Dua Pendapat
Frigophobia Syndrome.
Tsukinami Carla x Mukami Ruki
CarRu.
Diabolik Lovers milik ©Rejet.
Warning: Modern Au, Typo, OOC, Family, Yaoi, BxB, Shounen-ai, M-preg.
Rate: T
'Dua Pendapat'
Suara langkah kaki yang terdengar tergesa menggema di lorong Mansion tersebut. Dua kakak beradik beda surai melangkah dengan tergesa seolah mereka di kejar oleh setan tak kasat mata.
Pintu taman belakang sudah terlihat di depan mata dan dengan begitu tanpa ada sopan santun sedikit pun pria bersurai putih panjang mendobrak pintu tersebut dengan dua tangannya.
"Otou-san! Apa maksud Otou-san menjodohkan kami ber-"
Seketika itu juga pria yang menjabat sebagai CEO First Blood Crop itu speechless, tatapannya mendatar kala melihat sang Ayah yang kini ada di hadapan mereka sedang mendandani mantan teman sekelasnya bersama sang Ibu.
Gisbach menoleh kemudian terkikik geli kala melihat wajah datar putra sulungnya. Dia menepuk bahu sang istri mencoba mengambil alih perhatian wanita kepala lima itu.
"Ah! Carla, kapan kau datang? Oh ya bagaimana menurutmu dengan calon istrimu ini? Dia manis kan?" Kone Tsukinami mendorong tubuh mungil berbalut setelan jas putih dengan hiasan flower head di surai abu-abu itu membuatnya nampak manis.
Carla mendengus, "Tidak"
Datar dan dingin.
Entah kenapa hal itu membuat hati Ruki nyeri, dia tersenyum canggung ke arah Carla berusaha menutupi kesedihannya.
Krone sendiri melotot tak terima, dia menarik scarf hitam milik putra sulungnya membuat sang empu tercekik.
"Apa maksudmu itu?! Okaa-san tak mau tahu kau harus mau menikahi Ruki-chan dalam waktu dekat! Okaa-san geram sendiri karena kau belum membawa satu pun wanita atau pria manis ke rumah" Ujar Sang Ibu mutlak. Iris emasnya menatap tajam anak sulungnya, Carla yang melihat itu menggelengkan kepalanya.
"Aku tetap tak mau!" Keukeuh Carla.
"Carla, dengarkan Ibumu. Kau harus mau menerima Ruki apapun alasanmu!" Tambah Gisbach ikut memaksa putra sulungnya.
Kapan lagi bisa mendapat menantu seperti Ruki? Sudah pintar, jago masak, pengertian, baik, sopan. Duh sepertinya Ruki memiliki semua kriteria menantu idaman.
"Kau tahu sendiri Carla, kau adalah putra sulung yang artinya penerus klan Tsukinami selanjutnya adalah dirimu. Bagaimana tanggapan keluarga yang lain saat tahu kau masih belum menikah? Bahkan adikmu Shin saja sudah akan melangsungkan pertunangannya dengan Kou" Jelas Krone panjang lebar, tatapannya menyendu menatap putra sulungnya yang masih terdiam di tempatnya.
Carla melirik tatapan sang Ibu, dia tak bisa menolak atau membantah semua keinginan Ibunya karena ia tahu Ibunya selalu memanjakan dirinya, semua kebutuhannya selalu terpenuhi. Ibunya juga tak banyak menuntut pada dirinya apalah ia harus menjadi ini atau itu. Tapi kenapa saat Ibunya meminta satu permohonan kecil ini, dirinya enggan sekali?
Carla paham, dia memang tak pernah membawa wanita atau pria ke mansion dan membuat kedua orang tuanya khawatir. Maka dari itu mereka mencarikan dirinya pasangan, namun kenapa harus Ruki? Kenapa tidak yang lain? Bahkan jika Carla boleh memilih dia pasti akan memilih Reiji yang notabenenya masih menunggu Shu.
Tak masalah ia harus merebut kekasih orang lain, toh dia juga mencintai pemuda itu kalau saja tak ada sosok Shu yang mendahuluinya.
"Nii-san terima saja, lagipula Ruki-chan juga sudah menyukai Nii-san sejak SMA" Ceplos Shin seenaknya, dia bahkan tak memperhatikan wajah Ruki yang memerah karena ketahuan menyukai Carla sejak dulu.
