31

Happy reading
.
.
.
.

Akhirnya selesai juga tesisku. Aku juga sudah menyelesaikan sidangku. Tinggal menunggu wisuda saja tiga bulan lagi.

Queen dan Attar juga sudah selesai sidang skripsi. Aku sengaja mendatangi mereka.

"Gimana?" Tanyaku penasaran. Queen dan Attar memelukku erat sampai aku kesulitan nafas. "Lulus" teriak mereka berdua. Kami berlonjak-lonjak seperti anak kecil.

"Cuss kita makan di cafe depan" mereka berdua mengangguk antusias. Tapi dering smartphone ku berbunyi dan menghentikan langkah kami.

Mr. Suami
Aku sudah ada di depan sayang

Gue menghela nafas panjang. "Arsen ada di depan gaes" terdengar decakan dari keduanya.

Queen sibuk dengan membalas pesan di smartphone miliknya. Lalu dia juga memandang kami tak enak. "Kenzi juga udah didepan bareng Arsen"

"Ck.. gila ya, gue jomblo nih sendirian" gue menatap Queen dan tersenyum jahil kearah Attar.

"Apaan teh senyum kek gitu?" Gue makin tertawa. Gue dan Queen menggandeng lengan Attar untuk berjalan keluar gerbang. "Kita makan"

Sebelumnya gue sudah kasih tahu Belinda untuk menunggu kami di gerbang. Dan benar saja,disana Belinda sudah ngobrol dengan Kenzi.

"Haiy baby" sapa Arsen dan mengecup pipi gue. Kenzi juga menghampiri Queen. Attar berdecak sebal.

"Ingat ada gue kali" mereka tertawa. Gue mendekatkan Attar dengan Belinda. "Buruan nikahin Belinda dek, kalian jangan gengsi, kalau cinta bilang cinta. Papa dan Mama pasti kasih restu kamu" kataku sok bijak.

Belinda pipinya bersemu merah. Attar salah tingkah dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Gue tahu kalau Attar suka Belinda. Terlihat dari tatapannya itu. Oke fix, gue yang akan menyampaikannya ke Papa dan Mama.

"Lapar kak, kita makan ke cafe depan itu ya bareng semuanya?" Tanyaku. Arsen mengangguk.

"Jangan, kita ke restoku aja, yuk!" Kami setuju. "Gratis ya kak Kenzi eh dek Kenzi" Kenzi tertawa mendengar panggilan gue.

"Iya kakak ipar Azza" gue tertawa kecil mendengarnya. "Teteh sama kak Arsen, dek. Queen sama dek Kenzi, kamu sama Belinda ya" kataku.

"Aku bawa motor merah Teh bukan matic" katanya. Aku tahu Attar menjaga agar Belinda aman dan tidak ingin terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. "Gak masalahkan Bel?" Tanyaku. Bella hanya mengangguk malu-malu.

"Sana gandengan sama Belinda" titah gue. Attar memutar bola matanya malas, tapi tetap menggandeng tangan Belinda. Kan beneran aslinya dia mah suka, tapi gengsi.

Kami sudah sampai di restoran milik Kenzi. Kami juga sudah memesan makanan. Kami menunggu sambil berbincang-bincang.

"Setelah wisuda kamu kemana Za?" Tanya Queen. "Tetap ngurus sekolahnya Nenek sama Mama, kamu?"

"Ngurusin butik Mommy, udah final itu" gue terkikik geli mendengarnya. "Kamu dimana Tar?" Tanya Queen.

"Ya tetap bantuin Papa di kantor, sama showroom, teteh sih enak, cuma sekali sebulan aja ngecek showroom" gue cuma nyengir dan memasang tampang wajah tanpa dosa. "Kasih kek kak, si teteh ngurusin sekolah dan showroom"

"Nanti Azza capek, janganlah. Aku mau program baby" gue tersedak mendengar penjelasan Arsen. Astaga Arsen.

"Wah bagus tuh, bikin deh, biar aku cepat dapat ponakan. Dan kalian Queen, cepetan bikin ponakan juga buatku" Wajah Queen memerah dan Kenzi cuma mengangguk.

"Dan kamu dek, cepat nikahin Belinda gih, sebelum diembat orang lain" kataku. "Aku masih harus kuliah magister lho Teh"

"Nggak masalah kan Bel?" Belinda hanya menunduk, wajahnya sudah merah karena sedari tadi gue goda. "Ntar teteh yang ngomong ke Papa dan Om Kenan"

"Oh tenang aja kalau masalah Uncle Kenan, aku yang akan urus nanti" jelas Kenzi. "Semerdeka kalianlah" gue dan Queen terkikik geli mendengarnya.

🌷🌷🌷

Gue baru aja mendapatkan telepon dari teman sekelas gue. Mereka ngundang gue ke cafe di depan kampus untuk membahas tentang wisuda.

Gue keluar kamar dan mencari keberadaan suami bule gue di ruangan kerjanya.

Tok..tok..tok

"Masuk" suara Arsen mengintruksikan untuk masuk. Gue membuka pintu pelan dan menyembulkan kepala untuk melihat sekitar. "Haiy baby, coming" gue nyengir dan mendekat kearahnya.

"Ada apa sayang?" Tanyanya. Arsen menarik gue agar duduk di pangkuannya. "Hmm.. kak, besok teman-teman kuliahku ngajakin kumpul di cafe depan kampus, boleh?"

