1 || Perkataan Jason
Setiap bola matahari muncul di ufuk timur, semacam autopilot, aku akan terbangun dari kasur untuk menyiapkan sarapan (kadang-kadang sereal dan susu, kadang-kadang juga roti panggang) bersama Ibu di dapur sambil membaca berita-berita menarik dari ponsel. Hari ini Ibu ingin membuat roti panggang, jadi aku mengoleskan margarin di setiap lembaran rotinya lalu menyalakan oven pemanggang.
Kami memang sengaja tidak menggunakan toast, karena alat itu kerap menggosongkan permukaan roti sampai garing dan membuat seantero dapur jadi bau terbakar. Yah, mungkin salah Ibu juga yang mengambil opsi membeli alat dengan harga terlalu murah.
Omong-omong soal aktivitas membacaku kali ini, berita pertama yang kudapatkan setelah membuka ponsel: mulai hari ini dan lima hari ke depan sedang ada diskon besar-besaran di toko buku online yang membuat mataku membulat dan nyaris saja kalap. Aku membacanya sekilas saja karena tidak sanggup melihat deretan buku favoritku juga ada di sana.
Kabar kedua, aku menemukan wajah Charles (Ran Tua) terpampang di thumbnail berita dengan isi artikel yang tidak jauh-jauh dari isu lingkungan. Ah, lagi-lagi Charles.
Belakangan Charles memang aktif bersuara di muka publik. Dan mungkin informasi penting bagimu, diam-diam Charles menjadi bapak-bapak yang diidamkan oleh para wanita karena kepintarannya, suara beratnya yang khas, dan terakhir tentu saja, penampilannya yang sering tampak keren dan gagah di setiap muka berita-berita dan linimasa media sosial (tidak tahu saja mereka kalau tampang Charles adalah penampilan pacarku nanti di masa depan). Dia bahkan lebih mirip seperti selebritis lingkungan daripada aktivis lingkungan. Charles juga memiliki akun fanbase seperti artis-artis pada umumnya. Aneh. Orang-orang sangat aneh. Aku juga melewatkan berita kedua karena tidak tertarik. Jika aku ingin mendalami isu lingkungan, lebih baik main sekalian saja ke rumahnya daripada membaca artikel.
Kabar ketiga, seorang mahasiswi bunuh diri akibat cintanya ditolak.
Kabar terakhir agak lucu sih, dan lagi-lagi, aku hanya membaca sekilas dari judulnya saja, tidak tertarik menghabiskan banyak waktu untuk berita semacam itu. Ada-ada saja dunia sekarang.
"SELAMAT PAGI, DUNIA!" Seperti biasa, Jason turun dari kamar dan menyapa hari dengan suara yang menggelegar, membuatku ingin melempar panggangan ke muka bantalnya karena kaget.
"Berisik!" sentakku bersungut-sungut.
"Jane, rotimu nyaris gosong," peringat Ibu yang tengah mencuci piring bekas makan malam semalam.
Aku sedikit panik dan buru-buru membalikkan roti sebelum ia berubah warna menjadi hitam legam alih-alih kecokelatan.
Lalu Jason menjulurkan lidahnya, meledek. "Fokus saja dengan rotimu sana!"
"Iya rotiku, dan kamu tidak usah sarapan!" balasku.
Laki-laki itu hanya memutar bola mata kesal kemudian mengambil tempat duduk di ruang makan yang jaraknya hanya beberapa langkah dari dapur. Selanjutnya Jason menguap panjang sekali seraya meregangkan tangan. Dan ia berakhir bengong selama beberapa saat, sama sekali tidak terbersit dalam pikirannya untuk membantu kami di dapur. Dasar pemalas.
Kadang-kadang mengharapkan sesuatu kepada Jason hanyalah kesia-siaan belaka.
Tidak lama sehabis Jason turun, Ibu selesai mencuci piring dan aku juga sudah tuntas memanggang semua roti untuk sarapan kami berempat. Aku mematikan kompor untuk kemudian membawa semua roti panggang tadi ke meja makan. Dan lantas karena Chris belum juga terbangun, Ibu menggantungkan celemeknya lalu berjalan ke atas untuk membangunkan Chris.
"Siapkan sarapannya, aku akan membangunkan Chris," titah Ibu lalu pergi.
Setelah Ibu benar-benar angkat kaki dari dapur yang menyatu dengan ruang makan, Jason mulai bicara lagi.
"Aku belum mengerjakan tugas Kalkulus, padahal mesti dikumpulkan hari ini. Jadi tolong kamu yang kerjakan ya, Jane," ucap Jason tidak ada angin tidak ada hujan, santai saja seperti bos.
Jason, seperti biasanya, tidak akan berubah. Masih menyebalkan.
Aku mengoleskan masing-masing roti panggang dengan selai cokelat, lalu menjawab, "Boleh, asalkan calon gelarmu nanti ada di belakang namaku."
Jason berdecak. "Kalau gitu aku akan minta tolong saja ke pacarmu."
Aku mengernyitkan dahi tidak terima. "Ran sudah sibuk."
"Sibuk makanya sampai-sampai tidak bisa menghubungimu?" Aku tahu Jason hanya asal ceplos, tapi kalimatnya dengan akurat berhasil menusuk dadaku. "Pacar macam apa yang tidak ingin ditemui dan dihubungi?"
Pundakku mendadak merosot dan tangan yang kugunakan memegang pisau untuk mengoles selai ke roti juga ikut lemas.
Sayangnya perkataan Jason kali ini ...
... benar. []
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top