Bab 1
Menciptakan adegan romantis itu gak semudah menciptakan adegan tabrakan
Harus perlu penghayalan kuat yang luar biasa
•••
Aku Miselly Putri, seorang penulis script. Kebanyakan aku menulis script FTV dan film romantis. Suka banget dipasangkan buat duet dengan Ardhan Baskoro. Beberapa kali kami duet dalam pengerjaan script film dan sukses besar. Sayangnya, sekarang ini aku lebih memilih bersaing dengan Ardhan.
Pria yang baru satu hari menjadi mantan pacarku itu juga akan menjadi rivalku. Aku dan Ardhan sama-sama mengincar proyek drama musical mengenai cerita legenda. Drama musikal kelas dunia yang akan menjadi batu loncatan untuk karirku.
"Lo kenapa gak ngalah aja sih Sel?" tanya Bemby teman akrabku.
"Gak mau. Enak aja," kataku sambil menyeruput frappuccino milikku dengan nikmat.
Aku dapat mendengar Bemby mendengus dan kemudian mengomel, "Kalau Ardhan sukses juga nanti nikah sama lo Sel. Terus juga lo bangga punya pacar yang sukses."
"Ardhan udah sukses. Lo tau sendiri impian gue itu jadi penulis script drama musical kelas dunia. Saat ada kesempatan gue gak bakal sia-siain," selaku masih tidak mau mengalah.
"Lo gak bakalan sanggup ngelawan Ardhan Sel. Dia itu lebih senior dari lo."
"Dia gak bakalan tega bersaing dengan gue Bem."
Nama belakangku memang 'keras kepala', jadi jangan heran jika aku sangat keras kepala. Menjadi perempuan ambisius itu sudab tercetak jelas sejak aku mengalami pahitnya kehidupan. Bahasaku rada tinggi ya.
"Sel. Lo tau kalau sekarang ini Ardhan dipasangin dengan penulis muda yang cantik luar biasa itu gak?"
Aku hanya bergumam saja menjawab pertanyaan Bemby. Suasana kafe sore ini tidak terlalu ramai. Aku menyukai kafe ini, begitu mewakili perasaan dengan warna cokelat gelap. Ornamennya penuh dengan warna cerah, seperti sungai dan laut, berbeda tapi berdampingan.
"Misel."
Aku menatap seorang pria tampan yang mungkin lebih cocok sebagai seorang model dibandingkan penulis script. Dia Ardhan, mantan pacarku. Memang kami menjalin kasih baru satu tahun, romansa kami juga selalu berhubungan dengan pekerjaan.
"Kenapa?"
"Jangan terlalu banyak ngopi. Ingat asam lambung," kata Ardhan. Mungkin kalau Ardhan mengatakannya dengan manis aku bisa ngajak dia balikan saat ini juga, sayangnya Ardhan ini manusia tembok.
Dia bisa melucu dengan wajah datar dan entah kenapa aku jadi merasa seram. Ardhan ini susah berekspresi, yang aku tahu memang dia seperti itu dari orok. Pacaran dengan Ardhan itu sesusah naik histeria, gemes-gemes gak ketulungan karena sikapnya.
"Udah jadi mantan masih aja perhatian," celetuk Bemby dan aku menendang kaki Bemby dengan keras hingga dia meringis di tempat.
"Oh iya lupa. Kalau Misel ngajakin putus kemarin," sahut Ardhan enteng.
Entah kenapa aku merasa tercubit mendengar nada santainya. Seolah-olah permintaanku kemarin merupakan hal santai untuk Ardhan.
Aku menatap Ardhan tajam. "Minggir gue mau balik!" ketusku.
Ardhan memberikan aku ruang untuk lewat. Aku meninggalkan Bemby yang masih meringis kesakita. Tetapi kemudian aku berbalik arah saat mendengar Ardhan berkata dengan lantang.
"Jangan lupa lo harus cari pasangan buat acara gala premiere besok!"
Shit! Aku mengumpat di dalam hati saat mendengarnya. Ardhan memang mantan pacar kurang ajar minta diungsikan ke Madagaskar.
Tiba-tiba saja aku terantuk tiang saat berbalik arah. Aku mengaduh kesakitan saat dahiku mencium tiang kayu yang ada di tengah ruangan. Kebiasaanku yang tidak pernah absen, mudah terantuk ataupun terjatuh.
"Hati-hati dong mantan," ledek Ardhan.
•••
Dahi aku gak benjol, cuma rada merah aja. Mana hari ini aku ada kegiatan meeting untuk acara FTV rutin. Biasanya kalau gak aku ya Ardhan yang jadi penulisnya. Atau kalau kami sama-sama berhalangan, biasanya bakalan ngambil script junior yang kece abis.
