Part 02

Haii jangan lupa follow IG kami
@miftahuljannah6_
@al_vinputra777

---

Detik waktu menghantarkan ikhsan pada bangunan yang bernama rumah. Disinilah ia. Perkarangan sederhana tempat ia bermain pada masa kecil dahulu. Tak terasa lengkungan bibirnya pun mulai terukir pada wajah tirusnya yang tampan.

Sejenak ia mempersiapkan diri untuk datang kembali kekeluarganya. Dimasukannya notebook berhias gambar panda yang sedari tadi ia pegang kedalam tas yang ia gendong dipunggungnya.

Rangkaian kata syukur beserta basmallah ia panjatkan. Langkah demi langkah ia ambil secara pasti. Takala ia sampai pada pintu yang menghalanginya ia berhenti sejenak dan mengambil nafas serta menghembuskannya panjang seraya do'a basmallah yang keluar dari mulutnya. Dibenturkannyalah kedua punggung tangan dengan diiringi kalimat salam.

(Tok tok tok...)

"السلام عليكم"

Sahutan suara yang Ikhsan rindupun terdengar menyahut membalas salamnya.

"وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ"
Takala seorang insan datang menghampiri sambil merapihkan jilbab hijaunya yang menjuntai nyaris membuat Ikhsan menerobos masuk ingin memeluk sosok yang ia amat rindukan. Tapi, ia tergesa mengambil kedua telapak tangan wanita paruh baya tersebut sambil mengucapkan salam.

"السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ "
"Bunda, ini Ikhsan. Ikhsan kangen bunda" beritahu Ikhsan seraya meneteskan air matanya yang bening. Digenggamnya tangan wanita itu dengan kuat seolah tak ingin ia lepas.

" وَعَلَيْكُمْ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ'"
"Masya Allah ini beneran kamu nak? Anak Bunda Ikhsan?" Bunda Ikhsan yang kagetpun langsung menyerang Ikhsan dengan berbagai macam pertanyaan.

Tak terasa tetesan air beningpun mengalir indah pada pipi yang berkeriput wanita paruh baya tersebut. Tangannya ia angkat untuk menyentuh pipi tirus anaknya. Diusapnya dengan lembut pipi tersebut. Iksan yang menikmati hal demikian memejamkan matanya ia rasakan sentuhan lembut yang ia rindukan.

Terasa keriput tangan sang bunda. Entah apa saja yang sudah bundanya lalui selama ini. Hingga keriput menghias tubuhnya dimana-mana. Walau seperti itu, tak lantas meninggalkan kesan indah nan anggun seorang wanita muslimah. Kini kedua insan tersebut hanyut dalam euforia suasana harupun tak terelakan.

Ketika dua orang Ibu dan anak tersebut masuk kedalam rumahnya sambil tersenyum bahagia, berubah menjadi suasana mencengkam ketika sang Abi yang sedang membaca koran sambil meminum kopinya melihan Ikhsan lantas saja sang Abi menarik tangan Ikhsan dengan amat kasar.

"KAMU..! MASIH BERANI KAMU YA MENGINJAKKAN KAKI DIRUMAH INI. PERGI KAMU DARI SINI SEKARANG JUGA. PENCURI SEPERTU KAMU ITU SEHARUSNYA DIPOTONG TANGANNYA! BUAT MALU KELUARGA!" marah sang Abi bertubi tubi menyerang pendengaran Ikhsan. Bukan hanya mental Ikhsan kali ini pun fisiknya juga terkena imbas.

PLAK!

Tamparan tangan yang begitu nyaring membuat bekas merah pada pipi tirusnya. Hal tersebut membuat sang Bunda menangis tersendu sendu seraya menahan tangan suaminya yang hendak menyerang Ikhsan lagi.

Ikhsan yang dalam keadaan tak berdayapun sujud seraya memegang kedua kaki Abinya merendahkan diri memohon maaf yang sebesar besarnya. Pertanda penyesalan diri yang teramat dalam.
"Abi tolong maafkan Ikhsan bi. Ikhsan sungguh amat menyesal dengan perbuatan Ikhsan dulu. Ikhsan janji nggak akan ngelakuin hal yang sama untuk yang kedua kalinya. Tolong bi, jangan usir Ikhsan. Iksan juga janji akan nurut perkataan Abi" mohon Ikhsan sambil bersimpuh.

