Batas Senja
Hari terakhir di suatu senja.…
Hari terakhir di suatu senja.…
Teruntuk yang tercinta ....…
Cerita yang disajikan akan berbeda-beda, sesuai dengan tema yang ditentukan ^_^…
Berisi drabble dengan kata kunci dan tema ajaib. Selamat menikmati.…
Ayah berkata, untuk segera pulang jika aku sudah selesai menikmati bagaimana embusan angin darat. Namun, seseorang yang kutemui di bibir pantai mengulurkan sesuatu berwarna sedikit hitam. Cokelat, katanya. Dia bercerita bahwa cokelat memiliki kandungan yang bisa membuat pikiran nyaman. Sedikit pahit saat kucoba, tetapi terasa enak, dan pikiranku menjadi lebih ringan."Arnand."Aku tidak tahu harus berkata apa saat dia bilang itu. Apa arti dari bahasa manusia ini? Sepanjang hari hanya dua kata yang melekat dalam otakku: bau amis. Dan aku nyaris menangis saat memahami maksud kata-kata itu. Namun, ketika dia menghirup angin darat tanpa menutup hidung di hadapanku, aku mulai tertarik untuk mencoba kekuatan yang diturunkan Ayah.…
"Bisa, enggak, kamu menyingkir? Bukan, bukan kamu." Ike buru-buru menambahi saat Arka mundur dengan cepat."Ike, sebagai calon yang akan menguasai ikebana, kamu harus punya hati yang bersih. berduaan di tempat sepi kayak gini bahaya, lho.""Berisik!"Bahu Arka berjengit. Bukan kali ini dia mendengar teriakan Ike. Namun, situasi sekarang yang membuat jantungnya serasa terjun ke lambung. Apa yang salah? Padahal tadi Ike masih menunjukkan senyum bahagia. Mereka bahkan nyaris berpegangan tangan dan mengucapkan pengakuan resmi. Hanya selang beberapa detik semua berubah. Ike kini tampak seperti penderita asma yang kambuh.Ike menyeka poninya yang menempel di kening. Keringat terus keluar dan wajahnya terasa mengencang. Hatinya disesaki sumpah serapah. Berani sekali makhluk tidak jelas itu tiba-tiba berdiri di antara dia dan Arka."Jangan ganggu atau kamu bakal mati!"Arka bergidik dan celingukan. Butuh usaha keras untuk menelan ludah, bahkan kepalanya sampai maju mundur."Seperti kata Lisa, kamu harus buat aku tenang. Dan ngomong-ngomong, aku udah enggak bernapas."…
Karena, hidup punya banyak rasa!(Kutipan dari iklan di televisi)…
Aku bukan siapa-siapa, hanya penikmat.Langkahku masih tertatih, pun sayap yang belum sempurna membentang.Posisiku masih di tengah dengan jutaan undak yang menuntut dipijak.Aku tidak mungkin sampai puncak seorang diri. Tanpa pesan semangat. Tanpa rangkul keyakinan. Tanpa ilmu yang dibagikan.Melalui ini, aku ingin berbagi penghargaan untuk teman-teman yang sudah mengirim pesan, merangkul erat, serta ringan berbagi. Ini bukan untuk mengucilkan, karena aku masih banyak kekurangan. Semoga dengan ini kita bisa saling memahami dan menghargai. Karena memahami, menghargai, atau memberi penghargaan bukan hanya bisa dilakukan dengan pujian. Ada bagian yang juga mendukung: perhatian.…
Seperti sumur yang harus dalam agar bisa terus menyediakan air, pengetahuan juga harus digali tidak hanya dari satu sumber (oke, aku pernah pakai kalimat ini untuk promosi). Jadi, ke sanalah aku. Berkelana ke tempat nun jauh untuk mendapat setetes pengetahuan, dari lahan yang berbeda. Dari tempat yang belum pernah kujamah. Apa yang bisa aku raih? Itulah yang tertuang di sini.Selamat menikmati.…
Oldstreet terletak di desa Fogger, sebelah barat daya pulau Mounhill. Lebar jalannya hanya bisa dilewati satu kereta kuda, dan di sepanjang sisinya berdiri rumah-rumah dengan jendela tinggi beratap segitiga. Dari kejauhan, di antara kabut tipis yang turun dari bukit, sebuah kastil terlihat samar. Dan di sanalah, para pengkhianat diberi ganjaran.Sumber cover: Pinterest…
