Kalung Jimat
Aku masih ingat hari itu, saat di mana Gina memamerkan kalung berbandul kerang. Aku tidak iri, sungguh. Hanya kesal karena dia sering berceloteh kalau benda itu bisa menangkal segala macam bahaya.
Aku bukan bocah seperti dia, walaupun kami anak kembar. Dan entah karena kesal aku tidak pernah percaya atau teman-teman mulai mengejek, siang itu dia mengatakan ide yang membuatku bergairah untuk pertama kali.
"Kamu pasti percaya habis ini." Gina memimpin langkah ke dapur dan mengambil jerikenyang Bi Imahletakkan tak jauh dari kompor sumbu kami. Dia lantas berjalan ke halaman belakang. "Habis ini, kamu pastipercaya."
Aku hanya mundur beberapa langkah, saat Gina dengan berani membuka tutup dan mengguyur tubuhnya dengan isi dari jeriken. Bau minyak tanah langsung menyengat, tetapi dia tersenyum puas. Segera aku ulurkan korek kayu dan mundur lebih jauh.
Gina mulai menyalakan api dari korek. Mula-mula dia menyundut bagian sandalnya, tetapi api langsung meraup tubuh kecilnya.Teriakan Gina langsung terdengar. Merintih kesakitan dan dengan tubuh yang dilalap api, dia berlari ke sana-ke sini mengharap pertolongan.
Namun, aku tidak melakukan apa yang Gina harapkan. Hawa panasnya memang terasa, juga bau daging bakar, tetapi aku membiarkannya. Setiap detik yang kami lalui, kuingat baik-baik; bagian saat Gina terjatuh; suaranya yang masih berteriak; tubuhnya yang mengejang; semua.
Dan itu akan menjadi tontonan sempurna, andai saja Bi Imah tidak datang. Wanita itu menjerit histeris dan terbirit-birit ke kamar mandi. Sambil menangis dia menyiram tubuh Gina dengan air yang dibawa menggunakan ember. Begitu seterusnya hingga api di tubuh Gina padam.
Yang terlihat setelah itu sungguh membuatku—untuk pertama kali—merasa menang. Baju baru yang dibelikan Ibu hanya untuk Gina terbakar bersama kulit Gina. Rambut yang diikat cantik oleh Ibu tadi pagi pun sudah lenyap; berganti kulit kepala yang mengelupas. Dan yang paling membuatku tidak bisa berhenti tersenyum adalah saat kedua tangannya yang gosong dan berasap terangkat, lalu berhenti begitu saja. Menggantung kaku.
Mungkin Ibu dan Ayah merasakan kesedihan, tetapi untukku itu jelas keberuntungan. Walaupun aku harus mengganti nama sejak kejadian nahas itu, setidaknya aku bisa mendapat lebih bahkan seluruh perhatian Ibu. Termasuk kalung jimat yang Ibu buat baru untukku.
Oleh ranelinez
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top