Rumah Hantu || Kurusu Syo
Rumah Hantu
Kurusu Syo x Girlfriend!Reader
Requested by : KanzakiYuu
Warning : Typo, AU, OOC
"Hah? Festival budaya?" (Name) mengerjap bingung saat mendengar pernyataan pemuda di hadapannya. Bukan, bukan karena mendengar kata 'festival budaya'. Lebih tepatnya karena kalimat yang diucapkan Syo berikutnya.
"Kami akan membuat rumah hantu sendiri. Pastikan kau mampir ke kelas kami ya," pesan sang pemuda sambil menyeruput jus jeruk yang dipesannya tadi.
"R-Rumah hantu?" Sontak, bulu kuduk (name) berdiri. Ia sangat benci rumah hantu. Ingin rasanya ia menolak, namun ia tak ingin mengecewakan Syo. Dengan berat hati, sang gadis mengangguk, lalu mengambil satu batang pocky rasa cokelat. "Memangnya kau jadi apa Syo-kun?"
Syo berdeham pelan. "Hantu yang semasa hidupnya dibully karena pendek," jawabnya.
Dan saat itu juga, tawa (name) meledak, membuat Syo merona karena malu. Usai meminum air, (name) akhirnya berhenti tertawa, namun senyum usil masih terukir di wajahnya. "Rasanya, peran itu sangat cocok untukmu," goda sang gadis.
"Sudahlah! Jangan menggodaku!" Syo menggeram kesal. Kalau saja (name) bukan kekasihnya, amarah Syo pasti sudah meledak saat ini.
Bel berkumandang dengan kencang, menandakan istirahat sudah usai dan tiba saatnya bagi murid-murid untuk melanjutkan pelajaran mereka.
(Name) segera bangkit berdiri, hendak meninggalkan Syo yang masih menyeruput jusnya. "Aku harus pergi. Pelajaranku setelah ini Matematika. Dan kau tahu, gurunya tidak suka bila ada yang terlambat."
"Kau akan datang 'kan?" Mata Syo berkilat penuh harap. Ia sangat ingin (name) datang, lantaran ini semua adalah ide yang ia rancang sendiri.
"Semoga."
* * *
"Syo-chan, jangan lupa pakai bedak agar semakin seram!" seru Natsuki dari dalam ruang kelas.
"Hah bedak? Tidak!"
Sambil membenahi barang yang akan digunakan, Natsuki segera menarik Syo, membubuhkan bedak pada wajah pemuda itu. Syo tak bisa menolak sama sekali. Hal yang terburuk yang bisa terjadi bila ia melawan adalah kacamata Natsuki lepas. Dan ia tak ingin hal yang lebih buruk terjadi.
Pintu terbuka, menampakkan sosok tegap dari Ichinose Tokiya, sang ketua kelas. "Kita sudah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah untuk menggunakan aula sebagai rumah hantu. Jadi cepat kemasi barang yang dibutuhkan, lalu segera turun ke lantai pertama. Acara akan dimulai dalam empat jam, jadi saya harap kalian bisa menghemat waktu."
Semua murid mengangguk. Antusiasme dan rasa semangat terpancar dari wajah mereka. Tak ada satu pun yang tidak bekerja. Dengan cepat, mereka membenahi barang-barang yang masih ada di kelas.
Setelah selesai memoleskan bedak di wajah Syo, Natsuki langsung beranjak pergi. "Jangan dihapus bedaknya ya! Oh iya, aku akan memberimu biskuit Piyo-chan setelah acaranya selesai." Natsuki melambaikan tangannya dari kejauhan.
"Oh tidak," gerutu Syo. Ia tak siap untuk pingsan hari ini, terlebih lagi karena sepotong biskuit kecil.
Perlahan, Syo meniti tangga menuju lantai satu. Saat sampai di ujung koridor, diintipnya kelas (name). Penuh dengan nuansa cerah. Spanduk besar bertuliskan 'Maid Cafe' tertempel dengan jelas di depan kelas.
Kelas itu kini didominasi oleh gadis berseragam layaknya pelayan di Eropa, lengkap dengan sepatu dan rambut yang tertata rapi.
"(Name)! Pacarmu datang!" panggil Tomochika sambil menunjuk Syo.
"Syo-kun?" Syo ternganga saat melihat gadis yang sudah menjadi kekasihnya selama delapan bulan. Baju maid hitam-putih ditambah riasam wajah yang ringan membuat gadis itu semakin manis di hadapan Syo.
"Kau jadi pelayan di maid cafe ini?" Alis Syo bertaut. Ditatapnya (name) dari atas sampai ke bawah.
"Tidak, aku hanya sebagai penerima tamu!" Sang gadis menyahut riang. "Tomo-chan, Haru-chan, Mai-chan dan beberapa gadis lainnya yang akan menjadi pelayan!"
Syo menghela napas panjang, lalu menepuk pelan puncak kepala (name). "Syukurlah kalau begitu. Jangan sampai lelaki menyentuh atau menggodamu ya. Terutama Ren dan Van." Rona merah tipis tersirat di wajah Syo saat ia mengucapkan kalimat tersebut. Ia sangat berterima kasih pada bedak yang berhasil menutupi rona tersebut. "Aku pergi dulu ya. Jangan lupa datang ke tempatku! Di aula sekolah!"
(Name) hanya bisa berdiri di tempat sambil melambai pelan. "Aku tak suka rumah hantu, Syo-kun," gumamnya sambil menautkan jemarinya. "Tapi akan kulakukan."