"Ardhan kali ini disandingkan dengan Joana ya," Mas Arga membacakan instruksi. "Misel off dulu ya, lo juga ada projek bareng anak sinet kan?" lanjut Mas Agra.
Aku mendengus sebal, lahanku sudah mulai digeser oleh pemain baru. Joana, siapa lagi, penulis script yang lagi naik daun karena dia seorang selebgram. Belum lama ini juga, semenjak aku putus dengan Ardhan, yang artinya gosip ini dimulai kemarin, keduanya tambah dekat.
"Oke Mas. Kalau gak ada lagi gue pamit deh," aku berdiri dari dudukku. Pura-pura baik-baik saja.
Malu dong di depan banyak orang aku harus memasang tampang nelangsa. Belum lagi di sini ada Ardhan yang pastinya merasa menang.
"Iya lo jangan lupa buat ikutan meeting untuk film romantis itu ya Sel. Gue rasa lo, Ardhan dan Joana bakal digabung jadi satu," ujar Mas Arga.
"Lo mau kami buat scrip film tentang mantan dan pacar akur gitu?" sindirku.
Aku menepuk rok selututku dengan gerakan anggun. Sementara semua orang sudah tertawa geli mendengar sindiranku tadi. Masa bodo deh mau dibilang apa juga, yang jelas aku menolak ide gila buat kerja sama dengan Joana dan Ardhan.
"Gue balik ya semua," pamitku. "Shit!" aku mengumpat saat baru saja berapa langkah, kakiku kepentok kursi.
"Gak berubah ya lo. Kursi segede gaban gitu masih gak keliatan," komentar Ardhan.
Aku menatapnya sinis, males meladeni ucapannya. Kabar putusnya aku dan Ardhan sudah tersiar sampai ke ujung dunia. Jadi harap maklum saja kalau sekseang aku dan Ardhan lebih terlihat seperti rival.
Kuteruskan langkah yang sempat terhenti. Tentu saja aku terus-terusan berpikir, sudah berapa memar yang ada di kakiku? Kebiasaanku yang teledor banget kalau lagi jalan ini menyebabkan aku anti banget sama yang namanya high heels.
Kemana-mana ya selalu flat shoes atau sneakers. Gaya yang selalu aku pertahankan, meskipun aku suka dikomentarin saat gala premiere.
Ngomongin soal premiere film, aku jadi ingat bahwa besok adalah harinya. Aku bingung mau ngajak siapa ke acara itu, datang sendirian tanpa gandengan bukan opsi yang bagus.
Apa lagi mantan bakalan datang dengan pasangan barunya. Joana, perempuan itu digadang-gadang akan menemani Ardhan besok. Dimana aku bisa menemukan pria yang gak malu-maluin buat aku bawa besok?
"Apa gue ajak Leo aja?" gumamku pelan.
Leo itu sahabat karibku, kami sudah berteman lama sejak SMP. Dia suka aju jadikan tumbak untuk hal seperti ini, itu dulu sih sebelum aku pacaran dengan Ardhan.
Aku membuka ponselku dan mengirimi Leo pesan singkat. Aku mengiming-iming Leo dengan dua buah tiket nonton gratis. Lumayan biar dia bisa bawa gaetannya nonton. Agak hemat juga kan kalau dapat gratisan?
"Kak Misel."
Aku menatap Joana dengan dahi mengkerut. Iya yang barusan manggil itu Joana, bintang baru didunia penulisan script dan perfilman. Mau apa ini anak negur aku? Gak tau apa kalau aku bisa ngamuk hanya dengan ngelihat tingkah kemenyeannya itu?
"Ada apa?" tanyaku berusaha ramah.
"Kak Misel makasih ya kakak nolak tawaran itu. Aku jadi bisa lebih leluasa dengan Mas Ardhan," ujarnya dengan senyum manis.
Memang kapan aku nolak tawaran tadi? Perasaan aku cuma nyindir doang, aku gak bilang gak mau kan? Wah ini anak ada yang salah nih dengan kabel otaknya.
"Perasaan gue gak bilang nolak tawaran itu deh Jo. Lo kayaknya perlu periksa ke THT deh," sahutku santai.
Wajah Joana merah padam. Uh oh! Aku salah bicara sepertinya, apa ini saatnya aku kabur? Bisa gak elit kalau aku dan Joana gontok-gontokan hanya karena Ardhan yang sialnya jelek tapi ganteng.
"Gue duluan ya Jo. Kalau lo butuh rekomendasi dokter THT hubungin gue aja," kataku sebagai penutup sebelum kabur keluar lobi dan menuju parkiran.
Bersambung
Cerita baru dengan karakter baru nihhhh
Jangan lupa vote dan komentarnya😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top