"Ada prianya?" Gue mengangguk. "Tidak boleh" gue membulatkan mata mendengarnya.

"Kenapa? Padahal disana aku dan teman-teman mau bahas tentang wisuda kami yang tinggal tiga bulan lagi" belaku.

"Sebatas bahas wisuda?" Gue mengangguk. "Oke boleh, tapi kalau kalian membahas lain, kamu segera pulang" gue mengangguk, tak apalah, yang penting boleh keluar.

Gue memeluknya. "Terimakasih kak. Janji akan pulang sebelum waktunya makan siang" kataku. Arsen membelai punggung gue. "Aku nggak mau kehilangan kamu sayang" gue mengangguk.

🌷🌷🌷

G

ue sekarang berada di cafe dekat kampus. Arsen Nggak bisa nganterin gue, karena ada meeting penting. Jadinya gue dianter sama supir. Mereka sudah menunggu gue disana.

"Haiy sorry gue kesiangan ya" gue mengambil duduk di dekat Eriska. "Sans ae Za, kita juga baru mulai. Lo pesan dulu deh" gue mengangguk dan segera memesan makanan dan minuman.

"Jadi gaes, kita rencananya mau Adain piknik nih sebelum wisuda. Mungkin bulan depan gimana? Sekalian nunggu hasil nilai kota dari para dosen" jelas Eriska.

"Ide bagus tuh. Gue juga butuh refreshing, kemana?" Tanya Fajrin yang duduk di depan gue. "Itu nanti kita vote, yang penting nih, kita harus dapat ijin dulu dari keluarga, terutama Lo Za, Lo harus ijin dulu sama suami Lo yang ganteng itu" Eriska terkikik saat menyebutkan suami ganteng.

"Gue nggak janji ya Ris, karena gue juga ngajar di sekolah" semuanya mendesah kecewa. "Apa perlu gue yang ijinin Lo Za, ke suami Lo?" Tawar Fajrin lagi.

Gila itu mah, sama aja bunuh diri gue. "big No. Gue bisa sendiri itu" Fajrin mengangguk. Mereka kembali membahas soal piknik, gue udah nggak minat.

PING

Mr. Suami
Pulang sekarang
Aku tunggu diluar
Sudah selesai bahas wisudanya

Deg

Gue jadi nggak enak sendiri. Gimana Arsen bisa tahu semuanya sih. Gue menghela nafas berat.

"Gaes, gue balik duluan ya, ada urusan keluarga nih" pamit gue, mereka terlihat kecewa, tapi akhirnya mengiyakan juga.

Gue menghampiri Arsen yang sudah duduk manis di kursi kemudi. Dia meremas stir sangat kuat. "Assalamualaikum kak"

Arsen menengok kearah gue. "Waalaikumsalam" gue menjadi istri yang berbakti, mencium tangan dia. Arsen memandang penampilan gue.

"Ada apa kak? Baju aku terlalu terbuka?" Arsen menggelengkan kepalanya. "Kamu cantik, dan aku benci dia memandangmu seperti itu"

Gue mengernyitkan kening. Siapa yang dimaksud Arsen. Arsen melajukan mobilnya meninggalkan cafe.

🎶 Beautiful girl🎶

Fajrin calling...

"Siapa?" Tanya Arsen. "Fajrin kak, teman aku. Bentar ya"

"Halo"

"...."

"Ya ampun, ya udah gue kesana deh, atau kalau nggak, Lo titipin ke Eriska aja deh"

"..."

"Ya udah, thanks ya" gue langsung menutup teleponnya.

"Ada apa? Laki-laki?" Gue mengangguk. "Dompet aku ketinggalan di sana dan ditemuin Fajrin. Kita putar balik ya kak"

"Itu cuma akal-akalan dia aja, dia itu sebenarnya suka sama kamu Za" gue menggelengkan kepalaku. "Dompetku beneran ketinggalan"

"Nggak usah, nanti biar aku suruh orang ambil dompet kamu dari dia" gue memilih diam.

Smartphone milik Arsen berbunyi, pertanda ada telepon masuk. Gue melihat ada nama Megan disana. Bangke.

Megan calling....

Gue mengangkat smartphone itu di dekat Arsen. "Look. You're ex-girlfriend" Arsen hanya diam. "Kamu masih berhubungan dengan dia?"

Tak ada jawaban dari Arsen. "Berhenti kak. Aku mau turun aja" mobil Arsen berhenti di tepi jalan. "Aku nggak ada hubungan apa-apa sama Megan. Apa bedanya kamu sama laki-laki itu"

"Apa? Aku nggak selingkuh kak, jangan tuduh aku macam-macam deh"

Fajrin calling...

Kampret kenapa dia harus nelepon sih. Arsen marah-marah dan gue benci difitnah. Gue nggak merasa mengkhianati Arsen.

Akhirnya gue turun dari mobil dan menulikan pendengaran gue. Guen turun dari mobilnya. Arsen mengejar gue yah sudah berjalan menjauh dari dia. Gue menangis. Gue kecewa dengan Arsen.

TIN..TIN..

"AWASS mbak" gue menoleh.

Bruk

Gue terpental ke sisi jalan. Gue tertabrak truk. Kepala gue membentur aspal. Gue merasakan ada darah yang keluar dari kepala dan hidung gue. Sayup-sayup  gue dengar suara Arsen dan beberapa orang menghampiri gue.

"Azza" panggilnya lirih.

Pandangan gue mulai menggelap dan gue tak sadarkan diri.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top