* * *
Empat jam penuh perjuangan telah berlalu. Dan kini aula sudah benar-benar menyerupai rumah hantu. Cipratan darah palsu di mana-mana. Hanya ada satu lilin kecil di tengah ruangan, diperuntukkan bagi para siswa yang masuk. Namun lilin itu juga bukan hanya sekedar lilin. Saat ada yang menyentuh lilin tersebut, dari bawah akan muncul sepasang tangan putih pucat yang siap menyeret siapa pun.
(Name) tertegun saat melihat aula yang kini tampak menyeramkan. Jantungnya serasa diremas berkali-kali. Kakinya seketika lemas, seolah ingin jatuh detik itu juga. Namun ia tak bisa mundur lagi. Posisinya sudah ada di depan pintu masuk.
Dengan langkah gemetar, (name) memasukki rumah hantu tersebut. Jalan yang dilaluinya penuh darah, ditambah dengan bau yang tidak menyenangkan, seperti bau mayat.
(Name) langsung mematung kala ia menjumpai sosok itu. Di antara tirai-tirai yang bergantungan, muncul tubuh seseorang, dengan organnya yang berceceran di lantai, membuat (name) mengernyit dan segera menjauh.
Semakin (name) masuk, semakin gelap juga ruangan tersebut. Dalam kegelapan tersebut, dapat dilihatnya dengan jelas cahaya api yang menerangi. Buru-buru didatanginya tempat itu.
Sebuah lilin kecil dengan agungnya bersinar di tengah kegelapan, memberi harapan baru bagi (name). Diambilnya lilin itu secepat mungkin. Namun tiba-tiba, sang gadis membeku di tempat.
Sepasang tangan menahan kakinya tetap di tempat. Rasa dingin menjalar tubuhnya. Dan dapat (name) ketahui bahwa tangan tersebut sangat pucat, dengan bercak darah yang menghiasinya.
(Name) menjerit kaget. Lilin yang sejak tadi dipegangnya terjatuh secara otomatis, terjatuh di antara tumpukan tekstil. Api merah mulai melahap tekstil tersebut, membuat kebakaran yang semakin lama semakin besar.
"Kebakaran!!!" Terdengar suara dari luar. Semua orang langsung sibuk menyelamatkan diri dan mencari bala bantuan.
Namun, (name) tetap mematung di dalam. Diingatnya kejadian bertahun-tahun yang lalu, saat keluarganya tewas dilahap sang jago merah. Masa-masa yang paling menakutkan baginya. Dan sekarang harus terulang lagi.
Pandangannya kini telah terselubung oleh asap hitam. Rasa panas menguasai tubuhnya. Tanpa melawan sedikit pun, (name) terjatuh di tempat. Suara rintihannya tak dapat didengar oleh siapa pun.
* * *
"Apa? (Name) belum keluar?" Syo mengerjapkan matanya berulang kali, memandang aula yang mulai dilahap oleh api. "Aku harus masuk," tegasnya sambil berlari kembali.
"Tidak, Syo-chan, bahaya!" cegah Natsuki. "Kita tunggu ada guru yang datang."
Syo menepis tangan Natsuki. Dengan energi penuh sang pemuda berlari masuk. "Aku tak bisa meninggalkannya di dalam. Dia adalah kekasihku. Lagi pula, aku tahu masa lalunya. Aku tahu dia pasti masih di dalam, menangis dalam kesendiriannya."
"(Name)! (Name)!" Suara Syo menggema di aula tersebut. Rasa panas merayapi tubuhnya, seolah ingin membakar sang pemuda. Tetapi, asap dan panas sama sekali tak mengganggunya.
Syo terbatuk. Asap telah merasuk ke dalam alat pernapasannya. Langkahnya semakin lama semakin pelan. Namun dengan kilat mata penuh perjuangan, ia tetap mencari eksistensi sang gadis.
"(Name)!" Pemuda itu berteriak sekali lagi, kali ini dengan sangat kencang.
"Syo-kun...." Sebuah suara lirih memanggilnya pelan. Syo menengok ke kanan dan ke kiri, berusaha mencari kekasihnya. Kepulan asap benar-benar mengganggu penglihatan sang pemuda. Langkahnya melambat, ia bisa mendengar suara (name) lebih jelas.
"Itu dia!" Syo langsung menarik tangan (name), mendesak gadis itu untuk berdiri. "Kau tak apa? Apakah ada yang terluka?"
(Name) terisak. Kedua matanya sudah basah akibat menangis. "Syo-kun, aku takut. Aku teringat masa laluku. Saat kebakaran hari itu ... yang hanya menyisakanku...."
"Sudah jangan khawatir," bujuk Syo sambil membelai pelan pipi sang gadis. "Sekarang kita keluar ya. Aku minta maaf telah meninggalkanmu. Dan mulai sekarang, jangan pernah jauh-jauh dariku, ya?"
(Name) mengangguk. Tangannya menggenggam erat lengan Syo, menyembunyikan diri di balik tubuh tegap sang kekasih. "Mulai sekarang aku akan melindungimu, aku janji." Syo tersenyum sambil mengajak gadis itu keluar menerobos panasnya sang Jago Merah.
"Syukurlah kau selamat!" sambut Natsuki saat melihat kedua temannya berhasil keluar dari aula. "Kami sedang berusaha memadamkan apinya. Ayo Syo-chan, kau juga harus bantu."
Syo mengangguk. Sekilas, ia menatap (name) lalu tersenyum dengan maskulin. (Name) membalas senyumannya sambil berkata, "Terima kasih karena sudah menyelamatkanku, Syo-kun."
-End-
A/n :
Edisi lupa ngepublish padahal udah kelar. Maafkan kenistaan saya mak >/\<
Lain kali request Momo aja makanya/oy
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top