CERPENKami biasa memanggilnya Mr. Talkins--pria yang berasal dari Inggris. Sungguh hal yang menyenangkan saat dia memutuskan untuk berjalan di gang. Seperti melihat bintang film barat, kata Ibu. Namun, ketika dia masuk ke kontrakan tempat keluargaku menyewa, firasatku menjadi sangat buruk.Sumber cover: Pinterest.…
Yang aku ingin, cepat pulang!…
Aldo selalu menjaga dengan baik apa yang dia miliki. Lelaki 22 tahun itu bahkan memberi nama pada setiap lembar uang yang dia punya, walau nanti harus ditukar dengan barang yang dia butuhkan. Jadi, tidak ada kamus kata kehilangan dalam kehidupan Aldo. Hingga suatu hari, tanpa Aldo sadari, Albus menghilang dari saku celananya."Albus hilang, Lang!" jerit Aldo. Dia bahkan sudah membuka celana panjangnya agar leluasa memasukkan tangan ke saku belakang celana.Elang hanya menggeleng. Beruntung kamar indekos hanya untuk dua manusia dengan gender yang sama. Dia tidak bisa menahan diri untuk membayangkan, apa yang dipikirkan lawan jenis mereka bila melihat Aldo yang sekonyong-konyong membuka celana jin dan memamerkan celana pendek gambar Spongebob yang melekat ketat di bagian pinggang hingga atas lutut. Namun, lebih dari khayalan soal reaksi para cewek, dia teringat satu nama yang tadi dilontarkan Aldo. "Albus itu siapa, Do?"…
Dia berada di sudut. Terdiam. Tersembunyi. Tapi dia menunggu. Mengawasi.Berharap kau mau, barang sekali, menariknya keluar. Membiarkan dia bercengkerama dengan angan dan khayal. Dia tidak seringan sehelai kapas. Juga tidak seramah senyuman. Pun tidak sebaik udara yang membawa oksigen.Kau mungkin akan mengecap pahit. Atau asam mirip cuka, saat kau membebaskannya. Tapi, dia ada bukan untuk jadi beban.Asa ada untuk kehidupan yang mapan. Dada Rukmini terasa plong seolah menang berdebat dengan si abah. Rentetan kata yang baru dibuat, dibacanya sekali lagi. Kali ini sedikit menimbulkan rasa sesak.Dia mendengkus lantas mengelus halaman dari buku bersampul cokelat milik kakaknya yang mogok sekolah. Sangat jelas si abah salah. Salah karena sudah menyekolahkan Jefri. Salah karena selalu menuruti keinginan Jefri. Dan yang paling fatal, salah karena selalu berada di pihak Jefri.Rukmini sudah memutuskan sejak dibentak si abah tadi sore bahwa dia yang akan bertugas sebagai dalang. Bukan lagi si abah yang seenak jidat mau menjodohkannya dengan Kardi--mandor di perkebunan karet yang sudah memiliki tiga istri--habis bulan Ramadhan ini.Dia akan bertindak. Harus segera bergerak.Sumber cover: Pinterest…
Jika Sinta bisa memanfaatkan Arga, Alea juga bisa mengambil keuntungan dari Arga.…
Jalan itu menanjak, tak berujungPenuh batu. Kerikil kecil yang telapak kakimu menolak berpijakTerik menyengat sangat di ubun-ubunPeluhmu pun saling mendahului keluar dari pori-pori.Jeritmu tertahanTak nyerah pula terus mengototUjungnya adalah tujuanmuPayah di tengah jalan tak mengapaItu bukan apa-apa.Kau tahu soal usahaKau sadar soal niatKau berani bertindakHingga kau dapat reguk manis pare.***Ini adalah esai pertama saya. Semoga memang berbentuk esai.…
Dia menyangkal bahwa apa yang dia lakukan adalah suatu kesalahan. Selama bisa membuka ikatan yang menyesakkan dadanya, halal baginya untuk dikerjakan. Tidak ada raut meringis kesakitan saat tangan kanannya membentuk tanda pada lengan kirinya. Tidak ada lagi air mata yang turut keluar saat ujung mata pisau kecil menancap pada area baru di lengan kirinya.Hanya ada satu hal yang bisa dia rasakan. Kesenangan.…