.
Beruntung saat ia sampai beberapa menit lalu, Azka sama sekali tidak ada. Kata Sonya, adik lelakinya itu sedang pergi bersama temannya. Walaupun begitu Kaira masih belum bisa tenang karena tidak menutup kemungkinan bahwa cowok itu akan tiba-tiba saja memunculkan batang hidungnya, terkejut melihat Kaira, serta menyapanya dengan senyum lebar.
Kaira menggelengkan kepala agar bayangan Azka menghilang. Ia lantas bangun dan ikut bergabung bersama Aura, Sonya, Sissy, dan Luna yang mulai melakukan pemanasan singkat sebelum latihan dimulai.
Gerakan yang dibuat Sonya tidak terlalu susah bagi Kaira. Ia bisa menghafal dengan cepat, tetapi ada satu atau dua detail yang ia buat kurang jelas sehingga Sonya harus menjelaskan dan mempraktekan gerakan tersebut beberapa kali. Sebenarnya tim ini sudah dibentuk lama dan sering mengikuti perlombaan. Dan sekarang merupakan latihan bersama mereka setelah hampir setengah tahun. Wajar jika mereka masih harus kembali sedikit beradaptasi. Aura terlihat kesusahan mengingat bagian dengan tempo yang cepat. Gerakan Luna masih sedikit kurang tegas pada bagian-bagian yang seharusnya menjadi sorotan. Sementara Sissy dan Qila sudah kelelahan sedari tadi.
"Halo!"
Seruan dari dalam membuat Kaira yang kebetulan sedang berdiri membelakangi arah rumah ingin terus mempertahankam posisinya. Merasakan langkah kaki berjalan ke arah mereka. Kaira berharap pemilik suara itu cepat meninggalkan taman belakang. Tetapi sepertinya harapan itu tidak terwujud.
"Kak ini aku bawa minuman, mungkin mau istirahat bentar dulu?"
Kaira tentu saja mengenali suara itu. Suara dari seseorang yang menyukainya tetapi juga ingin ia hindari.
"Kita istirahat bentar dulu, ya," ucap Sonya. Ia mengajak para perempuan itu untuk menghampiri Azka yang sudah lebih dulu naik dan duduk di gazebo yang berasa di sudut taman.
Kaira melangkah dengan tidak yakin mengikuti teman-temannya. Mereka membuat lingkaran di atas gazebo, mengelilingi plastik yang dibawa Azka. Satu per satu dari mereka mengambil gelas bening berlogo starbucks begitu dipersilahkan.
Posisi duduk Kaira sedikit bersembunyi, sengaja agar tidak terlihat Azka. Ia sama sekali tidak membuat gerakan apa pun semenjak pahanya menyentuh kayu berpernis itu. Dan tanpa diduga Azka menyodorkan sendiri minuman pada Kaira, mengundang tatapan mata teman-temannya, kecuali Sonya.
"Makasih," ucap Kaira setelah menerima minuman yang menjadi salah satu favoritnya itu dengan sedikit meringis.
"Eh, ini ayo dimakan," kata Sonya.
Kaira bersyukur Sonya membuka plastik lain dengan isi berbagai macam gorengan yang langsung mengundang tatapan Aura, Qila, Sissy, dan Luna untuk beralih darinya. Mereka mulai asik mencicipi gorengan tersebut. Rasa lapar Kaira karena belum makan sedari siang kini lenyap, ia hanya menyeruput minumannya sesekali.
"Bukannya tadi lo bilang mau pulang malam?" tanya Sonya pada Azka.
Kaira tanpa sadar melihat Azka. Dan saat mata mereka bertemu cowok itu terlihat salah tingkah. "Masa sih? Kayaknya enggak, deh."
Beberapa menit berlalu. Dan mengiakan ucapan teman-temannya dan ikut tertawa pada hal yang sama sekali tidak ia ketahui menjadi kesempatan untuk menutupi rasa canggung Kaira. Padahal ia pernah berduaan saja bersama Azka saat acara 'kencan' yang diatur Jairo. Atau mungkin karena waktu itu ia memang harus tidak merasa tidak nyaman? Entahlah, pikirnya.
