My Sister

-Chapter 22-

DUCKY – DOKI

Discalimer

Masashi Kishimoto

Story By

Lavendark

Female Character

Hinata Hyuuga

Male Character

Nara Shikamaru

Sabaku Gaara

Uchiha Sasuke

Uzumaki Naruto

Genre

Romance, Drama, Humor, School

.

.

.

.

.

Enjoy Reading!

.

.

.

.

.

Ino terdiam membisu. Memandang sosok perempuan yang membuatnya terpesona.

Perempuan ini sama sekali tak mencerminkan kata 'Bebek'. batin Ino.

"I-Ino-chan...." Cicitan itu membuat Ino mengalihkan matanya pada bibir merah merekah itu. lalu dengan kasar, dia meneguk ludahnya sendiri.

Menawan.

Apa perempuan di depannya ini malaikat? Pikir Ino.

"A-aku... ma-malu!" si Bebek menunduk, lalu memainkan jari telunjuknya imut. Mata ametisnya melirik-lirik ke arah Ino secara ragu-ragu.

Mata aquamarine itu beralih pada jepitan kupu-kupu yang ada di samping atas poni si Bebek. rambutnya Ino gerai, selebihnya, hanya make up tipis. Sederhana tapi efeknya luar biasa.

Niat Ino untuk membawa si Bebek ke salon kandas ketika si Bebek ingin memakai bawang putih yang dia beli. Ino menyerah, siapa yang sudi berjalan bersama perempuan dengan kalung bawang di lehernya? Tentu saja Ino akan malu jika banyak yang akan melihat.

Apa si Bebek itu benar-benar keturunan dukun? Tidak mungkin! Dia itu otsutsuki yang terkenal sangat kaya! Mana mungkin dukun.

Lalu bagai mana dengan kalung bawang dan taburan garam? Apa si Bebek belajar ilmu hitam secara otodidak?

Lupakan! Karena itu, Ino memilih untuk membawa ke rumahnya. Meski masih berstatus siswi SMA, Ino sudah cukup percaya diri dengan kemampuan make upnya. Jadi, dibanding ke salon, Ino lebih memilih membawa si Bebek ke rumah. Lagipula, Ino sekilas melihat para pangeran datang dan mengikuti mereka. Ino tak mau mengambil resiko.

Kalau si Bebek cantik, Ino sudah yakin para pangeran itu akan jadi anjing kelaparan.

Dan keputusannya tepat. Tak ada yang boleh melihat si Bebek dengan tampilan seperti ini. Ino yakin, jika Bebek berpenampilan seperti ini, tentu banyak yang akan mengantri untuk memintanya untuk jadi pacar.

Tunggu dulu! Atau jangan-jangan para pangeran sudah tau? makanya mereka sangat tertarik pada si Bebek? Ino menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin! Jika mereka tau, pasti mereka akan bertindak lebih gila lagi dibanding kejadian di ruang ganti perempuan.

Hinata masih berdiri di depannya, masih sangat gugup dan malu-malu. Jika dulu Ino melihat kegugupan itu sebagai tindakan bodoh, maka sekarang dia melihat kegugupan si Bebek adalah keimutan dan terlihat sangat manis. Ah sial! Apa Ino baru saja terpesona?

Ino! Kau harus ingat! Kau itu perempuan!!! Dia berusaha menyadarkan dirinya. Bahkan pipinya mulai ikut kepanasan.

Lihat saja! si Bebek sudah menawan, padahal pakaiannya masih seragam sekolah yang lusuh. Ino belum menggantinya dengan gaun. Apa gaun Ino akan muat untuk si Bebek? sepertinya kebesaran.

Ino itu lebih tinggi dibanding si Bebek... si Bebek memang memiliki keperawakan yang pendek dengan isi yang berkualitas. Lihats aja dadanya! Pantatnya! Pinggangnya! Ino sudah melihat semua....

Tanpa sadar Ino merasa gagal mengalami pubertas.

Padahal selama ini Ino selalu merasa percaya diri terhadap fisiknya... dia selalu merasa paling seksi dan cantik. Tapi sekarang....

Sialan! Si Bebek ini adalah perempuan serakah yang pertama kali Ino liat.

Kaya, pintar, feminim, cantik, imut, sexy dan anggun.

Anggun? Entahlah... si Bebek ini terkadang berlaku aneh. Seperti tersenyum dan terkikik sendiri.

Apa jangan-jangan selama ini si Bebek ini hanya pura-pura jelek dan menertawakan orang-orang yang sok cantik seperti dirinya? Mungkinkah itulah sebabnya si Bebek sering tertawa sendiri jika melihat wanita cantik ataupun pria tampan?

Tapi, bukankah si Bebek itu polos? Masa dia sejahat itu?

"eum, Hinata-chan.... Menurutmu bagaimana dengan tampilanmu?" lebih baik Ino memastikannya sendiri.

"ca-cantik" si Bebek dengan malu-malu mengatakan itu. Ino membelalak. Jadi dugaannya benar?

"ka-karena i-Ino-chan yang me-melakukannya" lanjutnya lagi.

Eh? Apa si Bebek baru saja memujinya?

"Maksudmu, kau menjadi cantik karena aku yang mendandanimu?" Ino tanpa sadar jadi tertarik. Dari dulu, cita-cita terpendamnya adalah menjadi desainer terkenal dan bisa me-makeup-kan modelnya sendiri.

Si Bebek mengangguk. Terlihat sekali wajahnya menampakan ketulusan. Ino terharu dibuatnya. "ta-tapi Ino-chan ja-jauh le-lebih cantik!" katanya polos. Ino terdiam, dia baru sadar... si Bebek ini memiliki sifat yang rendah diri.

Ino mendengus. Oke! Jadi, kepositifan apalagi yang belum terungkap dari si Bebek? sialan! Padahal selama ini Ino menganggap Bebek sebelah mata.

"kenapa aku lebih cantik?" Ino bertanya penasaran. Tanpa sadar, Ino merasa nyaman berbicara dengan si Bebek,.

