Medicine // George Smith
"Apa yang kau minta?" aku bertanya ketika sudah berdiri tepat di hadapanmu, kualihkan pandanganku ke arah orang lain yang tengah memenuhi taman.
"Apa yang kau maksud dengan apa yang aku minta?!" kau berteriak kecil, "aku ingin kita bertemu, oke? Kau menghabiskan terlalu banyak waktu dengan teman-temanmu!"
"Apa yang kau maksud? Kita baru saja bertemu tiga hari lalu! Apa kau sudah lupa?" jawabku, kali ini kembali menaruh pandanganku padamu. Amarah terlukis jelas di wajahmu.
"Yeah. Tiga hari lalu! George, aku hampir tak bisa menghubungimu. Kau selalu bersama dengan teman-temanmu, Blake dan Reece! Mungkin kau bisa berkencan dengan mereka saja dibanding aku!"
"Bukankah kau tahu kami sedang sibuk? Kami sedang berlatih. Kupikir kau mendukung karirku."
Kau mendengus kesal. "Aku mendukung karirmu, tapi apa kau harus menjauh dariku seperti ini?"
"Aku tidak menjauh darimu. Aku hanya sedang sibuk."
Kau kembali mendengus kesal diikuti dengan matamu yang berputar. "Sibuk? Tidak ada kata sibuk! Kau hanya tidak menjadikanku sebagai prioritasmu."
"Oh ... maaf jika aku lebih memprioritaskan mimpiku."
Kau terdiam. Matamu memandangku saksama, bergulir dari kakiku hingga ujung kepalaku. "Kau berubah. Kau dulu adalah seorang anak pemalu yang tidak banyak omong, tapi sekarang kau barubah. Mungkin ini karena Reece dan Blake! Sudah kuduga, mereka berdua tidak baik untukmu."
"Apa yang kau bicarakan?!"
Kau terdiam kembali. "Aku sudah selesai denganmu! Aku tidak bisa seperti ini, bersama dengan seseorang yang tidak memperhatikanku."
"Baiklah jika itu yang kau mau."
Kau mendengus kesal. Tanpa mengatakan apapun, kau berjalan pergi dengan kakimu yang secara dramatis menginjak tanah dengan keras.
Aku memandang sosokmu yang secara perlahan-lahan menghilang di tengah lautan manusia yang memenuhi taman. Aku menghela napas, menunggu rasa sakit menghantam diriku seperti yang sering orang-orang gambarkan saat mereka putuh dari kekasihnya.
Tapi ... aku tak merasakannya sama sekali.
Mungkin kau memang bukan untukku dari awal.
---
"George!" Reece berteriak keras saat aku memasuki rumahnya, dia kemudian berjalan ke arahku dan memelukku selama beberapa sekon kemudian melepasnya. Reece sangat suka memeluk orang. "Kenapa kau kembali sangat cepat?"
"Aku sudah berpisah dengannya."
Mata Reece dan Blake--yang tengah duduk di atas sofa sembari memakan dorito--membulat. Mereka mulai menanyaiku tentang bagaimana semuanya terjadi dan bagaimana perasaanku sekarang. Aku tak menghiraukan keduanya dan hanya duduk di atas sofa samping Blake yang kemudian diikuti oleh Reece yang kini juga duduk di sampingku.
"Aku baik-baik saja," kataku akhirnya setelah merasa benar-benar lelah mendengar pertanyaan mereka.
"Kau yakin?" Blake dan Reece bertanya di saat yang bersamaan.
"Seratus persen," jawabku, "sejujurnya aku merasa sangat lega ketika dia pergi. Aku rasa aku mulai sadar bahwa dia tidak baik untukku. Aku bahkan tidak tahu kenapa aku sempat berpikir bahwa aku mencintainya."
"Apa maksudmu?" Reece bertanya. Aku tidak pernah menceritakan padanya maupun Blake mengenai pertengkaran kita yang terjadi hampir tiap hari melalui sambungan telepon atau teks. Aku juga tidak pernah berkata tentang bagaimana kau setiap hari mengatakan hal-hal buruk tentang mereka. Aku hanya menyimpan semuanya, aku tak berpikir mereka perlu mendengar permasalahan kita.
Aku mengangkat bahuku dan mulai menceritakan semuanya. Aku rasa karena sekarang kita sudah berpisah, tak ada salahnya bagiku untuk bercerita mengenai hubungan kita yang sudah penuh dengan racun sejak beberapa bulan terakhir. Jika aku berpikir-pikir lagi, aku seharusnya sudah memutuskanmu sejak lama.
"Kenapa kau tidak pernah mengatakan apapun pada kita?" Blake bertanya setelah aku selesai menceritakan semuanya.
Aku mengangkat bahuku.
"Hey! Kau sudah bebas dari dia, kita harus merayakan ini! Dan, George, aku sebenarnya sudah tidak menyukainya sejak awal, tapi aku hanya diam karena tak ingin menyakitimu," Reece berkata, tangan kanannya merangkul pundakku dengan bibirnya yang menyunggingkan senyum begitu lebar.
Aku meninju bahu kirinya. "Kau seharusnya memberitahuku."
"Aku akan memesan piza. Reece, ambil permainanmu, apapun! Kita harus merayakan ini," kata Blake, ia meloncat berdiri dari posisi duduknya untuk mengambil ponsel. Reece mengikuti jejak Blake dan segera berlari ke kamarnya.
Aku tertawa melihat apa yang baru saja terjadi tepat di hadapanku. Biasanya semua orang akan merasa sedih setelah putus dari kekasihnya, tapi aku berbeda. Aku justru merasa senang.
Aku tidak berbalut dalam kesedihan, aku justru merasa bahagia, dan aku merasa senang sahabat-sahabatku sedang berada di sini untuk ikut merasakan kebahagianku.
Kau mungkin berpikir bahwa Blake dan Reece bukanlah teman yang baik untukku, tapi kau tak tahu apapun tentangku. Dan sekarang, aku tak membutuhkanmu.
---
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top