Plastik yang berisi gorengan tadi sudah kosong dan Kaira sama sekali tidak menyentuh makanan berminyak itu. Perutnya yang ia rasa berbunyi membuatnya seketika menyesal.
Ponsel yang berada di tangan Kaira menyala. Dari lockscreen menampakkan adanya pesa masuk dari Jairo.
J🦊
|Kaiiii
|Dimana?
Di rumah Azka
|Hah?
|Ngapain?
|Eh ini Azka tetangga kita kan?
"Kita lanjut lagi, ayok." Sonya yang duduk di ujung gazebo beranjak diikuti Kaira yang spontan mematikan ponsel. Mereka lantas membereskan plastik-plastik bekas gorengan dan minuman.
"Kak, gue pergi dulu," pamit Azka.
"Ke mana? Baru juga pulang."
"Kan tadi Kak Sonya sendiri yang bilang bukannya gue harus pulang malam?" tanya Azka jahil dengan alis yang diangkat sebelah. Oke, Azka yang seperti ini baru pertama kali dilihat Kaira. Sebab biasanya perlakuan cowok itu padanya kental sekali akan kesan bahwa ia menyukai Kaira.
"Oh, jadi mau nganter makanan aja?" kata Sonya, sedikit melirik pada Kaira yang tidak tahu harus berkespresi seperti apa saat mereka saling tatap. Tetapi perempuan itu tersenyum dan memberi isyarat untuk jangan terlalu memikirkannya. Kaira tahu Sonya hanya ingin menggoda adik lelakinya dan bukan bermaksud membuat ia merasa tak enak.
"Orang gue anter titipannya Qila, kok," dalih Azka.
"Hah? Kok gue?"
Azka mengacak rambut Qila. "Kebiasaan pikunnya."
"Gue pergi, Kak." Azka lalu menatap bergantian Aura, Sissy, dan Luna yang menyempatkan mengucapkan terima kasih terlebih dulu. "Anggep aja rumah sendiri," katanya dengan senyum tipis.
"Gue duluan, ya, Kai. Santai aja di sini," katanya saat melewati Kaira. Tak lupa menunjukkan senyum manisnya.
"Eh, iya." Kaira tersenyum canggung. "Hati-hati," katanya lagi yang membuat Azka menoleh dan memberikan senyum lebar padanya sebelum akhirnya berlalu dari sana.
Kaira berdebar. Ia akui itu. Padahal biasanya semanis apa pun perlakuan Azka, ia tetap akan merasa tidak nyaman. Apa ia terkesan dengan tingkah yang baru dilihatnya dari lelaki itu? Ya, Kaira yakin pasti seperti itu. Ia akhirnya memutuskan untuk kembali fokus dan tidak lagi memikirkan cowok itu.
🌍
Hari mulai gelap saat Kaira berjalan pulang ke rumahnya dan mendapati seseorang yang duduk di atas motor yang diparkirkan di samping pagar rumahnya. Kaira mendekat untuk memastikan siapa itu. Kalau misalnya itu Jairo, ia pasti sudah langsung mengetahuinya dari jarak jauh sekali pun.
"Azka?"
Lelaki yang semula tengah memainkan ponselnya itu mendongak. Ketika melihat Kaira, ia tersenyum dan memberikan sebungkus plastik hitam. "Lo tadi gak sempet makan gorengannya, kan?"
Kaira menatap Azka dengan tidak percaya. Masih belum sepenuhnya sadar kalau lelaki dengan tangan terulur padanya ini adalah Azka.
"Kai?" panggi Azka. Saat Kaira sudah sepenuhnya sadar, baru lelaki itu mengedikkan dagu pada tangannya.
Kaira menerima plastik tersebut. "Makasih. Tapi lo harusnya nggak usah serepot ini," Kaira berucap dengan tak enak hati.
"Santai, gue nggak ngerasa direpotin, kok."
Azka berkata dengan wajah yang seolah ingin mengatakan pada Kaira kalau ia memang benar-benar tidak merasa direpotkan. "Masuk, gih. Capek 'kan pasti? Gue balik dulu."
🌍
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top