"ka-karena Ino-chan terlihat se-seperti tuan pu-putri" katanya kalem,

"pfft!" Ino tertawa. Si Bebek benar-benar perempuan yang sangat polos. Bahkan jawabannya begitu sederhana. Ino menyeka air mata di ujung matanya. Ada yang berubah dari cara pandang Ino pada si Bebek.

Selama ini, Ino tidak pernah menganggap orang-orang disekitarnya sebagai teman. Teman adalah hal yang menurut Ino tabu. Karena kebanyakan orang menganggap teman sebagai tempat untuk saling memberi keuntungan.

Tapi sepertinya, jika itu si Bebek.... tidak mungkin. Wanita sesederhana ini tidak mungkin mau memanfaatkan orang lain.

Tuan putri lebih cocok di sandingkan untuk si Bebek. sedangkan Ino adalah ratu jahat yang haus kekuasaan. Itu lebih cocok Ino rasa.

Ino sudah menyerah terhadap para pangeran. Tak ada lagi yang membuatnya membenci si Bebek. Ino hanya tidak suka saat si Bebek berada di atasnya dari segi penampilan. Itu yang membuat Ino tak menyukai si Bebek. tapi, kebaikan Bebek padanya tak bisa Ino singkirkan.

Si Bebek benar-benar menghargainya. Tidak pernah berfikiran buruk padanya, dan selalu antusias terhadapnya.

Dengan wajah dan status si Bebek yang adalah adiknya Neji, tentu Ino tak bisa menyia-nyiakan itu. Ino tak bisa berbohong perihal tangannya yang gatal setelah mendandani si Bebek.

Tangannya gatal untuk selalu mendandani si Bebek.

Entahlah, perasaan itu muncul begitu saja.

Mungkinkah si Neji akan bangga padanya jika Ino bisa membuat si Bebek menjadi cantik? Tentu saja! Ino sudah membayangkan bagaimana frustasinya Neji saat menyuruh si Bebek untuk berpenampilan yang menarik di tempat umum.

Pasti keluarganya sangat malu karena si Bebek tak berpakaian dengan semestinya, sesuai dengan statusnya sebagai putri orang kaya.

Dengannya, Ino punya rencana. Setelah ini mungkin dirinya akan mendandani si Bebek. dia akan dapat dua keuntungan.

Satu, dia bisa sambil belajar make up dengan si Bebek yang menjadi modelnya yang sempurna.

Dua, keluarga otsutsuki akan berhutang budi karena dia bisa merubah si Bebek menjadi modis.

Persetan jika si Bebek akan menjadi perempuan paling di incar disekolahnya, Ino sudah tak mau mempedulikan itu lagi. Sekarang, fokusnya adalah menjadi kakak ipar si Bebek.

Bayangkan jika dia serumah setiap hari dengan si Bebek? Ino bisa bereksperimen tentang make up dengan menggunakan si Bebek. lihat saja! wajah seperti si Bebeklah yang dicari oleh penata rias -penata rias di luaran sana.

Wajahnya seperti boneka yang minta di dandani.

Prince Neji! Aku datang!! semangat Ino dalam hati.

Pertama-tama, mari mulai dari alasan si Bebek tak berpenampilan menarik.

"Eum, Hime-chan.... Kenapa kau tak mau berpenampilan yang eum.. seperti ini?" Ino ingin mengatakan berpenampilang kurang menarik, tapi Ino takut menyakiti hati si Bebek. Ino harus menjaga citranya sebagai calon kakak ipar yang baik di depan si Bebek. jadi lebih baik dia bilang 'berpenampilan seperti ini' seperti yang sekarang.

"Eh, Hime-chan?" wajah si Bebek memerah.

Ah iya! Ino memutuskan untuk memanggil si Bebek dengan sebutan Hime. Bukankah Ino sudah mengatakannya, jika si Bebeklah yang mencerminkan seperti tuan putri.

.

.

.

"Hime-chan!" Hinata terkejut saat Ino tiba-tiba memanggilnya begitu. Lalu mata amethisnya menatap Ino yang sedang tersenyum kearahanya.

"ke-kenapa?" Hinata rasa, wajahnya memerah sekarang.

"anggap ini sebagai panggilan seorang teman. Eum, Hime-chan... mari kita berteman secara pelan-pelan" panggilan seorang teman? Mungkinkah mereka sudah sampai tahap itu?

Ketika dua orang teman akan saling bertukar cerita dan menginap? Hinata memerah membayangkannya. Hinata tak menyangka jika masa SMA nya akan menjadi lebih berwarna. Tak sia-sia Hinata mengorbankan episode animenya sore ini.

Sedangkan Ino merasa kurang enak mengatakannya. Dia harus jujur pada Himenya. Dia mengatakan berteman pelan-pelan adalah bermaksud memulainya dari awal.

Kali ini, Ino akan menjadi teman yang baik. Tanpa merugikan Hime nya. Ino kira, Hime nya akan sakit hati dan akan bertanya 'apa maksudnya berteman pelan-pelan? Memangnya selama ini kau menganggapku apa?' itu yang dipikir Ino, tapi melihat tingkah Hime nya yang justru memerah salah tingkah, membuat Ino menyimpulkan, jika Hime-chan nya sedang senang.

Benar-benar perempuan yang sederhana dan polos.

Eh? Polos atau bodoh? Ino tak mau memikirkannya. Bodoh? Kenyataannya nilai pelajaran Ino lebih rendah dibanding Hime nya.

Lalu Ino menyimpulkan satu sifat lainnya dari si Hime.

Kurang peka.... Atau, lebih parah, tidak punya kepekaan sama sekali.

Oh para pangeran yang malang..... setelah ini, Ino akan mencoba menilai mereka, untuk adik iparnya yang sempurna,.... Maka calon suaminya juga tak boleh sembarangan.

