21.


Happy Reading♡

Sesuai dengan perkataan Bagas tadi siang, Viona dan Bagas pergi ke rumah Omanya yang berada di daerah puncak. Tak lupa pula dengan Calvin yang tiba-tiba ikut dan sudah berada di dalam mobil terlebih dahulu.

Bagas tersenyum geli melihat Calvin yang berada di bangku penumpang. Selama perjalanan mereka tidak membuka suara sedikitpun. Saati memasuki kawasan puncak Calvin menatap Bagas dengan tatapan bingung. "Kita mau kemana?" tanyanya membuat Viona yang ada di sebelahnya memutar bola mata malas.

"Puncak," celetuk Viona, hingga mobil berhenti di depan sebuah rumah menambah kebingungan Calvin saat itu.

Melihat Bagas dan Viona turun dari mobil Calvin memilih menyusul mereka dari pada kebingungan melandanya.

Terlihat Wanita paruh baya yang baru keluar dari rumah tersebut tak lupa pula senyum hangat menyambut mereka.

"Oma," sapa Viona dan Calvin berbarengan tak lupa menyalami tangan oma Kara.

Setelah oma Kara dan Papa Bagas masuk ke dalam tinggal lah Viona dan Calvin yang masih diluar sibuk memerhatikan keadaan sekitar.

"Kak Iooo."

"Bang Piiin."

Teriak mereka langsung berhamburan ke pelukan Calvin dan Viona. Felix dan Felecia merupakan anak dari adiknya Papa Bagas.

Viona dengan sigap langsung membawa Felicia kegendongannya. "Kak Ioo baru dateng ya?" tanyanya memangku leher Viona. Viona mengecup singkat pipi gembul Felecia. "Nggak ko udah dari tadi, Cia dari mana sama Bang El?" tanya Viona membuat Cia mengembungkan pipi cuby nya.

"Tadikan Cio ma Bang El pelgi ke lumah Kak Tala trus main kucing, kucingnya bandel banget dan Cia nggak sengaja ngendolong kucingnya masuk kolam," ujarnya dengan suara cendel.

"Kak Tara marah ke El dan Cia dan disuruh pulang," tanbah Felex yang berada di gendongan Calvin.

Calvin gemes sendiri dengan si kembar, tingkah menggemaskan mereka membuat Viona dan Calvin tak henti untuk menggoda mereka terutama Cia yang sudah merah mukanya menahan tangis karena ulah Calvin.

"Huaaaa ... hikss Bang Piin jahat hiksss," teriak Felecia masuk kedalam rumah dengan tangis yang begitu nyaring.

Sedangkan Calvin dan Felix tertawa karena berhasil menjaili Cia sampai dia menangis. Viona menatap tajam ke arah Calvin dan Felix hingga mereka juga ikut lari masuk ke dalam rumah.

Suara di ruang tengah begitu gaduh karena tangis Cia yang nggak kunjung reda membuat orang seisi rumah keluar untuk menangkan Cia agar berhenti menangis.

Calvin dan Felix yang melihat itu cuman bisa tersenyum menampilkan gigi ratanya sambil cengengesan nggak jelas.

"Hiks ... hiks ... Ba ... ng Pin ... hiks ama ... hiks Bang ... El ... hiks jahat!" tangisnya sambil memangku leher Kara.

Tiba-tiba telinga Calvin dan Felix di jewer hingga membuat mereka gaduh kesakitan. "Opa sakit!" ujar mereka berbarengan membuat Daniel--Opa tersenyum mengejek.

Entah dari kapan Opa dan Viona berdiri di belakang mereka, hingga jeweren itu meleset ke telinga mereka masing-masing. Cia yang ada digendongan Kara langsung turun dan berlari kearah Daniel.

"Opa meleka jahat hiks...hiks," adunya masih segugukan. Daniel mengusap rambut sang cucu kemudian membisikan sesuatu ke telinganya hingga senyum Cia mengembang.

Felix yang merasa ada sesuatu langsung menyaut. "Opa!!" sautnya dengan menatap Daniel supaya memberitahunya juga.

Daniel menurunkan Cia lalu menyamakan tingginya dengan Felix. "Perjanjian kita apa dulu? Baru Opa kasih tahu."

Felix memutar bola mata malas membuat seisi rumah terkekeh karena sikapnya terutama Calvin dan Viona yang makin gemas dengan tingkah si kembar.

Dengan jengkelnya Felix menyebutkan semua perjanjian yang mereka sepakati dengan Daniel. "Pertama Felix nggak boleh buat Cia nangis. Kedua kalau Cia nangis Felix harus minta maaf dan ngehibur Cia karena Cia adeknya Felix. Ketiga Felix dan Cia nggak boleh berantem harus damai karena Felix ama Cia kembar. Keempat Cia harus nurut sama Felix karena Felix abangnya Cia. Kelima au ah Felix lupa," ujarnya membuang muka karena ditatap Daniel.

Daniel tersenyum geli melihat tingkah cucunya. "Trus Felix harus apa?" tanyanya membuat Felix menatap Cia lalu Daniel bergantian.

Felix mendekat kearah Cia lalu menatap sang adik. "Cia abang El minta maaf, kan bukan abang aja kan Bang Pin juga," ujarnya sambil membela dirinya.

"Cia nggak mau," ngambeknya membuang muka kesamping.

"Cia!"

"Iya Cia maafin, tapi abang nggak boleh ulangin lagi. Janji," ujarnya dengan senyum khas anak kecil sambil menjulurkan jari kelingkingnya.

"Janji." Felix mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking sang adik. Mereka tersyum melihat tingkah mereka hingga tatapan Viona dan Bagas beradu membuat Viona tersenyum tipis.

Calvin yang sadari tadi diam menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karen ditatap oleh Opanya.

"Opa," ujarnya tersenyum kikuk tak lupa menyalami tangan Opanya.

Daniel tersenyum kemudian menepuk bahu sang cucu. "Udah besar aja kamu," ujarnya membuat Calvin kikuk sendiri.

Viona yang berada disebelah Daniel tersenyum geli ke arah sang kakak. "Kalian belum pada makan kan?" tanya Daniel kepada cucunya membuat keempatnya menggeleng sebagai jawaban.

"Kita makan nasi padang di luar," ujarnya membuat semua mengangguk setuju.

Setelah sejam melakukam perjalanan akhirnya Viona baru bisa merebahkan dirinya di kasur empuknya. Dia menatap langit-langit kamar dengan senyum kecil.

"Terimakasih."

Bagas yang berada dibalik pintu tersenyum, setidaknya dengan begitu dapat membuat anak-anaknya merasa senang. "Papa janji akan cepat mengakhiri semuanya," gumannya lalu menutup pelan pintu kamar Viona.

Happy Readinggggggg

Jangan lupa Vote, Comen, And Shere gaesss

Thanks You....😍



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top