File : Puteri Duyung #7

Aku mendekati tulang-tulang yang berserakan itu, sebagian warnanya menghijau tertutup oleh lumut.

"Hati-hati, Yod"

Hati-hati untuk apa, pikirku, mana mungkin tulang orang mati mencelakai kita.

Kini benda berserakan itu sudah ada di hadapanku, dan aku memungut salah satu.

"Lihat, ternyata ini bukan tulang." aku mengacungkan benda yang tersorot lampu senterku itu pada yang lain.

Mereka bertiga bergegas mendekati aku, suara langkah kaki mereka yang menabrak air, terdengar berisik memecah kesunyian goa. Nick sampai lebih dulu dan merebut benda yang tadinya dikira tulang itu dari tanganku.

Aku kembali berbalik dan mengamati benda-benda lain yang berserakan di bebatuan.

"Ini pecahan bangkai kapal." kata Nick di belakangku.

"Bagaimana bisa sampai ke dalam goa ini?"

"Mungkin terbawa arus saat pasang dan masuk ke dalam goa."

"Tapi kita tidak menemukan pecahan bangkai kapal apapun dari tadi."

"Ya, ini kayu yang bercat putih, seharusnya sudah banyak yang mengambang jika ini dari luar."

"Atau bisa saja dari sisi yang lain terseret ke sini."

Mereka bertiga beradu pendapat di belakangku, sedangkan aku masih mengamati sekitar tempat aku menemukan benda tadi.

"Atau mungkin seseorang menggunakannya untuk ke sini, lihat itu!" aku menunjuk pada papan kayu panjang di atas bebatuan, tidak terlalu jauh dari tempat kami berdiri, warnanya sama dengan benda yang aku temukan tadi.

"Seseorang telah menaikinya untuk menuju ke sini, pecahan tadi sebelumnya bagian kayu yang mungkin digunakan sebagai dayung dan hancur untuk memukul sesuatu."

"Kau yakin, Yod?"

"Tepat di atasnya juga ada terowongan lagi pada dinding goa, kita harus sedikit memanjat jika ingin masuk ke sana."

Aku mulai berjalan menuju lubang yang cukup besar pada dinding goa, jika dugaanku benar, mungkin seseorang yang menggunakan papan tadi masuk ke sana. Tapi sudah berapa lama dia ke sini? Mungkin dia juga sudah menjadi mayat atau tinggal tulang saja sekarang.

Aku sampai ke tempat di mana papan kayu yang aku maksud tadi. Papan itu seperti bagian dari lambung sebuah kapal kayu, panjangnya sekitar 2 meter tapi lebarnya tidak sampai semeter.

"Aku rasa dugaanmu benar, Yod." Bimo tahu-tahu sudah ada di belakangku, "Aku mengamati sekeliling dan tidak ada lagi benda ini selain di sini."

"Jika benar, pasti belum lama, karena saat bulan penuh biasanya air laut akan pasang dan pasti memenuhi goa ini."

"Ya, dan benda ini akan hanyut entah kemana."

Aku menuju ke lubang pada dinding goa, mulutnya cukup tinggi dari atas bebatuan, melebihi kepalaku, sedikit susah untuk masuk ke sana karena dinding goa cukup licin.

"Bimo, coba kau naik dan masuk ke dalam!"

"Aku? Baiklah..."

Bimo berusaha memanjat dinding dan masuk ke dalam lubang, sepertinya sangat susah. Tangannya berpegangan pada mulut lubang sedangkan kakinya berkali-kali terpeleset pada dinding goa.

"Uugh! Ini susah, Yod."

Aku maju membantu Bimo dengan mendorong pantatnya, dia bisa naik dengan perlahan dan sampai sepenuhnya di mulut lubang yang diameternya kira-kira hanya satu setengah meter itu.

"Kau melihat sesuatu, Bimo?"

"Ini terowongan yang dalam, Yod. Seperti mengarah ke suatu tempat, sangat gelap di sini."

"Kita akan tau setelah kita melewatinya. Nick, Kapten, kita lewat sini."

Tak ada jawaban dari mereka.

Aku menoleh ke tempat mereka, agak jauh dari ku. Mereka berdua berdiri mematung seperti sedang melihat sesuatu. Tangan Albert diarahkan padaku, seakan menyuruhku untuk berhenti atau menunggu, sedangkan sebelah tangannya sudah memegang pistol.

Nick melihat ke arah lain, tangannya tanpa senjata mengangkat keatas seakan bersiap untuk bergulat. Aku memicingkan mata untuk mempertajam penglihatan, samar-samar terlihat makhluk keperakan berenang mondar-mandir di depan Nick, itu duyung.

Ku alihkan pandanganku ke Albert, di depannya muncul kepala wanita dari dalam air, duyung yang lain, mereka mengetahui kami dan sengaja mendatangi.

"Yod, aku melihat banyak duyung, dari sini terlihat jelas." Bimo berbisik padaku, "mungkin lebih dari empat atau lima."

"Bimo, kau tunggu di situ, bantu kami naik ke atas."