Jika harus memilih diantara Naruto, Gaara, Sasuke dan Shikamaru,... Ino diam. dia tak bisa memilih mana yang cocok untuk Hime-nya. Semuanya memiliki nilai standar yang berbeda-beda.

Ino mengernyit, bolehkan siswi sepertinya sudah memikirkan pernikahan? Ah biarkan saja! toh di umur 18 tahun, sudah diperbolehkan menikah.

"Bo-bolehkan aku me-melakukannya juga?" Himenya bertanya malu-malu. Ino terkikik. Dasar pemalu!

"tentu"

.

.

"ba-barbie-chan?" Hinata menunduk semakin dalam, bolehkan dia tak tau diri seperti ini? atau... apakah ini melebih batasannya? Hinata berdoa agar Ino tak marah padanya.

"eum,... itu nama yang cantik. Tapi, bolehkah aku mengusulkan nama untuk diriku sendiri?" Ino bertanya dengan pose seperti anjing memelas, dan Hinata... tentu saja, dia terbuai dibuatnya.

Hinata mengangguk antusias. Ternyata Ino tak marah padanya!

"panggil aku, Ino nee-san!" katanya riang.

Eh? Hinata mengernyit tak mengerti.

"i-Ino nee-san? Ke-kenapa?" dalam hati, Hinata sudah sangat terharu...... mungkinkah Ino sudah menganggapnya lebih daripada teman? Seperti di drama-drama yang sudah ditontonnya... ketika dua orang teman sudah sangat dekat, maka mereka akan saling menganggap keluarga satu sama lainnya.

Ino mengedipkan matanya satu. "anggap sebagai latihan untuk masa depan!"

Masa depan? Hinata tak mengerti dengan itu. tapi Hinata tak peduli... karena dia sudah sangat senang.

Hinata mengangguk antusias. "I-Ino neesan!" lidahnya terasa enak saat mengatakannya.

Ino benar-benar teman yang baik dan pengertian.

"nah sekarang, jawab pertanyaan neesan. Kenapa Hime-chan tak mau kesalon?" Hinata diam. kenapa tak mau kesalon?

"A-aku takut" Hinata mengatakan itu. sambil mengingat-ingat kejadiannya bersama Hanabi dulu.

Hinata ingat, saat dia sudah sangat nyaman dengan kehidupan SMPnya, Hanabi mendatangi kamarnya, lalu berteriak marah-marah.

"Nee-chan! Jangan menjadi bodoh! Untuk apa sampai sekarang kau masih mau menuruti keinginan-keinginan tak waras keluarga Hyuuga?" itu yang dikatakan Hanabi padanya dulu. Tentu Hinata bertanya balik.... Kenapa Hanabi tidak sopan dengan mengatakan keluarganya sendiri tak waras?

"Mereka itu jahat! Kau di buat kampungan begini agar tak ada lelaki yang mendekatimu! Nenek, kakek, ayah dan Neji sama saja! mereka semua jahat!" saat itu Hinata ingat, Hanabi mengejek tampilannya yang menurut Hinata sangat nyaman untuk dipakai. Baju lebar adalah yang terbaik. Tak lengket saat keringatan atau membuat dada dan pantatnya sesak.

Pakaian kebesaraan adalah hal terbaik untuk Hinata.

Tapi, ketika Hanabi mengatakan mereka jahat, maka Hinata mulai berfikir ulang. Hinata bertanya kenapa Hanabi berfikir mereka jahat?

"Matamu baik-baik saja, lalu kenapa nenek dan kakek menyuruhmu memakai kacamata tebal dan buram?" Hinata mengernyit saat mendengar Hanabi mengatakan itu. Hinata percaya pada sang nenek -Kaguya- kalau itu demi kebaikannya. Neneknya bilang, mata Hinata adalah mata yang di warisi oleh ibunya, -hikari-. Diantara keluarga Hyuuga, memang hanya Hinata yang memiliki mata berwarna amethis, sisanya adalah mata putih pucat. Dan neneknya bilang, ibunya memiliki mata yang alergi debu. Jadi kacamata itu digunakan untuk berjaga-jaga agar Hinata tak iritasi.

"Kau percaya? Sejak kapan ada penyakit mata yang alergi debu!!!" jawaban Hanabi saat itu terdengar sangat kesal. "Lalu Neji dan ayah! Kau memangnya senang pakai baju lama kebesaran yang bahkan warnanya sudah pudar?" memangnya kenapa dengan bajunya? Hinata merasa baik baik saja sampai saat ini. saat itu, Hinata menjawab jika dia lebih nyaman dengan baju kelonggarannya.

"Kalau kau nyaman dengan baju itu, kenapa kau mau saja saat memakai pakaian hewan?" Hinata diam. sebenarnya dia tak suka dengan hal seperti itu. memakai telinga kelinci, beruang bahkan terkadang pakaiannya terkesan sexy yang membuat Hinata tak nyaman.

"Me-mereka bilang itu adalah kewajiban putri sulung di setiap keluarga" jawaban Hinata pada Hanabi saat itu. Hinata ingat, karena jawaban itu, Hanabi tambah murka padanya, mengatakan padanya jika tidak ada yang namanya kewajiban putri sulung.

"Tiga pria idiot dirumah ini membuatku muak!" itu adalah umpatan terakhir Hanabi saat itu. "apa kau tak sadar neesan! Mereka hanya berusaha membuatmu tak menyentuh sesuatu yang disebut dengan kehidupan social" Hinata diam saat mendengar itu. itu memang tujuan Hinata dari dulu. dia lebih suka berfantasi sendiri. Meski begitu,.... terkadang Hinata ingin punya teman.... Bisakah dia punya teman?

Hinata bertanya pada Hanabi saat itu. dan Hanabi langsung mengajaknya untuk berpakaian modis. Saat itu, Hinata sudah kelas 3 SMP dan akan lulus. Dia memakai pakaian yang dipilihkan Hanabi, mencoba memakai apa yang di sebut dengan bedak dan lipglous, menggerai rambutnya, dan melepas kacamatanya.