Abi yang tak dapat berkutik lantaran sang istri yang menahan tangannya belum lagi sang anak yang memegang kedua kakinya erat langsung menglepaskan semuanya dengan satu kali hentakkan. Kemudian ia kembali kekamarnya sambil membanting pintunya.

Bunda Ikhsanpun langsung memeluk tubuh anaknya yang ringkih berharap ia mampu memberikan kekuatan kepada anaknya yang nangis tersendu sendu.

*.....................................................*

Sinar bulan tengah merayap diwajah lelaki yang tirus nan tampan. Jangkrikpun tau mau kalah menunjukan eksistensi dengan suaranya. Usai kejadian pilu tadi, kini pemuda itu tengah melamun dalam bilik sederhananya hingga suara sang bunda mengintrupsinya.

(Tok tok tok...)

"Nak, udah tidur belom?"

"Belom bun, masuk aja nggak dikunci kok"
Jawab Ikhsan.

"Anak Bunda kenapa belom tidur? Ini bunda bawakan susu hangat diminum ya"

"Iya Bun makasih"

Ikhsanpun meminum susu yang diberikan bundanya. Hanya dengan satu kali teguk ia menghabiskan setengah gelas susu hangat tersebut. Kemudian gelas yang masih terisi setengah susu itu ia pegang dan sesekali ia mainkan. Ikhsan tahu betul sepertinya ada yang ingin disampaikan bunda terhadap dirinya. Percakapan serius pun terjadi antara orang tua dan anak tersebut.

"Nak, kamu mau ya sekolah lagi seperti dulu"

"Sekolah? Untuk apa bun? Uang dari mana? Lagian mana ada sekolah yang nerima aku lagi karena latarbelakang aku."

"Masalah uang kamu nggak usah khawatir nak, kamu bisa pakai tabungan bunda. Dan bunda juga yakin pasti ada sekolahan yang nerima kamu. Anak bunda kan pintar. Mau ya"

"Tabungan? Bukannya itu untuk umroh bunda ya? Nggak usalah bun. Ikhsan nggak mau nyusahin bunda lagi. Ikhsan mau myari kerja aja bun"

"Nak, kamu itu nggak pernah nyusahin bunda. Bunda bersyukur kamu telah menjadi anak bunda, tidak pernah bunda menyesal punya anak seperti kamu. Bagi bunda kamu itu adalah anugrah terindah yang Allah titipkan kepada Abi dan Bunda. Sekarang dengerin bunda. Haji itu memang wajib. Tapi lebih utama lagi jikalau orang tua untuk mendidik anak-anaknya agar menjadi manusia yang sukses dunya wal akhiroh. Bunda cuma ingin masa depan kamu itu terjamin nak"

"Tapi bun"

"Sekarang gini nak, orang yang memiliki gelar Sarjana aja belum tentu mereka mendapatkan pekerjaan yang layak apa lagi mereka yang tak mengenyam pendidikan perguruan tinggi? Seenggaknya ini bentuk ikhtiar bunda karena bunda sudah gagal mendidik kamu dimasa lalu. Kamu mau ya?"

"Bunda, bunda itu nggak salah kok. yang salah itu aku kurang selektif dalam pergaulan. Iya deh Ikhsan mau kok sekolah lagi tapi, bunda harus janji untuk berhenti nyalahin diri bunda sendiri"

"Oke, Bunda janji. Makasih ya sayang"

"Ikhsan yang harusnya makasih bun. Karena bunda sudah mau menjadi malaikat tak bersayap buat Ikhsan"

Kedua insan itupun berpelukan satu sama lain melebur rasa rindu sekian lamanya tak berjumpa mencoba untuk melepaskan penat batin yang selama ini terbelenggu dalam qolbu saling menebarkan rasa sayang dan syukur atas apa yang sudah dilalui. Tanpa mereka sadar, ada yang mendengar percakapan keduanya dan melihat momen mereka berdua dari daun pintu yang tak tertutup rapat.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top