Surat Terima Kasih

Kepada Yang Tersayang,

Diriku di Akhir Tahun 2024


Apa kabarmu?

Sepertinya kau sudah berjuang cukup keras, terutama dalam ekonomi, menulis, dan seperti biasa: mengendalikan diri.

Akhir 2023 lalu, kau masih berdarah-darah, tahun ini juga masih sih, hanya kurasa sedikit lebih mendingan dibanding tahun lalu.

Awal tahun 2024, kamu berkenalan dengan sebuah platform menulis bernama Opinia, dalam kondisi pikiran yang kalang kabut memikirkan kelahiran anak pertama yang kau tunggu hampir 4 tahun lamanya.

Saat itu kau gelisah, khususnya dalam hal biaya melahirkan dan lain-lain. Kau sempat menginginkan anak perempuan karena lebih murah pengeluarannya, tapi Tuhan dengan kuasanya, alhamdulillah memberikanmu amanah seorang anak laki-laki.

Kau selalu percaya rezeki anak akan selalu ada dan itu terbukti, anakmu sudah menyelesaikan aqiqah bahkan sudah disunat di usia sebelum empat bulan. Rezeki anakmu, semoga mengalir deras selalu.

Kau beranjak mengadu nasib di Opinia, dari yang tidak tahu apa-apa, menjadi salah satu Mitra Opinia. Jujur saja, kau pasti ragu akan kemampuanmu, tapi kurasa itu langkah yang baik untuk berkarir di dunia kepenulisan. Karir yang kau idam-idamkan dari dulu, bukan?

Aku bangga padamu, kita masuk tahun 2024 sebetulnya tanpa resolusi apa pun, memuakkan rasanya membuat resolusi tapi hanya bualan semata. Namun, setelah bergabung di Opinia, perlahan kau membuat resolusi sendiri yaitu menuntaskan seribu puisi dan belum genap setengah tahun, kamu berhasil melakukannya. Aku bangga padamu.

Kamu mulai kembali menggambar setelah beberapa bulan vakum, ya memikirkan kelahiran anak dan mencari uang memang memakan waktu. Kau mencoba memadukan gambar dan tulisan dan itu sempurna, hebat.

Bahkan kau belum puas dengan itu, beberapa kali kamu masih sempat menjadi juri untuk beberapa event. Kamu membuat postingan lebih dari dua ribu. Ah, hingga semua itu membuatmu kewalahan di akhir tahun, sekitar Oktober kemarin.

November kamu memutuskan untuk istirahat dan ya kau pantas mendapatkannya, kau menggunakan momen itu untuk latihan fisik. Hebat.

Desember ini kamu mulai kembali menulis, tidak banyak, hanya sebuah kumpulan puisi yang akan kamu posting di Opinia. Jumlah puisinya, biarkan waktu yang menjawab, kau pun belum tahu targetnya mau berapa puisi, 'kan?

Kembali ke anak laki-lakimu, perkembangannya luar biasa, dari yang selalu digendong, sekarang maunya jalan kaki terus padahal umur segitu belum saatnya jalan kaki. Ya, meski agak pegal memegangnya setiap berdiri. Namun, itulah tantangan menjadi orang tua. Semoga kau menjadi orang tua yang baik.

Ya, pencapaianmu dengan orang lain memang tidak bisa dibandingkan, janganlah ya, enggak boleh begitu lagi. Fokus pada dirimu sendiri, enggak usahlah fokus pada para pembenci. Hal itu hanya akan membuatmu lelah, muak, pikiran tidak fokus, dan ya penyakit-penyakit lainnya.

Harapanku untukmu di tahun depan hanya satu, tetaplah hidup. Jika kamu hidup, kamu bisa bermimpi, jika kamu punya mimpi, kamu bisa mewujudkannya, ketika kamu mewujudkannya, kamu bisa bahagia. Satu lagi, kurangi gula!

Pada bagian akhir ini, aku hanya ingin mendoakanmu. Aku berdoa, semoga kamu selalu dilimpahkan rezeki yang cukup, semoga kamu tidak mudah tinggi hati, semoga kamu selalu ingin berjuang keras, semoga kamu menjadi ayah yang hebat, semoga kebutuhan-kebutuhanmu sekeluarga terpenuhi, semoga makin taat beribadah, semoga langgeng sampai maut memisahkan dengan istrimu tentunya, dan semoga-semoga lain yang kau harapkan.

Sampai jumpa di surat-surat berikutnya, Diriku. Aku mencintaimu.


Best Regards,

Achmad Aditya Avery (aditya_avery)

Orang memanggilku, Kucing Liar.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top