Hinata pernah mengatakan pada Hanabi, jika apa yang dilakukannya saat itu adalah sebuah pantangan dari Neji. Karena keburukan akan datang setelahnya. Tapi, Hanabi mengatakan semua akan baik-baik saja.

Dan hal buruk terjadi saat itu. beberapa pria berkali kali mendatanginya dan meminta nomor ponselnya... membuat Hinata takut dan menciut. Kenapa semua pria tampan datang padanya? Hinata kan jadi tak bisa membayangkan hal-hal romantisme pada mereka.

Malamnya Hinata ceritakan itu pada Neji. Dia bertanya perihal kenapa banyak pria datang padanya meminta nomornya..... karena Hinata takut, maka Hinata kasih nomor ponselnya. Setelahnya, Neji mengatakan hal yang membuat Hinata tamnbah takut.

"Buang ponselmu, niisan akan belikan yang baru. Kau tau? dengan nomormu, mereka akan terus meneror seumur hidup!"

Itu adalah mimpi buruk. Karena kejadian itu Hinata tau, dikeluarganya,... Hanabi lah yang sebenarnya jahat padanya. Bahkan sampai sekarang, Hanabi terus mengereti uangnya.... Mengancam masalah hobbynya yang hanya diketahui Hanabi.

Keluarga Hyuuga baik padanya, melindunginya dan membuatnya selalu merasa aman dan nyaman... tapi tidak dengan Hanabi. Itulah menurut Hinata.

.

.

.

Ino tercengang. Dia mendengar sesuatu yang seharusnya dia tak dengar.

Tentang kebusukan keluarga otsutsuki.

Se-anarkis itukah mereka pada Hinata?

Rasa sayang mereka sepertinya diluar batas normal. Dilihat dari segi manapun, semua orang akan tau, adik perempuan Hinata lah yang paling normal.

Lagipula, bukankah hal yang wajar jika seorang pria meminta nomer ponselnya? Hime-nya ini polos atau bodoh sih? Ino menggeram dalam hati.

"lalu bagaimana dengan adik perempuanmu?" Ino penasaran, mungkinkah adik iparnya yang lain masih berusaha membuat Hime-nya menjadi cantik?

"Eum... di-dia mengatakan menyesal dan menyuruhku un-untuk se-seperti ini"

eh apa? Ino berusaha positif thinkking. Mungkin saja ini bertujuan agar Hime nya tidak di jahati oleh orang lain. Atau... ini adalah bentuk trauma mereka?

"Hime-chan... apa kau pernah mengalami kejadian buruk?"

Hinata berfikir. Tidak pernah.

"ku-kurasa tidak per-pernah.... Ta-tapi Neji ni bi-bilang aku pernah diculik dan akan di ju-jual oleh tante-tante"

Ino membelalak mendengarnya. Anak sepolos Hime-nya pernah dijahati? Ino jadi prihatin. Tapi Ino tidak heran dengan itu. dengan wajah seperti ini.,... tentu semua orang ingin menculiknya. Tapi kenapa tante tante? Apa Hime-nya akan dijual bak pelacur?

Hime-channya itu memang terlalu cantik dan manis untuk dilewatkan.

Ino jadi takut jika harus mengajak Himenya keluar dengan tampilan memesona seperti ini. tapi di sisi lain Ino ingin melihat Hime nya ini berjalan layaknya perempuan normal.

Dari cara bicara dan perilaku, Ino tau jika Hime nya ini Sudah lama terkekang. Hime nya harus bersinar....

Standar adik ipar Ino itu tinggi. Jadi,.....

Tapi bagaimana jika Neji malah akan marah padanya? Mendengar cerita Hime-nya, semua keluarga otsutsuki menginginkan Hinata untuk tak tampil mencolok kan?

Ino berfikir keras.

Tapi, jika bersama Ino, sepertinya bukan masalah.

Ino harus menahan untuk membuat Hinata cantik secara berlebihan. Lakukan itu secara diam-diam saja. tapi, sesekali Ino ingin jalan bersama Himenya yang seperti ini. Ino ingin tau bagaimana pandang orang-orang diluar sana pada adik iparnya.

Cantik itu adalah hal yang wajib di pamerkan. Itu adalah motto Ino. Jadi, mungkin untuk di sekolah, Ino tak akan mendandani si Himenya. Tapi jika mereka akan keluar.... Seekor Bebek layak untuk jadi cinderella.

"Hime-chan! Mau jalan-jalan?"

.

.

.

...

.

.

.

"Kenapa Ino harus membawa Bebek kerumahnya sih?" Naruto menggerutu, teman-temannya mengangguk setuju.

"Ah sial! Aku penasaran!" Gaara menggeram, Shikamaru menghela nafas. Bayangan Bebek setelah ke salon menjadi buyar. Mereka berempat sama sekali tak bisa membayangkan bagaimana tampilan Bebek setelah di permak.

"tidak perlu mempermasalahkannya kan?" Sasuke berkata begitu, meski dirinya penasaran, tapi dirinya mencoba menghibur diri sendiri.

"Sasuke benar, memang kenapa jika Bebek menjadi cantik? Atau justru berubah jadi jelek?" Shikamaru menimpali.

Naruto dan Gaara saling berpandangan. Benar.... sepertinya tak ada yang berubah. Berubah menjadi jelek ataupun cantik... mereka tetap menyukai Bebek.

"aku tidak mempermasalahkan itu..... hanya saja..... aku hanya takut jika Bebek ternyata cantik.... Maka sainganku akan bertambah" suaranya mencibir, melihat satu satu temannya yang juga memandangnya tak enak.

"Naruto! Jangan berlebihan..... dilihat dari manapun, secantik-cantiknya dia, tetap saja pasti tak akan berlebihan seperti yang kita bayangkan" Shikamaru bilang itu dengan santai. Membuat semua orang menyukainya? Mana ada perempuan seperti itu!

