CHAP. 5 : Lingerie Baru
"Kamu di kamar ini! Aku enggak mau lagi tidur denganmu!" Remy menunjuk kamar sebelah.
Setelah dari hotel, kami langsung pulang. Papa dan mama pulang ke rumahnya dan kami ke rumah kami.
Sebenarnya itu rumah Remy. Remy yang membelinya dari hasil kerja kerasnya. Sekarang, menjadi rumah kami. Remy bersikeras agar kami tinggal di rumah ini, karena mama memaksa kami untuk menginap di rumah mereka.
Tentu saja, kami harus secepatnya tinggal terpisah dari mama dan papa. Kami tidak mau tidur sekamar lagi.
"Kan, memang kita tidur terpisah, sesuai di surat perjanjian."
"I—iya, maksudku juga begitu! Aku enggak mau bangun pagi disambut tendangan lagi sama kamu!"
"Maaf. Aku kan belum terbiasa tidur sama orang lain, apalagi cowok."
"Ehem ... ya udah, sekarang beresin barang kamu!" Ia langsung masuk ke kamar di sebelahku. Kamar kami bersebelahan. Dan ia membanting pintunya dengan keras.
"Ck! Seharusnya aku yang marah! Kamu yang meluk-meluk aku lagi tidur! Kamu dengar aku, kan?!" Tak ada jawaban dari dalam.
"Percuma ngomong sama pintu! Dasar!" Aku menggerutu seraya masuk ke kamarku.
Kamarku besar. Semuanya serba putih. Monoton.
Ada kamar mandinya, luas juga. Ada bathtub dan showernya juga. Lengkap.
Setelah berkeliling kamarku sendiri, aku mulai merapikan pakaianku.
Beberapa lama kemudian, Remy masuk ke kamarku.
"Lain kali, ketuk pintu dulu sebelum masuk!" protesku.
"Enggak masalah, kan? Kamu juga tidak sedang telanjang."
"Pokoknya ketuk pintu!"
"Iya-iya. Begini, besok, Mbak Tini datang. Dia bekerja di sini mulai besok. Dia yang akan mengurus rumah dan juga memasak. Kamu enggak usah melakukan apapun di rumah ini. Dan, ini, kartu kredit untuk kamu. Uang bulanan kamu, aku sudah transfer barusan," ia menjelaskan semuanya dan menyerahkan kartu kreditnya padaku.
"Kartu kredit ini, boleh aku pakai?"
Ia mengangguk.
"Aku boleh belanja? Boleh ke salon? Boleh jalan-jalan?"
"Terserah. Lakukan apa yang kamu suka."
Hemm, begini ternyata jadi orang kaya. Asyik juga!
"Terima kasih."
***
Belanja apapun tanpa melihat harga?
Aku sedang melakukannya!
Jangan ngiri, ya?
Ini beneran asyik banget! Seumur-umur, baru kali ini aku belanja tanpa beban. Biasanya, aku mengandalkan diskon. Sekarang, aku merasakannya.
"Lo yakin mau beli ini?" tanya Mona ragu.
Oiya, aku mengajak Mona belanja. Tentu saja, aku juga mentraktirnya. Selama ini, kan, dia sering membantuku. Sekarang saatnya membalas budi.
"Iya."
"Elo mau pake kapan? Elo kan sama Remy enggak tidur sekamar?"
"Ya, gue pake di kamar gue, dong! Gimana, sih! Justru, bakal gue pake, karena gue tidur sendirian. Gue mau ngerasain pake lingerie mahal, apa tidur gue bakal nyenyak?"
"Pasti nyenyak, karena itu bahannya tipis, jadi adem. Ada semriwingnya."
Aku tertawa mendengar ucapannya.
"Kirain, elo mau ngajak Remy bobok bareng."
"Amit-amit!"
"Jangan sok amit-amit! Entar malah elo sendiri yang jatuh cinta duluan sama dia." Mona bicara dengan tetap mengunyah kentang gorengnya.
"Enggak! Gue tetap cinta sama Gian." Aku bersikukuh.
"Eh, iya, Gian ke mana? Enggak pernah muncul."
"Dia di luar kota, lagi ada kerjaan katanya."
"Gian tahu elo udah married?" tanya Mona.
Aku menggeleng.
"Terus?"
"Biarin aja dulu! Nanti gue yang ngomong, tapi saat ini, biarin aja dulu," jelasku.
"Kita nonton, yuk?" ajakku kemudian.
"Ayook!"
***
"Kamu belanja sama Mona?" tanya Remy.
Aku mengangguk.
