-03⚡-
Sampai di rumah, Jairo langsung merebahkan diri di kasur besarnya. Matanya yang sudah tertutup kini terbuka dan melirik meja kecil samping tempat tidurnya. Ada dua bingkai foto di sana. Salah satunya foto keluarganya dengan bingkai coklat. Tetapi matanya mengarah pada bingkai berwarna biru tua dengan foto sepasang bocah kecil yang sedang tersenyum di dalamnya. Benda itu dibawa dan ditaruh sendiri oleh Kaira di kamarnya dengan sedikit paksaan. Jairo terkekeh mengingat itu kembali.
Cowok itu menarik napas. Kalau diingat-ingat, dalam usahanya mendekati Clara, Kaira selalu berusaha untuk membantunya. Gadis itu memang tidak terlalu memedulikan soal cinta dan segala tetek bengeknya, tetapi Jairo yakin jika paling tidak Kaira pernah memikirkan bagaimana jika dirinya mempunyai pasangan nanti.
Tiba-tiba melintas sebuah ide walaupun Jairo sekarang tengah mengantuk. Akan sangat bagus jika ia mencarikan cowok yang baik dan tepat untuk sahabatnya itu. Cowok itu bahkan sudah bisa mengabsen siapa-siapa saja cowok di angkatannya dari tiap-tiap kelas yang menurutnya sesuai dengan kriteria Kaira. Ya, walaupun ia sendiri tidak tahu tipe lelaki seperti apa yang disukai gadis itu.
Memikirkan itu semua membuat Jairo mulai terpejam dengan senyum di bibirnya.
🌍
Kaira sedang bersantai di bangkunya dengan seorang cowok di samping saat istirahat kedua berlangsung. Ia tinggi, putih, dan berbahu lebar. Tipe yang selalu diidam-idamkan hampir semua wanita. Tidak heran jika ia merupakan salah satu murid populer di sekolah ini. Serhan namanya. Kedua remaja itu memang selalu sekelas juga sebangku sejak mereka kelas 10.
"Kemarin kalian nggak ngumpul?" tanya Kaira tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Ngumpul, kenapa?"
"Nggak basa-basi aja."Kaira tergelak sendiri.
"Serhan, lo kenapa sih selalu ngambil makanan gue di saat-saat udah mau abis?!" pekik Kaira. Berhasil menoleh dari benda kesayangan di tangannya.
Serhan menyuapkan chips hasil curiam ke dalam mulutnya, sengaja memamerkan pada Kaira. "Abisnya, enak," katanya.
Kaira memutar mata. Tidak mengatakan apapun, sebab yakin ia akan semakin merasa jengkel jika mendengar ucapan-ucapan singkat Serhan. Jika Jairo selalu nyolot saat beradu mulut dengannya, maka Serhan hanya mengeluarkan beberapa kata saja dengan wajah innocent-nya. Tetapi sama saja, kedua cowok itu selalu membuatnya kesal, tidak heran mereka sangat akrab dan menjadi sobat karib walaupun memiliki kepribadian yang berbeda.
Serhan dikenali dengan Ice Prince. Ia memang tampak kalem dan banyak yang mengatakan bahwa cowok itu dingin dan misterius, meskipun sejauh ini Kaira mengenal Serhan, hanya 50% dari sifatnya yang sama seperti yang orang lain katakan. Sesungguhnya Serhan sangat terbuka dan asik diajak berbincang, juga terkadang ia suka menolong orang lain. Namun, Serhan mendapat sebutan Ice Prince bukan karna sifatnya, melainkan karena hobinya dalam ice skating. Bahkan ia pernah menjuarai lomba itu.
"Nggak heran gue, orang lo mainnya sama ...," Kaira menggantungkan ucapannya dan mengarhkan dagu pada seseorang yang menyandarkan tangan pada pintu kelas.
"Nih, sekalian. Lo yang abisin, kan?" Kaira menarik tangan Serhan, menaruh bungkusan bekas chip di tangannya saat cowok itu akan beranjak menghampiri Jairo
"Lo kemarin jam berapa balik dari rumah gue?" tanya Kaira dari tempat duduknya.
Jairo tampak berpikir sebentar sebelum akhirnya mengedikkan bahunya. "Tau, nggak liat jam gue."
"Entar nggak usah tungguin. Gue mau keluar sama anak-anak," kata Jairo. Ia lantas berjalan saat Kaira menganggukkan kepala.
Lewat dua detik, Jairo kembali ke pintu kelas Kaira. "Ada yang mau gue omongin juga, tapi lewat chat aja. Oke? Bye!" Jairo menyempatkan untuk mengedipkan sebelah matanya sebelum ia benar-benar pergi.
Kaira menarik napas dan menggeleng-gelengkan kepala. "Bilang mau ngomong, tapi lewat chat. Huft! Terserah dia aja, deh," gumam Kaira.
Seoranh gadis di depan Kaira berbalik ketika Jairo dan Serhan sudah menghilang dari depan kelas. "Gue kemarin liat Jiro sama-siapa tuh namanya?"
"Clara."
Kaira mengangguk. "Nah, iya, Clara! Mereka emang jalan kemarin."
"Terus ... lo nggak marah?" tanya gadis itu dengan alis terangkat sebelah.
Kali ini Kaira mendongak dan ikut menaikkan sebelah alis, merasa bingung.
"Ya ... secara lo kan-"
Kaira menarik napas. "Astaga Julia, udah berapa kali sih gue bilang kalo gue sama Jiro itu nggak ada hubungan apa-apa. Kita pure sahabatan, ok?"
"Asal lo tahu aja, gua nggak percaya benget sama yang namanya pure sahabatan antara cewek dan cowok. Banyak juga 'kok yang terbukti saling ada rasa."
"Nggak, buat gue dan Jiro," tukas Kaira dengan nada yang tidak ingin dibantah. Ia kembali memainkan ponselnya.
Sementara Julia sendiri hanya mengedikkan bahu, ia tetap pada pikirannya dan ucapan Kaira barusan sama sekali tidak mempengaruhi gadis itu.
Sedetik kemudian, Julia tampak melirik sekitar sebelum mendekatkan diri pada Kaira. "Lo udah titip pesan gue sama Jiro belum?" tanyanya dengan raut penuh harap.
"Yang lo salamin Kak Yoandri itu?"
Julia mengangguk semangat.
"Udah, kok. Bahkan tadi pagi gue sempet bilang sama Jiro lagi pas berangkat."
"Thanks, ya, Ra," ucap Julia dengan senyum cerahnya.
"Iya sama-sama," jawab Kaira yang kali ini menatap teman sekelasnya itu.
🌍
Duh, Serhan🥺
Nah, kalo ini uri Kak Yoandri🥰
Keep vomment, temans!
zypherdust💋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top