Naruto mulai mengangguk tenang. Naruto hanya takut akan merasa tidak pantas jika si Bebek menjelma bak dewi. Apalagi saat Gaara pernah bercerita perihal mimpinya yang melihat Bebek dengan sayap malaikat. Apalagi dengan kulit tan yang katanya di benci oleh si Bebek....

Naruto merinding saat membayangkan Bebek menolaknya. Itu juga pernah terjadi di mimpinya.

"Shikamaru benar dobe, kalaupun Bebek cantik.. tak mungkin akan bisa membuat semua orang terpesona... perempuan itu memiliki kecantikan yang relative di masing masing mata pria. Jadi.... Tak mungkinlah jika si Bebek bisa menarik perhatian semua orang" ujar Gaara

.

.

.

...

.

.

.

Hime-nya menjadi pusat perhatian. Dia berhasil menarik semua perhatian orang di mall ini.

Ino sudah menduga itu. semua mata tertuju pada mereka berdua. Bahkan kuping Ino sangat panas saat mendengar kalimat yang berulang ulang.

'Model kah? Atau artis?' itulah yang didengar Ino. Ino melirik lagi Himenya. Terlihat mukanya sama sekali tak nyaman. Bahkan muka cemberut itu tak bisa mengurangi kadar kecantikannya.

Ino jadi bertanya tanya setampan dan secantik apa sih orang tua dari si Himenya ini? jika melihat dari foto-foto.... Hiashi-sama sepertinya punya wajah yang biasa saja... bahkan terkesan kaku.

Mungkinkah ini gen dari ibunya?

Ino melirik lagi wajah pucat itu.

Tunggu! Apa Hime nya itu seorang introvert parah? Seharusnya Hime nya itu senang menjadi pusat perhatian seperti ini. apalagi di pusat perbelanjaan. kenapa dia justru terlihat seperti orang sakit?

"Hime, kau tak apa-apa?" Ino bertanya. Pantas saja keluarga Hyuuga tak mengizinkan Hime-nya tampil cantik.... Pasti karena ini. Ino jadi berfikir ulang tentang mengajak jalan-jalan Himenya dengan tampilan seperti ini.

"A-apa semua orang marah padaku? se-sepertinya mereka me-melototiku..." cicitan kecil itu membuat Ino makin gemas. Rasa-rasanya Ino ingin menggigit bibir Hime nya yang memerah seperti apel.

Ino menggeleng. Sadar Ino! Kau itu perempuan! Ino terus meyakinkan dirinya jika dia masih normal.

"mereka tak marah padamu! mereka itu terpesona, Hime" Ino merangkul pundak mungil itu.

Harum yang masuk ke hidung Ino....

Ughhh... luar biasa!

Ino jadi ingin lahir menjadi laki-laki kalau begini terus!

Mata amethis itu membola. "eh terpesona? Ke-kenapa?" terpesona padanya adalah hal yang tak pernah ada di kamus Hinata. Karena Hinata selalu merasa semua orang memandangnya kasian.

Dipandang kasian itu enak menurut Hinata, dengan begitu... mereka pasti akan selalu mengalah padanya. Hinata hanya tak tau, pandangan kasihan itu bukanlah pandangan kasihan, tapi lebih ke jijik dan ilfeel.

"Karena kau sangat cantik" ujar Ino singkat. Ino mengambil kacanya dan memberikannya pada Hinata.

Hinata melihat itu. Hinata akui dirinya memang cantik,... tentu Hinata bisa membedakan mana yang cantik dan mana yang biasa saja.

Ah! Hinata tak mau jadi cantik! Kalau Hinata cantik,... maka Hinata hanya akan mengambil jodoh lelaki tampan.... Huhuhuhu... bukankah itu sangat tidak sopan?

Lelaki tampan, harus dengan lelaki tampan.... Atau dengan perempuan cantik selain dirinya. Hinata tak mau jadi tokoh utama dongeng kerajaan.... Dia ingin menjadi penonton yang terpesona di belakang layar. Itu lebih menyenangkan dan lebih asyik.

"Ta-tapi aku tak mau jadi ca-cantik" pipi Hinata memerah malu mengatakannya. Sedangkan Ino terperangah mendengarnya.

Tak mau jadi cantik? Ino rasa Hime nya ini masih sangat trauma dengan kejadian penculikan itu... pasti itulah alasan Hime nya tak mau jadi cantik. Ino jadi tambah prihatin.

Hime nya yang malang.

Ino rasa, Hime nya sudah harus mencari pacar. Lumayan, pacarnya bisa dimanfaatkan menjadi bodyguardnya nanti.

Eh bodyguard? Berarti yang paling cocok adalah Gaara atau yahiko yang notabenenya ahli beladiri? Tapi bagaimana jika Hime nya akan dilucik dengan terencana oleh orang jahat? Dia harus mempunyai pacar yang pintar..... seperti Shikamaru contohnya, tapi.... Naruto juga punya badan yang bagus dan kuat... cocok untuk membawa belanjaan si Hime nantinya.... Disamping itu semua, Ino ingin Hime nya ini berpacaran dengan pria tampan, seperti Sasuke.

Jadi yang mana? Ino mengacak rambutnya kesal.

Kenapa dia yang jadi pusing masalah percintaan Hime nya? Ini bukan dirinya sekali....

Ino mendudukan pantatnya kasar. Mereka mampir ingin membeli minuman buble kesukaan Hime-nya.

"Kami sudah memesan! Apalagi?!" Ino mendesis kesal. Melirik pria yang berdiri sebagai pelayan.

Tinggi, putih, mancung. Cukup tampan... tapi tak setampan para pangeran.

Blacklist! Tidak masuk hitungan untuk pacar adik iparnya.

"Eum... kalian harus mencantumkan nomer ponsel kalian di sini" ujar pelayan pria itu.

Dia tambah kesal. Sejak kapan café ini menerapkan hal begitu? Tentu Ino tak bodoh! Pria ini saja yang genit dan berusaha medapatkan nomer ponselnya. Eh? Maksudnya nomor ponsel Himenya.