"Mulai besok, kamu kursus stir mobil aja. Aku sudah daftarin kamu, besok jadwalnya jam sepuluh pagi," ujarnya.
Kami sedang makan malam, Mbak Tini sudah datang dan mulai bekerja hari ini. Hanya Mbak Tini dan supir pribadi Remy saja yang mengetahui soal rumah tangga kami. Soal pisah kamar.
Tentu saja, Remy sudah bicarakan secara pribadi kepada mereka. Itu bukan urusanku.
"Hah? Aku kursus menyetir?"
"Iya."
"Tapi, aku takut!"
"Makanya kursus, biar bisa dan enggak usah pakai supir segala. Pak Asep itu supir pribadi aku buat kerja. Jadi, biar enggak ganggu kerjaan aku juga."
"Ya udah, kalau begitu. Aku nurut aja sama kamu."
"Belanja tadi, enggak pakai kartu kredit?" lanjutnya.
"Enggak. Aku pakai uang dari kamu."
"Belanja apa aja?"
"Baju, celana, bra, celana dalam, skincare, sepatu, dan lingerie."
"Uhuk ... uhuk ... Lingerie? Buat apa?" Ia mengambil air minum.
"Aku mau tahu aja rasanya pakai baju tidur yang kekurangan bahan itu. Pasti tidurku nyenyak, harganya mahal banget."
Remy hanya menggelengkan kepalanya. Kami melanjutkan makan malam dengan obrolan tentang pekerjaannya. Oiya, Remy bulan depan akan menjabat sebagai presiden komisaris di perusahaan papa. Menggantikan papa yang akhirnya memilih pensiun.
Selesai makan malam, aku menemani Remy di ruang tengah menonton televisi. Membosankan. Saluran tv yang ia tonton adalah acara fauna yang berada di Afrika, seraya meminum teh hangat tawarnya. Seperti bapak-bapak saja!
Sesekali ia bertanya mengenai Om Alfian dan Tante Yeni--istrinya. Setelah acara tv tersebut selesai, ia mengajakku tidur. Tidur di kamar masing-masing.
Ia masuk ke dalam kamarnya, begitu juga denganku. Aku langsung menyikat gigi dan membersihkan wajahku. Aku sudah tidak sabar ingin memakai produk skincare mahal yang sudah lama aku idam-idamkan.
Sebelum memakai aneka skincare di wajahku, aku mengganti pakaianku dengan lingerie yang baru kubeli tadi siang. Aku langsung menyuruh Mbak Tini mencucinya, karena aku tidak sabar ingin memakainya.
Aku memandangi tubuhku dengan gerakan memutar, sangat seksi!
Pantas saja mahal! Memakai lingerie ini, mengeluarkan aura seksi si pemakainya.
Ah, aku baru sadar! Aku seksi sekali malam ini.
Lalu, aku mulai memakai krim wajah yang mahal itu. Ya ampun, krimnya sangat lembut di kulit wajahku. Ringan. Serasa tidak pakai krim.
Ah, aku sudah seperti sedang me-review suatu produk.
Tok... Tok... Tok
Aku cepat-cepat menyelesaikan mengoles krim tadi dan memakai kimono tidurku untuk menutup tubuhku yang seksi ini.
"Ada apa?" tanyaku begitu pintu kubuka.
"Kamu ada selimut?"
"Ada. Kenapa? Kamu mau pinjam?"
"Enggak. Kalau enggak ada, kamu bisa pinjam punyaku."
"Aku enggak butuh apa-apa. Semua sudah lengkap di sini sejak aku datang."
"Oh."
"Apa lagi? Kenapa belum pergi?" Aku heran dia masih berdiri di sana.
"Ehem, kamu—jadi pakai—itu?" tanyanya putus-putus tidak jelas.
"Apa? Pakai apa?"
"Emm, lingerie," ucapnya pelan.
"Aku udah pakai dan–, eits! Kamu mau lihat aku pakai, ya?" tanyaku akhirnya, tersadar dengan pertanyaan anehnya.
"Siapa yang mau lihat?! Aku nanya aja, kan kamu bilang habis beli lingerie!"
"Aneh! Udah sana! Aku mau tidur!"
Aku langsung menutup pintu kamarku dan menguncinya dari dalam. Aneh sekali pertanyaannya! Dari sekian banyak barang yang aku beli, hanya lingerie saja yang ia tanyakan.
Dasar!
*Olga, saat mikir, kenapa dari sekian banyak barang yang ia beli, cuma lingerie aja yang ditanya sama Remy?
*Remy, ketika mendengar Olga membeli 'lingerie'.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top