Prolog
"Ilyn,"
Cewek berkuncir kuda yang sedang memasukkan buku ke dalam tas itu menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Alisnya seketika berkerut melihat Anggika berjalan mendekat ke arahnya.
"Kenapa, Nggi?" Tanya Aerylin bingung. Tumben sekali Anggika memanggilnya secara tiba-tiba. Biasanya, cewek itu akan menemuinya hanya kalau mereka berada dalam satu kelompok saja. Itupun cuma untuk membicarakan pembagian tugas.
Dan kini Anggika memanggilnya tanpa memiliki keperluan tugas ataupun kelompok.
Agak aneh rasanya.
"Oh, gue mau ngasih ini," sebuah ponsel terulur ke arah Aerylin yang diterimanya dengan ragu. Dia seperti mengenal pemilik ponsel bercase biru yang dihiasi bandul doraemon tersebut.
"Kayaknya ponsel itu punyanya Momo, deh. Soalnya gue nemuin di kolong mejanya."
Nah, kan. Pantas saja dia seperti mengenal ponsel tersebut. Wong, itu punya Momo, teman sebangkunya. Cewek itu memang terkadang pelupa.
"Makasih, ya, Nggi." Ucap Aerylin sambil tersenyum manis.
"Sama-sama."
Menyampirkan tas di bahu, Aerylin segera berderap keluar kelas. Momo pasti sedang menunggunya di parkiran. Tadi dia memang sengaja menyuruh Momo untuk pergi ke parkiran terlebih dahulu. Karena dia masih menyalin catatan Bahasa Indonesia.
Langkah Aerylin menjadi tergesa begitu jaraknya dengan Momo semakin mendekat.
"Momo Geisha!" Seru Aerylin membuat Momo yang tengah duduk di atas motor matic-nya, menoleh.
"Apaan?"
"Lo pelupa banget, sih, sampe hape lo ketinggalan. Untung Anggika nemuin hape lo. Kalau enggak, nangis, deh, lo semaleman." Omel Aerylin sembari menyerahkan ponsel milik Momo.
Momo nyengir kuda menanggapi omelan Aerylin. "Makasih, ya, Yer."
"Emang lo lagi mikirin siapa? Utang? Atau Doi? Mangkanya, lain kali jangan pelupa gitu. Suka banget jadi orang lupa."
"Kayak lo nggak aja. Dasar ceroboh."
Celetukan yang bersumber dari arah samping sontak mengalihkan perhatian Aerylin dan Momo.
Sesosok cowok bertubuh jangkung dengan santainya berjalan melewati mereka berdua menuju motor besar berwarna hitam yang terletak di bagian sudut.
Melihatnya, Aerylin mendelik tak suka. Seenaknya saja ngatain dia. Kenal juga enggak.
"Emang gue kenapa?" Tanya Aerylin kesal. Dia memutar-mutar tubuhnya untuk mencari maksud dari kata 'ceroboh' yang dilontarkan cowok sok akrab tadi.
Momo yang dapat menangkap maksud cowok itu, menjawab. "Tas lo, Yer. Belum diresleting."
Spontan, Aerylin membalikkan tasnya ke depan. Matanya melotot. Aneh. Sejak kapan tasnya belum diresleting? Tidak mungkin resletingnya terbuka sendiri. Apa jangan-jangan cowok itu yang membukanya?
Awas aja kalau bener. Aerylin bakal giling dan jadikan bakso cowok itu.
Tapi, setelah beberapa saat mengingat, dia baru menyadari kecerobohannya.
Oh iya, di kelas tadi, dia, kan, memang belum sempat meresleting tas sehabis memasukkan buku.
Ya ampun, kenapa dia bisa lupa coba?
Cepat-cepat Aerylin segera meresleting tasnya.
Sumpah. Dia malu pake banget. Berarti, sedari tadi dia berjalan dengan resleting tas yang terbuka, dong? Astaga!
"Siapa, sih, cowok itu? Bikin kesel aja." Gerutu Aerylin misuh-misuh. Dia menghentak-hentakkan kaki.
Awas aja kalau ketemu lagi waktu cowok itu sama apesnya kayak dia, bakal Aerylin bales.
Menghela napas, Momo merangsek, mendekati Aerylin. "Dia yang namanya Sakha Danen Rajendra."
"Hah?"
~~~
Hai guys. Welcome to my new story. Aku datang bawa cerita baru. Yang pasti lebih fresh. Aku harap, kalian menyukainya 💕
Jangan lupa tekan bintang dan sertakan komentar yang bisa buat aku semangat untuk kembali menulis.
Ini baru prolog. Masih awal. Jadi, perjalanan kisah Sakha dan Aerylin masih harus menempuh beberapa babak lagi.
Selamat menikmati yaaa. Tanpa kalian aku bukan apa-apa.
Ps. Mungkin, aku nggak bakal setiap hari nge post cerita ini, dikarenakan kesibukanku di dunia nyata setelah tamat SMK. Tapi aku usahakan untuk cepat update.
Thank you all 😘💕
22 Mei 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top