Hinata dengan polosnya mengambil kertas itu, dan akan menulis nomornya. Ino menghentikannya... dan mengacam pelayannya akan memanggilkan manajer jika tak pergi juga.

Berhasil! Pria itu pergi dengan memandang kesal Ino. Ino mendengus! Baru kali ini ada pria yang memandang kesal Ino. Tentu saja... selama ini, didepan pria, Ino selalu berpura-pura jadi putri cantik nan polos.

"Hime... kau harus meningkatkan kadar kepekaanmu! Aku akan mengajarimu setelah ini"

Hinata hanya mengangguk diam. dia sudah sibuk dengan minuman bublenya. Hah! Terlihat seperti anak anak yang menjilati eskrim.

Ino memandang tajam pria lain yang sepertinya ingin mendekati mereka.

Tinggi, berotot, dan berwajah tegas. Tapi tak semenawan para pangeran...

Blacklist! Tak cocok jadi pacar adik iparnya.

Mata Ino melotot tak suka, dan pria itu berbalik arah.

Sedari tadi, kelopak matanya pegal karena harus memelototi beberapa pria yang ingin mendekat. Pasti minta nomor ponsel dan berkenalan! Ino tak akan membiarkannya.

Sampai bulu matanya rontok karena stress dan kelelahan melototpun akan Ino lakukan. Demi kelayakan pacar adik ipar!

Untuk saat ini, kandidat terkuat masih di pegang oleh para pangeran plus yahiko. Ino ingin memasukan sensei baru yang tampan, yang Ino ketahui sebagai kakanya Sasuke. tapi tak jadi... lagipula mana mungkin seorang sensei jatuh cinta pada muridnya sendiri kan?

Meskipun cantik, Hime nya ini tetap tak mungkin akan membuat seorang sensei untuk berani suka pada muridnya sendiri.

Ya kan?

"Hime! Aku setuju dengan keluargamu,... jangan sekali kali kau pergi sendirian dengan tampilan begini! Ya?"

Hinata mengangguk mengiyakan. Lagipula,... Hinata risih jika harus tampil layaknya perempuan cantik. Jadi dia senang senang saja. dan hal yang membuatnya senang adalah Ino yang menerima dia apa adanya.... Lihat saja, Ino menyuruhnya untuk berpenampilan sesuai dengan kenyamanan Hinata...

Tidak seperti Hanabi. Cih! Adik yang jahat.

Ino-neesan......

Hinata bersumpah akan mengabdi padanya.

.

.

.

...

.

.

.

Kaki putih itu berjalan di Lorong sekolah dengan percaya diri. Lalu bibirnya tersenyum manis saat mendengar beberapa bisikan siswa siswi yang melihatnya.

'waaah... apa dia anak baru? Cantik ya!' perempuan itu semakin menyeringai lebar. Hal biasa yang sering didengarnya. Begini saja dia dibilang cantik! Apalagi jika mereka melihat sang kakak yang cantiknya maksimal minta ampun!

"Nah, Hyuuga san... ini kelasmu" guru yang mengantarnya itu berhenti. Lalu mempersilakan perempuan Hyuuga itu untuk masuk.

Hyuuga Hanabi. Nama itu yang tertulis di name tag dada kirinya. Ikut berhenti dan memandang pintu kayu bercat coklat itu dengan serius.

Hanabi tersenyum manis dan mengangguk patuh.

Setelah sensei itu pergi, Hanabi menghela nafas. Berperilaku layaknya perempuan manis di depan sensei adalah hal yang melelahkan. Dia menyelampirkan anak rambutnya kebelakang telinga.

"jadi siapa monyet-monyet yang berani mengganggu fujo tercintaku?" gumamnya pelan. Tentu saja dia tak akan sekelas dengan kakaknya. Kakanya di kelas tiga, dan dia di kelas satu. Hanabi terkikik sendiri saat membayangkan ekspresi terkejut sang kakak saat tau adiknya yang cantik ini satu sekolah dengannya.

Hanabi langsung menghel nafas. Kakinya terangkat satu, lalu.

Brak!

Pintu depannya di tendang, para siswa siswi yang didalam terkejut bukan main. Para pria hampir mengumpat, tapi tak jadi saat melihat perempuan cantik yang muncul.

Memamerkan senyum yang memesona. Cantik itu selalu dimaafkan dan diagungkan. Itu adalah motto Hanabi.

"halo, monyet-monyet jelata.... Salam kenal! Aku Hanabi Hyuuga, siswi baru yang akan menguasai sekolah ini

......tunduklah padaku!" dan perkenalan itu mengundang ricuh satu kelas

.

.

.

TBC

.

.

.

Epilpog

.

.

Hanabi sehari setelah mendandani Hinata.

Hanabi ambruk di kasurnya. Berjalan dengan kakaknya yang cantik membuatnya Lelah secara fisik dan mental. Ini lebih melelahkan dibanding dengan hobby tawurannya.

Apa pria diluar sana benar-benar tak bisa mengontrol nafsu duniawinya? Pikir kesal Hanabi.

Minta nomor ponsel dan minta kenalan tanpa tau malu.....

Berapa meter kulit tebal mereka? Apa mereka sama sekali tak malu?! Om om gila pun begitu! Apa dia tak tau kakaknya itu masih baru akan masuk SMA? Jika ayahnya tau, maka om gendut itu sudah dipasung dan di rantai!

Kalau begini, Hanabi juga jadi takut.

Pintu kamarnya di dobrak, disana sang kakak memandangnya marah.

Hanabi mendengus. "Neji si idiot ketiga" ujar Hanabi. Idiot pertama adalah kakeknya, idiot kedua adalah ayahnya. Sedangkan neneknya tidak dicap idiot oleh Hanabi karena sang nenek memberikan uang yang banyak padanya.