Dia memalingkan mukanya, "Shin-kun, jangan berbicara yang tidak-tidak" Protesnya dengan wajah merah.
Krone yang mendengar hal itu menoleh ke arah Ruki dengan senyum lebar, "Benarkah? Baguslah kalau begitu hubungan kalian akan semakin erat" Tubuh wanita itu memeluk erat sang calon menantu membuat yang dipeluk gugup sendiri.
Dia merasa terintimidasi oleh tatapan tajam Carla dan dia agak takut dengan itu. Dia bahkan tak menyadari jika keringat dingin mulai membasahi telapak tangannya kala bersitatap dengan sulung Tsukinami tersebut.
"Baiklah! Pernikahan kalian akan diadakan 3 minggu dari sekarang, ah biarkan Okaa-san dan Otou-san yang akan menyiapkan semuanya" Girang Krone seraya menguyel pipi bulat Ruki.
Sementara yang diperlakukan hanya bisa diam dan meringis sakit saat kedua pipinya di tarik berlawanan arah oleh calon mertuanya tersebut.
"Aku dan Kou-chan akan membantu juga" Usul Shin bersemangat.
"Akan Okaa-san pastikan pernikahan Carla dan Ruki akan sangat indah!" Lanjut wanita bersurai putih tersebut. Dia kemudian menarik Shin dan suaminya untuk ikut mendiskusikan semua yang diperlukan. Meninggalkan dua pria yang akan menjadi suami-'istri' tersebut.
"A-ano.. Carla-kun.. Ini-i"
"Menjijikan, kenapa aku harus menikah denganmu" Pria bersurai putih berdecih kemudian meninggalkan halaman belakang. Tak memperdulikan pria lain yang tertegun dengan ucapan.
Bibir bagian bawah ia gigit guna menahan rasa sakit. Mati-matian dja berusaha menahan air matanya agar tak turun. Berusaha menegarkan hatinya yang kini hancur.
"Wa-walau.. Begitu.. Hisk.. Aku tak.. Bisa.. Hisk.. Me-membencimu.. Hisk.. Aku.. Mencintaimu.. Bahkan hisk... Aku tak.. Peduli ji-ka.. Hisk.. Kau tak.. Hisk.. Menganggapku istrimu.. " Lirih Ruki seraya menunduk dalam.
Air matanya telah turun dan jatuh ke tanah yang ada di bawahnya. Hatinya jelas sakit, namun entah mengapa ia tak bisa membenci pemuda bersurai putih yang sudah ia cintai sejak jaman mereka SMA.
Ruki menarik nafasnya, berusaha membuat dirinya lebih tenang dan tak kembali menangis. Matanya ia usap perlahan guna menghilangkan jejak air mata yang ada disana. Menepuk pipinya sejenak sebelum memasang senyum lebarnya seperti biasa.
"Yosh! Aku tak boleh lemah! Aku yakin suatu hari nanti Carla-kun akan mencintaiku!" Tekadnya percaya dirinya. Dia menatap langit yang mulai senja dengan pandangan menerawang. Dia ingin melihat Carla untuk pertama kalinya tertawa dan tersenyum saat bersamamu.
Mood pemuda manis itu seketika melonjak ke atas tanpa bisa ia cegah, senyum lebar penuh tekad ia tunjukkan pada langit biru diatasnya.
Seolah mengatakan bahwa dirinya akan mengukir sebuah takdir baru.
****
Ponsel yang sedari tadi terletak di nakas dia ambil, dengan mata mengantuk dan muka bantal dia melihat siapa yang menelponnya sekarang.
Reiji Calling
📞
.
.
Ikon berwarna hijau ia geser dan segera mengarahkan ponselnya ke telinganya.
"Halo Rei-chan" Suara khas orang bangun tidur menyapa indra pendengaran orang di seberang.
"Ruki-chan, kau baru bangun ya? Ya ampun... Maafkan aku, aku tak tahu kukira kau masih terjaga di jam segini" Ujar Reiji penuh sesal.
