08; run away

"Lari dari masalah itu wajar, tapi jangan biarkan masalah itu menghalangi dirimu"

***

(NAME) bersenandung ria. Dia memerbaikki poninya dari layar ponsel. "Hm, OK." Manik mata (Name) melihat jam yang tertera di layar ponselnya. 10.24.

"Senpai lama sekali," gumam (Name). "Mungkin dia bangun terlambat."

Setengah jam...

Satu jam...

Dua...

Tiga...

"Permisi, apakah Anda tidak akan masuk?" tanya seorang kariawan yang berkerja di akuarium tersebut. "Anda sudah disini selama tiga jam."

(Name) menggeleng. Dia menghapus air mata yang hendak mengalir. "Maaf. Orang yang kutunggu tidak sampai-sampai. Aku akan pergi."

"Tidak, kami akan masuk."

(Name) menoleh. Namun sosok yang dia temui, bukanlah sosok yang dia tunggu selama tiga jam. Namun sosok yang telah menemaninya selama bertahun-tahun.

"Kei?"

Tsukishima menarik tangan (Name). Dia pergi ke loket , membeli tiketnya dan segera berjalan masuk bersama (Name).

"Tunggu, sedang apa kau disini?" tanya (Name).

"Kenapa? Kau berpikir bahwa aku kemari karena mengkhawatirkanmu?" Tsukishima membalas.

"Bukan. Maksudku, kalau memang kau melihatku, kenapa kau malah menghiburku?" (Name) setengah bergumam.

Tsukishima tak menjawab. Dia hanya melanjutkan langkahnya, sembari menarik tangan (Name), menuju sebuah akuarium raksasa. Ruangan gelap, hanya akuarium itu saja yang terang berderang.

Tangan (Name) menyentuh kaca akuarium. Dia menatap nanar ikan-ikan yang berenang di dalam akuarium tersebut. "Dimana Kou-senpai?"

Tsukishima menggeleng. "Aku tak tahu."

"Dia berbohong, ya?" Air mata yang sedari tadi ditahan (Name), mengalir pelan di pelupuk matanya. Dia mengepalka tinjunya, menggigit bibirnya. Gadis itu terisak, menangis dalam diam.

Tsukishima menyodorkan kepalan tangannya, saat membuka kepalan tersebut, ada sebuah permen rasa stroberi. "Aku baru membelinya sebelum datang kemari."

(Name) berusaha menghapus air mata yang mengalir. "T-terima kasih..."

"Wajahmu hancur," kekeh Tsukishima. "Kau tampak bodoh."

(Name) menyambar permen itu, lalu memasukkan permen tersebut ke dalam mulutnya. "Berisik!"

Tsukishima menepuk puncak kepala (Name). "Jangan menangis terus ya, (Name)." Bisik Tsukishima, yang sama sekali tak di dengarkan oleh (Name).

***

KALA melewati taman dekat rumah, kaki (Name) berhenti melangkah. Manik matanya menangkap sebuah sosok yang sedang duduk di bangku taman.

"Kei, bukankah itu... Kou-senpai?"

Tsukishima melihat ke arah bangku taman. Dan sebelum Tsukishima sempat membalas, (Name) sudah lebih dahulu berjalan menuju bangku taman itu.

Lelaki bernama lengkap Koushi Sugawara itu menatap nanar ke tanah. Di sebelahnya, ada sebuah tas besar.

"Kou-senpai?"

Sugawara mendongak, menangkap sosok (Name). "(Name)-chan, maaf kalau acara ke akuarium tak jadi."

"Kesampingkan itu dulu. Apa yang terjadi? Matamu sembab." (Name) duduk di sebelah Sugawara, menyentuh kantung mata Sugawara yang sembab.

"Aku kabur dari rumahku."

***

"MAAF merepotkan," ucap Sugawara setengah bergumam, berjalan memasukki kamar (Name), bersama Tsukishima tentunya.

"Bersikap selayaknya dirumah sendiri saja, senpai. Tak apa kok," ucap (Name).

Sugawara mengangguk sebagai tanggapan bagi ucapan (Name).

(Name) duduk di tepi kasurnya, sedangkan kedua lelaki tersebut tetap berdiri dengan kondisi pintu kamar yang terbuka lebar.

"Jadi?"

Sugawara tadi berjanji untuk menjelaskan segalanya setelah sampai di rumah (Name). Walau kurang tahu-menahu masalah Sugawara, Tsukishima tetap ikut untuk mengawasi bila Sugawara mencari 'kesempatan'.

"Ayahku... minta cerai dengan ibuku..." ucap Sugawara. "Tetapi ibuku tak mau. Beliau tak mau mengurusiku. Bagiku, segalanya sudah hancur lama. Namun aku terus bersabar. Tapi sekarang, hancur sudah. Aku... aku sudah tak sanggup lagi. Jadi, aku kabur dari rumah. Aku bahkan membatalkan rencana kita, (Name)-chan. Maaf."

(Name) menggeleng pelan. "Tak apa kok."

Hening selama satu menit sebelum (Name) memecahkan keheningan.

"Senpai mau tidak tinggal di rumahku?"

"Hah?"

Untuk pertama kalinya, Sugawara dan Tsukishima satu suara.

"Maksudku, sampai kondisi di rumah senpai mulai mendingin, senpai tinggal saja disini. Mama dan Papa pasti mengizinkan kok." (Name) lantas menjelaskan maksud ucapannya.

"Aku tak mengizinkan!" sergah Tsukishima.

"Kau bukan ibuku, Kei."

"Tapi sebagai sahabat masa kecilmu, aku masih berhak untuk melarang!" Tsukishima segera membantah.

(Name) menyatukan kedua telapak tangannya. "Tolonglah, Kei!"

"Gak."

"Iya."

"Gak!"

"Iya!"

"Gak!"

"I-"

"Gak!!"

"..." (Name) melipatkan tangannya di depan dada, mengerucutkan bibirnya.

"Kalaupun kau ngambek seperti itu, tak akan berpengaruh sama sekali, dasar bodoh," ucap Tsukishima.

(Name) tak membalas, dia diam saja.

Tsukishima mendecak. Sialan. "Tapi selama Sugawara-san disini, akupun menginap disini."

Manik mata (Name) berbinar. "Artinya....?"

Tsukishima dengan pasrah pun hanya mengangguk.

(Name) melompat girang. "Arigatou, ne, Kei."

Palingan juga Om dan Tante gak bakalan izinin, benak Tsukishima.

***

"MENGINAP? Tentu saja boleh."

Kacamata Tsukishima menurun dari batang hidungnya mendengarkan ucapan ibu (Name). "Tapi, Tan-"

"Lagian, Kei juga sudah menyetujui kan?" ucap ayah (Name).

"Tumben-tumben loh, Kei-kun 'mengizini' cowok lain mendekati (Name). Biasanya, kamu langsung protektif."

Tsukishima menghelakan napasnya. Nyatanya, keberuntungan sedang tidak berada di pihaknya.

.

.

.

tbc.

.

.

.

a.n;

Hewwo!!!

Ada yang kangen sama author gak??

*krik krik*

OK gak ada :')

Jadi begini.

Kayaknya author bakalan rada jarang update gitu. Jadi sori ya. Tapi author bakalan berusaha untuk update kalo sempat. OK?

-Mochii

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top