"berani sekali kau mendandani my little honey bunny sweety!" ini yang membuat Hanabi mencap Neji sebagai manusia yang idiot. Mana ada kakak yang menamai adiknya sendiri seperti itu? bahkan Neji dengan seenaknya memanggilnya tarzan! Hanabi kesal!

Setidaknya panggil dia dengan sebutan tarzan cantik. Maka Hanabi akan mempertimbangkannya.

"Iya! Aku tak akan melakukannya lagi!" Hanabi bersumpah tak akan melakukannya lagi. Hanabi juga Lelah jika harus menolak satu satu pria di jalan yang meminta kenalan. Hanabi yang notabenenya cantik saja masih bisa berjalan bebas... kakaknya sama sekali tak bisa bergerak!

Berjalan 10 meter, ada yang menghentikannya... begitu terus! Dan Hanabi harus rela menjadi bulldozer untuk menyingkirkan para monyet-monyet itu!

"ayah tak tau perihal ini! jika kau melakukannya lagi, maka akan kuadukan ayah agar uang jajanmu dipotong!" Neji mengancamnya, dan Hanabi melotot ketakutan

Tidak! Apapun itu asal jangan uang nya!

"a-aku mengerti! Sekarang pergi sana!"

.

.

beberapa tahun setelah insiden Hinata kecil di culik.

Ruang rapat keluarga Hyuuga. Dihadiri oleh Hiashi, Neji, Kaguya dan Hamura. Keempatnya memasang wajah serius. Pembicaraannya terlihat amat sangat serius dan berbobot.

"Hiashi, aku merasa ada yang aneh pada Loly ku" Kaguya berkacak pinggang, dia merasa lolipopnya berubah aneh beberapa bulan belakang. Seperti mengurung diri di kamar dan tersenyum malu sendiri.

"Benar! bahkan dia sudah menanyakan perihal hubungan antara pangeran kerajaan dengan pria tampan ayah!" Neji berseru! "astaga.... Bahkan dia masih berumur 7 tahun!" mereka melotot kaget.

Hinata polosnya tak boleh kenal pria.

"yah,... aku juga merasa begitu pada istri keduaku" Hiashi memegang dagunya, lalu memandang ketiganya dengan raut tegasnya. "akhir-akhir ini, dia tak mau menceritakan perihal uang jajannya" lanjutnya. Benar, biasanya istri keduanya itu akan selalu bilang kalau uang jajannya dihabiskan untuk ini... itu....makanan ini... minuman itu.... tapi sekarang, istri keduanya itu terlihat sangat hati hati dan merahasiakan sesuatu yang dibelinya. "kenapa ya?" pertanyaan itu bahkan mengganggu Hiashi untuk bisa tidur.

Bicara tentang tidur, istri keduanya itu sudah tidak mau di ajak tidur bareng. Hiashi sedih... padahal di masa tuanya yang sekarang, dia ingin memeluk putri cantik kesayangannya itu. malah jawaban aneh yang Hiashi dengar dari istri keduanya itu.

"Ayah lebih cocok untuk tidur dengan Neji-nii..." itulah jawaban istri keduanya saat di ajak tidur bersama. Umur Hinata masihlah tujuh tahun, jadi bukankah wajar bagi seorang ayah untuk tidur bersama sang putri? Lalu yang paling aneh kenapa harus dengan Neji? Bukankah logisnya adalah dengan Hanabi? Yang umurnya masih lebih kecil lagi?

Kenapa dengan putranya si Neji yang sudah mau masuk SMA saat itu? apalagi istri keduanya itu mengatakannya dengan pipi yang memerah parah. Hiashi masih mempertanyakan itu sampai sekarang.

"mungkinkah ini karena insiden penculikan itu, ayah? Mungkinkah dia dicuci otak oleh tante-tante gila itu?!" Neji bersuara. Dendam kesumat yang tak akan pernah Neji lupakan terhadap para tante gila berdandan nyentrik itu. karena mereka, Neji habis-habisan di sidang oleh ayahnya saat itu.

"itu tak mungkin Neji. Itu sudah tiga tahun yang lalu... jadi tak mungkin" ucap Hiashi innocen.

"apa!" kali ini Hamura teriak kaget. "my sunshine pernah di culik?! Siapa? Siapa yang berani melakukan itu?!!!" wajahnya menoleh kesetanan minta penjelasan.

"ayah tenanglah...." Hiashi menenangkan Hamura yang terlihat kepanikan. Hiashi agak khawatir perihal pergerakan ayahnya yang terlalu berlebihan... apalagi ayahnya itu sudah bau tanah.

"tenang kau bilang?!" kali ini Kaguya yang berteriak kesal. Hiashi menghela nafas. Dasar tua bangka! Ujarnya dalam hati. "Bagaimana jika ada yang akan menculiknya nanti? haaah.... Ini karena lollipop ku yang terlihat sangat menarik" semua mengangguk setuju. Jika mereka orang lain, mungkin mereka juga akan menculik Hinata dengan balutan kostum kelinci.

"Itu dia!" Hamura berdiri dari duduknya. "sayang.. kau cerdas" ujarnya pada Kaguya.

"kenapa?"

"kurasa, my sunshine terlalu menarik,.... Jadi, bagaimana jika my sunshine dibuat tak menarik saja? pasti tak akan ada yang berminat kan?" ide Hamura membuat semua mata terbelalak. Lalu mengangguk sambil tersenyum.

Rapat terselesaikan.

"baiklah. Neji... kau tau apa yang harus kau lakukankan?" Hiashi memandang Neji. Neji mengangguk "kau adalah orang yang paling di percaya oleh istri keduaku...." Neji mengangguk lagi.

"cuci otaknya.... Neji"

"baik ayah"

.

.

Wanita yang dilihat Rock Lee kemarin

Gaara menaruh jus tomat itu dengan bantingan yang keras didepan Sasuke. Sasuke melotot kesal. Gaara kalah game dengannya... jadi dia harus mentraktir. Dan lihat sekarang! Gerak gerik Gaara terlihat amat sangat tidak sportif. Apa-apaan itu? bahkan wajahnya sangat garang saat menatap Naruto yang sedang asik memakan ramennya.