Ruki melirik jam di nakasnya, masih pukul 3 sore. Memang benar sih, biasanya ia masih bangun jam segini dan melakukan aktivasnya, tapi entah kenapa hari ini dia begitu lelah.
"Tak apa Rei-chan, memang ada apa kau menelpon ku?"
"Aku ingin mengajakmu jumpa temu dengan yang lain. Semua sudah setuju akan bertemu di restoran milik Kanato-chan malam ini"
Iris biru malam itu menunjukkan binar kesenangan, kebetulan sudah lama dia tak bertemu dengan teman-temannya (Geng Diabolik Lovers). Mengingat terakhir mereka bertemu adalah saat acara Prom Night sekolah mereka.
Maka dari itu, dia tanpa berpikir dua kali akan menerima ajakan itu.
"Aku ikut! Jam berapa aku harus kesana?"
"Pukul 07.00 malam, kita sekalian makan malam bersama"
"Oke! Tunggu aku, aku pasti akan datang"
Reiji terkekeh kecil dari seberang sambungan, "Kami menunggumu Ruki-chan. Ah ya, kututup dulu ya"
"Iya, Terima kasih atas infonya Rei-chan"
"Sama-sama Ruki-chan, jaa nee"
"Jaa nee Rei-chan"
Sambungan terputus, Ruki mengembangkan senyumnya. Dia gak sabar dengan acara jumpa temu bersama para anggota gengnya dulu.
Seketika kenangan demi kenangan mulai masuk ke dalam otaknya, membayangkan kenangan mereka yang mereka lewati bersama.
Mulai dari awal terbentuknya geng Princess dan Prince lalu sampai geng Diabolik Lovers.
Keseruan mereka saat liburan musim panas pertama di pantai Enoshima daerah Kanagawa. Selain karena pemandangan yang disuguhkan begitu menakjubkan, mereka tak perlu bepergian terlalu jauh dari Tokyo.
Lalu saat liburan musim dingin mereka. Saat itu mereka sepakat untuk melakukannya di rumah Mukami bersaudara, merayakan Natal serta Tahun Baru bersama.
Ada kalanya mereka harus menjadi pengutit satu sama lain, karena di tahun kedua benih-benih cinta diantara mereka mulai tumbuh.
Yang pertama adalah Shu dan Reiji, mereka mati-matian mengutit Reiji yang kala itu selalu mengelak saat ditanya.
Jangan tanya bagaimana sengsaranya mereka semua saat berusaha mengulik kebenaran. Susah pake banget!
Tanpa sadar Ruki terkekeh kecil, ponsel kembali ia ambil dan mengirim sebuah foto kenangan pada Ayato.
Mengetik alasan dirinya mengirim foto tersebut. Tak lama pesan balasan dari Ayato ia terima, dirinya tergelak saat membaca balasan tersebut.
Tok.. Tok.. Tok
"Ruki-nii, apa kau sudah bangun?" Suara adik pertamanya membuat dirinya menoleh, dia kembali meletakkan ponselnya dan berjalan membuka pintu.
"Ada apa Kou?" Tanya Ruki saat menemukan sosok adiknya di depan pintu.
Kou tersenyum lebar, "Apa Ruki-nii sibuk? Aku ingin mengajak Ruki-nii ke supermarket. Shin-kun ingin kubawakan cookies kacang buatanku"
"Oh, oke lah. Tunggu aku sebentar di bawah. Aku akan mandi sebentar"
"Baiklah Ruki-nii"
Dan dengan begitu, pintu kembali tertutup. Sosok Ruki mulai mengambil handuk miliknya dan memasuki kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.
FYI, Mukami bersaudara baru saja tiba di Jepang setelah sebelumnya sama-sama kuliah di Jerman. Asalan mereka tentu karena paksaan orang tua sekaligus agar mereka bisa bertemu anak-anak mereka.
Walaupun dulunya ada pertentangan dari Yuuma dan Kou karena harus berhubungan jarak jauh (LDR) dengan pasangan mereka.
"Are? Apa aku juga harus membawakan sesuatu untuk Carla-kun ya?"
Dia melihat pantulan wajahnya, sejenak ingatannya tentang siang tadi terlintas membuat dadanya kembali ngilu.
"Tak apa lah, akan kubawakan saja. Mungkin Nastar atau tidak cake"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top