"Oke, cepatlah! Sepertinya mereka kelaparan belum sarapan pagi." suara Bimo terdengar sedikit bergetar, memang agak menakutkan kalau begini, di goa gelap kita diserbu oleh makhluk yang suka mencelakai manusia.

"Ayolah, manis... maju satu persatu, jangan main keroyokan!" kalimat Nick seolah menjelaskan bahwa kali ini para duyung datang beramai-ramai.

Para duyung masih pada tempatnya, ada yang berenang pelan. Albert mulai berjalan mundur perlahan ke tempatku, tangannya masih mengacungkan pistol pada 'mereka'.

Byuk! Byur!

Seekor duyung menyambar Albert dengan ekornya, dia jatuh terjengkang. Seekor lagi melompat menyambar Nick, dia jatuh terlentang dengan seekor duyung di atas tubuhnya yang langsung tenggelam.

Aku maju dengan mengacungkan pistolku. Nick bergumul dengan seekor duyung di air yang hanya setinggi lutut. Dia memukul dan membanting makhluk berekor ikan keperakan itu, seperti adegan gulat internasional antara Kane yang bertubuh besar melawan Debra pegulat wanita yang seksi, kejam sekali, tapi ini bukan wanita biasa, melainkan duyung yang bisa mencelakai manusia.

Albert berusaha berdiri dengan menendang-nendang duyung berwajah penuh urat menghitam yang memegangi kaki Albert, dia melepas tasnya dan memukul-mukul duyung dengan sekuat tenaga, sepertinya dia kehilangan pistol saat jatuh tadi.

Aku mengarahkan pistol tanpa berani menarik pelatuk, sangat susah membidik salah satu sasaran yang sedang berdekatan dengan seseorang yang tidak ingin kita lukai, aku takut salah sasaran mengenai Nick atau Albert.

Dan lagi, duyung benar-benar seperti seorang manusia, aku belum pernah membunuh orang, ini membuatku sedikit gugup.

Tiba-tiba muncul duyung lain yang dengan cepat mengarah ke Albert.

Dor! Aaak!

Aku menembaknya, dia berteriak dan berdarah kemudian menghilang berenang menjauh ke kegelapan. Albert berhasil berdiri lalu menendang dengan kencang kepala duyung yang memegangi kakinya tadi.

Dor! Dor!

Aku menembaki ke arah duyung lawan Albert tadi, sepertinya meleset, dia menyelam dan tidak terlihat.

Lalu muncul lagi yang lain, dan lagi. Aku berkali-kali menembaki mereka, tapi sepertinya selalu meleset, mereka menghilang ke kegelapan. Sepertinya bukan bagian vital dari tubuh mereka yang terkena karena aku tak melihat satupun mayat duyung. Mungkin mereka akan mati di suatu tempat dalam pelarian mereka.

Nick masih bergulat, kali ini dia berdiri dan memegang kedua tangan duyung lawannya lalu mengangkatnya tinggi-tinggi, tenaganya benar-benar kuat.

"Lihatlah, kau begitu cantik!" Nick menatap dengan wajah penuh kagum, sedangkan duyung yang wajahnya berhadapan dengannya, menyeringai penuh amarah.

Plak! Buk!

Ekor duyung itu memukul-mukul tubuh Nick yang lalu melemparkan si duyung ke atas bebatuan.

Bruk!

Duyung itu menggelepar, kesakitan, lalu terduduk dengan tangan di depan tubuhnya dan menyeringai. Aku mengarahkan pistol padanya dan kutarik pelatuk.

Klak! Klak!

Sial, peluruku habis. Aku terlalu boros saat menembaki duyung-duyung tadi.

"Kapten, beri aku peluru!"

"Tapi itu ada di sana, Tuan Yodha."

Albert menunjuk, dan aku lihat tasnya tergeletak di bebatuan dekat duyung yang sedang menyeringai tadi.

"Saya menggunakannya untuk memukul duyung tadi dan terlempar kesana. Bekal makanan kita juga ada di tas itu, Tuan."

"Gunakan pistolmu, Nick!"

"Tidak, Junior! Aku tidak ingin membunuh makhluk eksotis yang luar biasa ini."

"Eksotis, kepalamu! Dia ingin membunuh kita, Nick!" aku spontan berkata kurang ajar seperti ini agar Nick mau menghabisi mereka, meski sebenarnya aku paham perasaannya.

Nick mencabut pistol dari ikat pinggangnya, tapi bukannya diarahkan ke duyung dia malah berbalik melihat padaku dan Albert, menatap tajam. Apa yang akan dia lakukan? Dan aku baru sadar, dia sudah tidak memakai penutup telinganya lagi!

***

Aku anak setan, tubuhku bau menyan
Karena ibuku ratu siluman
Semasa aku bayi, dikasih air aki
Makanan bergigi, dan reboisasi...

Ketemu lagi sama Yodha cs setelah libur sepekan, author lagi mager, kebetulan dapet kiriman menyan dengan pesan lagu absurd tadi, jadi bisa update.

Semoga ga ilang keabsurdannya...
Cintai duyungmu tiap hari!
Owyeah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top