"Panda bodoh! Berhenti merajuk seperti perempuan" Shikamaru berkata demikian. namun wajahnya masih memandang bangku kosong dipojokan kiri kantin. Gaara mengikuti pandangan Shikamaru, lalu matanya menjadi menyendu.

Bangku kosong itu adalah bangkunya si Bebek. Gaara jadi nostalgia saat dirinya ditolak mentah-mentah saat itu. apa sekarang perasaan si Bebek padanya masih sama? Apa si Bebek akan menolaknya lagi jika Gaara menyatakan cinta?

"kenapa si Bebek tidak datang ya?" Naruto berhenti memakan ramennya. Melihat ketiga temannya menjadi melankolis, membuat nafsu makan Naruto hilang. Ini adalah kali pertama si Bebek tak datang ke kantin di hari sabtu.

Biasanya, Bebek akan duduk disana dengan wajah memerah, sambil mengagumi wajah mereka berempat. Itulah yang para pangeran rasakan.... Dulu mungkin mereka merasa jijik dan ilfeel.... Tapi sekarang mereka jadi sangat rindu... padahal hanya di waktu seperti ini saja mereka bisa menampilkan pesona mereka.

Rasa-rasanya mereka ingin mengajukan pindah kelas. Biar bisa sekelas dengan Bebeknya.

"yah, ku dengar adiknya menjadi murid baru disini.... Kupikir itulah alasan si Bebek tak hadir" diantara keempatnya, Shikamaru lah yang paling terdepan masalah gossip. Dengan otak cerdas dan popularitasnya, maka sangat mudah untuk mendapatkan informasi dari siswi diluaran sana yang haus akan belaian.

"adik?" mata shapirenya melebar. "Kalau begitu aku punya adik ipar dong!!" katanya riang.

"brengsek! Dia itu adik iparku!" Gaara ikut mengklaim, Shikamaru dan Sasuke hanya menghela nafas. Selalu begini, pembicaraan konyol perihal Bebek yang akan berujung perkelahian.

Meski begitu, di otak keempatnya sudah tersusun rencana apik.

Mencuri hati adik ipar. Itulah rencana dalam otak mereka masing-masing.

"hei!" suara semangat Rock Lee membuat keempatnya tersadar dari lamunan. Rock Lee tidak memanggil keempatnya, melainkan Kiba yang duduk tak jauh dari sana.

"Ada apa?" itu adalah tanggapan malas dari Kiba.

Para pangeran tidak peduli, lalu melanjutkan lamunan mereka.

"kau tau! kemarin aku melihat Ino bersama temannya"

Ino dan temannya adalah dua kata yang berhasil memporak-porandakan lamunan para pangeran. Lalu, semuanya beralih kearah Rock Lee yang sudah duduk di dekat Kiba. Bukan hanya para pangeran, para siswa siswi lain ikut tertarik.

Ino adalah ratu sekolah ini... dia akan selalu jadi pusatnya perhatian.

"mereka menjadi pusat perhatian!!" Rock Lee melanjutkan ucapan itu lagi. "kau tau.... temannya sangat cantik!"

"benarkah?" Kiba mulai antusias. Kata cantik selalu bisa menarik perhatiaannya.

"aku ingin sekali berkenalan dengannya... lagipula aku kenal dengan Ino. Tapi, melihat Ino yang melotot membuatku takut dan tak percaya diri" katanya lesu, lalu Kiba dengan lantang mengatakan Rock Lee bodoh dan pengecut.

"memangnya secantik apa sih?" Kiba penasaran, begitu juga dengan para pengupingnya.

Rock Lee diam sebentar, mengambil posisi seperti sedang berfikir. Membuat orang-orang geram menunggunya.

"jika aku bandingkan dengan Ino.... Maka perbedaannya bisa sampai empat kali lipat" katanya lugas.

Setelah itu, semua murid yang mendengarnya mulai mengerubungi Rock Lee.. bertanya perihal identitas temannya Ino itu. Rock Lee tak bisa menjawab itu. ingin sekali Rock Lee bilang.

'entahlah... tapi saat melihat wajahnya, dia mengingatkanku pada si Bebek' tapi Rock Lee tak bisa bilang begitu. Tentu saja semuanya tak akan percaya.. dan akan berakhir dengan Rock Lee yang di cap pembohong.

Lagipula, Rock Lee juga kesal pada otak dan matanya. Masa iya dia mengingat si Bebek saat melihat teman Ino yang bak dewi itu. Rock Lee rasa itu adalah penghinaan terbesar untuk temannya Ino itu!

"aku juga tak terlalu tau...... tanyakan saja pada Ino!" itulah jawaban yang menurut Rock Lee terbaik. .

Mereka mendesah kecewa. Lalu, Para murid mulai bubar meninggalkan tempat Rock Lee. Duduk dimeja mereka masing masing lagi. Mungkin jika ada kesempatan, mereka akan menanyakan langsung saja pada Ino.

Sasuke, Gaara, Naruto dan Shikamaru masih setia duduk di bangkunya. Wajah mereka memucat. Teman yang pergi dengan Ino kemarin adalah si Bebek. itulah yang mereka tau.

Apakah Bebek itu cantik? Mereka tau standar kecantikan untuk seorang Rock Lee.... Dia adalah pria yang lumayan hebat dalam menilai fisik wanita.

Wajah pucat itu saling berpandangan. Sinyal SOS terpampang dalam matanya masing-masing.

Ti-tidak boleh!

.

Epilog End

.

.

Pojok author

Yahiko : Thor! kenapa hanabi duluan yang masuk sih? padahal dari dulu aku duluan yang udah ngajuin pindah sekolah!

author : terimalah kenyataan. orang kaya lebih berkuasa

Yahiko : Anj*ng

.

.

.

Silakan koreksi jika terdapat typo

Thanks~ semoga menikmati

Signature (Lavendark)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top