-01⚡-
Kaira-gadis dengan rambut sebahu dan berkulit putih itu tampak sedang bersantai di salah satu bangku cafe yang letaknya tidak jauh dari sekolah. Tangan kiri memegang ponsel yang ia miringkan dan tangan yang lainnya sesekali menyuapkan sesendok es krim ke dalam mulut.
Terkadang mata gadis itu beralih dari layar ponsel-yang menampilkan acara variaty show Korea favoritnya. Mengamati pintu kafe di ujung ruangan yang lain dan mendesah gemas. Pasalnya, seseorang yang sedari tadi ia tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya.
Entah untuk yang keberapa kalinya, gadis itu melirik jam hitam yang selalu melingkar di tangannya. Lagi-lagi ia menarik napas panjang. Beruntung, cafe ini memiliki pendingin ruangan sehingga ia tidak terlalu kepanasan. Tetapi lamanya waktu yang terbuang membuat Kaira kehilangan kesabaran.
Kaira bertekad akan langsung pulang jika temannya tidak menerima panggilannya. Baru saja ia akan keluar dari aplikasi berwarna merah yang baru saja digunakan, seseorang masuk dari pintu cafe.
Cowok tampan nan tinggi itu tampak mengalihkan pandangan ke seluruh penjuru ruangan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku-yang menurut Kaira sok ganteng. Gadis itu meremas sendok es krimya, menahan kesal. Mata gadis itu sama sekali tidak beralih dari si cowok yang kini berjalan ke arahnya dengan tampang yang sama sekali tidak merasa bersalah.
"Kenapa lo? Baru pernah liat orang ganteng?" tanya si cowok begitu sudah mendudukkan diri di kursi depan Kaira. Pakaian serba hitam yang dipakainya mengundang perhatian. Apalagi dengan sebelah kaki yang dipangku dan sorot mata tajam membuat beberapa cewek di sana saling berbisik. Tampaknya ia menikmati itu semua karena sekarang ia malah menunjukkan senyum miringnya.
Kaira sama sekali tidak berucap apa pun. Ia bergegas memakai tas sekolahnya dan hendak beranjak pergi.
"Eh, eh, mau ke mana?" si cowok menahan tangan Kaira, dan mendudukkan cewek itu kembali.
Kaira melemparkan tatapan sinisnya. "Enak ya, bisa mandi, bisa dandan! Lah, gue yang lumutan nungguin lo sejam."
"Ya, elah, Ra, cuma sejam aja, kok."
Kaira melotot. "Sejam lo bilang? Hah? Cuma sejam?! Lo pikir satu jam itu nggak lama!" serunya kesal. Sementara cowok di depannya menggaruk belakang kepala dan tersenyum canggung pada pengunjung lain.
Beberapa saat kemudian barulah Kaira menyadari suara tingginya, sehingga ia meringis dan ikut tersenyum malu pada orang-orang yang melihat mereka.
Tatapan gadis itu sama sekali tidak berubah untuk si cowok di depannya. Ia lantas menatap ke arah lain dengan dagu yang terangkat.
"Yah ... abisnya tadi gue masih nganter Clara dulu."
Mendengar nama itu, refleks Kaira menatap cowok di depannya dengan tidak percaya. Tetapi sedetik kemudian ia menarik napas panjang.
"Jiro ... Jiro. Kenapa bucin banget sih sama dia? Pacar aja bukan," tukas Kaira, menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.
Lelaki yang dipanggil Jiro itu mengambil alih es krim Kaira yang mulai mencair. "Jangan gitu dong, Ra. Harusnya lo mendukung sahabat lo ini yang lagi berjuang."
"Emang lo nggak pernah nembak dia lagi?"
"Minggu lalu gue nembak lagi."
"Trus?"
"Ditolak," jawab Jairo santai, seolah ia sudah kebal dan tidak asing lagi dengan kata itu.
"Ji, lo deketin dia dari tahun lalu. Dan enam bulan itu lama, loh," kata Kaira.
"Emang. Siapa yang bilang cepet?" Jairo balik bertanya dengan wajah songongnya.
"Ya, terus kenapa dia nggak mau, coba? Padahal udah berkorban banyak lo-nya." Kaira berkata dengan nada yang tidak terima. "Gue. Heran. Banget. Sama. Elo," katanya lagi setelah memajukan wajah sembari menekan setiap kata yang keluar dari bibir tipisnya.
Jairo mendekatkan tubuh sampai wajahnya tepat berada di depan wajah Kaira. "Lama buat lo, nggak buat dia," tekannya, ia menarik kembali wajahnya. "Lagian, dia juga belum lama putus dari mantannya. Gue juga yakin dia masih mau liat sejauh mana keseriusan gue."
"Belum lama apanya, udah hampir 8 bulan," cibir Kaira.
"Ra, mereka aja pacaran hampir dua tahun. Wajarlah kalo dia belum bisa move on," balas Jairo. "Tapi 'kok lo hafal sih kapan mereka putus?"
Kaira tidak memedulikan pertanyaan Jairo dan gantian memakan es krimnya.
"Gue sayang sama dia, Ra," kata Jairo sambil menatap Kiara serius.
Sedangkan Kiara memutar matanya. "Emang kapan sih seorang Jairo Mahesa bisa sayang sama cewek lebih dari 3 bulan?"
"Ini buktinya. Gue sayang sama Clara, sampai sekarang. Hm ..., dan bahkan ini udah lebih dari 3 bulan. Apa jangan-jangan gue beneran cinta sama dia?"
"Anak kecil sok-sok-an ngomongin cinta."
Jairo terkekeh mendengar nada sinis dari Kaira. Setelahnya kedua remaja itu terdiam. Kaira membiarkan Jairo menikmati es krimnya yang sedikit lagi akan habis. Sementara ia sedang membuka aplikasi chatting pada ponselnya.
"Tapi Ra ...," Kaira mendongakkan kepala dari ponselnya. "Lo beneran nggak bisa liat keseriusan gue?"
Sekarang Kaira menaruh ponsel di atas meja dan balik menatap Jairo serius. "Fyi, aja. Satu-satunya orang yang liat gimana seriusnya lo ngejar Clara itu ... gue." Kiara menunjukkan dirinya sendiri saat mengucapkan kata terakhirnya.
Jairo tersenyum cerah. "Emang, ya, lo sahabat gue paling the best."
Kaira memaksakkan tawanya dan terlihat jengah dengan tingkah sahabatnya itu. "Terserah, lo, deh!"
Gadis itu lantas kembali memainkan ponselnya. Lewat lima menit, sampai akhirnya Jairo memanggil Kiara yang yang berdeham sebagai jawaban.
"Ra," Jairo menggoyang-goyangkan tangan Kaira, membuat gadis itu mendelik. Ia memang selalu jengkel jika Jairo berusaha mengganggu fokusnya pada benda pipih kesayangannya itu.
"Apa?" ketus Kaira.
"Emang kalo ada yang gencar banget deketin lo sampai 6 bulan gitu, lo bakal luluh?" tanya Jiro. Kaira awalnya mengira Jairo berniat meledeknya, tetapi pandangan cowok itu benar-benar serius dan penasaran. Dan entah kenapa pertanyaan itu membuat Kaira berpikir keras.
🌍
Halo!
Mianhae, tapi seriusan aku nggak bisa nahan kehaluan ini >,,<
Keep vomment✊
Luv, zypherdust💋
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top