MASA REMAJA
Menjadi pengusaha muda yang sukses tidak selamanya bahagia. Terkadang semua keinginan harus melalui proses rumit yang panjang. Aku tidak percaya cinta. Beginilah aku setelah yang kualami kemarin membuat hati ini beku. Hingga umur 25 tahun ini aku masih sendiri. Banyak sudah yang menawarkan perjodohan namun, perih dan sakit ketika itu tidak akan bisa terlupakan.
Tidak jarang orang tuaku mempromosikan aku. Kerabatku serta teman masa remaja semua sudah berkeluarga. Bukan aku tak ingin, hanya saja begitu sakit mengingatnya. Niatku memulai semua terhalang oleh ingatan.
Aku tidak jelek atau cacat. Alhamdulillah wajahku cukup tampan. Banyak wanita tergila-gila tapi aku ini pemalu. Tidak cukup pandai untuk merayu. Seperti ini lah aku. Mungkin hatiku sudah tertutup oleh Dia.
Benar, dia Nisha wanita yang berhasil mencuri cinta pertamaku. hari ini pun secuil perasaan ini masih ada. Entah dendam atau hanya kangen dengan dia. Di hati ini selalu bertanya,
kenapa dia bisa seperti itu?
kenapa?
kenapa?
Pertanyaan itu bertumpuk jadi satu ketika sepintas ingatan ini muncul begitu saja. Ditemani secangkir kopi di meja dan beberapa cemilan. Aku mulai mengingat semuanya kala itu.
***
Tet... tet ...
Bel sekolah sudah berbunyi. Kubereskan buku yang ada di meja.
"Ki, hayo, udah selesaikan?" tanya Dani.
Dia Dani adalah kawanku yang paling heboh, super jail, dan selalu mempromosikan aku keseluruh cewek-cewek yang ada di sekolah ini. Kadang suka membuat janji dengan seseorang dengan memakai namaku, memang si super jail ini. Tapi dia ini temanku paling setia.
"Ayo ... " ajak aku ke Dani.
kami pun segera meninggalkan kelas. Seperti biasa nongkrong depan gerbang sekolah di warung Pak Maman. Kami suka menggoda cewek-cewek yang lewat sini. Banyak yang pada baper dengan aku. Kupesan secangkir kopi hitam dan jus buat si Dani untuk menemani kami memgobrol.
Hari ini ternyata hari sabtu. Dani mengajak aku ke kerumah kawan lamanya. Seperti biasa malam mingguku hanya sama dia dan kawannya.
"Ki biasa ya, nanti malam jam 7 ke rumah Daus," ucap Dani
"Oke bro," jawabku
"Yang ganteng dandannya, ada sepupu si Daus, cantik loh,"
"Hahaha, sialan kau ini."
Aku pun berpamitan dengan Dani dan Pak Maman. Segera kunyalakan motorku melaju pergi.
Sesampainya di rumah, aku lanjut makan dan rebahan di depan TV. Meningat aku hanya berdua bibi di rumah. Orang tuaku bekerja dan adik-adikku sepertinya sedang ada les. Kubaringkan tubuhku sambil memainkan ponsel. Tiba-tiba ada pesan masuk.
Tring ...
[ Bro, nanti lu langsung ke rumah Daus ya. Gua berangkat sendiri. Gua mau ajak kenalan Gua ni wkwkwk]
[Yaa broo, sip]
Pesan masuk itu ternyata dari si Dani. Aduh, dia mau bawa seorang cewek lagi. Aku sudah memikirkan pasti nanti malam aku hanya bengong saja. Rasa malas pun mulai terlintas. Tapi kalau aku di rumah, lebih malas lagi.
kudengarkan musik lagu-lagu kesukaanku. Aku pun mulai berhayal tentang dia. Apa aku terbawa emosi tentang lagu ini. Sepertinya begitu. Tapi boleh jujur lagunya memang menyayat hati. Ah sudahlah, aku semakin malas memikirkan sesuatu yang tidak jelas. kumainkan game yang ada di HP ini untuk mengurangi rasa suntukku.
Tak lama suara ketukan pintu berbunyi.
Tok ... Tok ... Tok
Assalamualaikum, ...
Assalamualaikum, ...
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top