Day 7 : Soulmate (GiyuuShino)

Daylight Daybook

Kimetsu no Yaiba © Gotouge Koyoharu

Fiksi ini ditulis oleh Peonyautumn dengan mengambil prompt "Soulmate"

Words count: 834

Warning : Giyuushino! AU!Red String.

No commercial profit taken.

.

Arunika menyapa lembut dari balik celah ranting pohon. Shinobu menutup kembali pintu rumah kaca—tempat untuk menanam tanaman obat. Shinobu percaya bahwa setiap manusia tak ditakdirkan untuk sendiri. Jiwa mereka bagaikan fragmen tak utuh yang akan mencari fragmen lain untuk saling melengkapi.

Ada berbagai hal indah yang tak akan Shinobu biarkan terlewat. Pertama, saat matahari terbit dan tenggelam. Kedua, saat tanamannya tumbuh dan mekar dengan baik. Ketiga, saat seutas benang merah terhubung pada dua jari yang berbeda. Ketika pandangannya jatuh pada sepasang remaja yang sedang bercengkrama di depan sana. Ada benang tipis yang menghubungkan keduanya. Seulas senyum refleks mengembang di bibir Shinobu. Ia merasa senang atas kelebihan istimewa yang dianugerahkan kepadanya.

Entah sejak kapan mulanya, Shinobu tak ingat. Namun, seiring dirinya beranjak dewasa, kemampuan itu semakin jelas terasa. Menurut legenda yang diyakini setiap orang, Dewa mengaitkan benang merah pada setiap jari kekasih sejati agar mereka dapat bertemu dan saling jatuh cinta.

Shinobu memahami jika dunia ini tersusun dari banyak hal yang tak dapat dicerna oleh logika. Termasuk saat matanya menangkap seutas benang penghubung takdir manusia dengan belahan jiwanya. Sayangnya hal itu hanya berlaku untuk orang lain, karena setiap Shinobu melihat jari tangannya, tak ada apa pun yang terikat di sana.

Meskipun tak menunjukkan secara terang-terangan. Jujur saja, terkadang Shinobu berpikir kapan kiranya garis waktu akan berbaik hati mempertemukannya dengan sang pelengkap jiwa. Kapan pun itu, tak perlu di momen yang istimewa. Asalkan di waktu yang tepat.

xxx

"Masih belum ada perubahan ya?" tanya Sabito bersimpati.

Giyuu mengangguk lemah. "Mungkin lebih parah.”

"Serius?" Sabito terbelalak. Ia pun menunjuk ke arah dedaunan. "Coba kau lihat itu.”

Giyuu menghela napas, walaupun begitu ia tetap mengikuti instruksi Sabito. "Abu-abu.”

Sabito melongo di tempat. Ia tentu paham maksud dari ucapan Giyuu–sangat mengerti malah. Namun, bagaimana bisa sampai parah begini? Jelas-jelas daun itu berwarna hijau, tetapi di penglihatan Giyuu hanya ada warna hitam, putih dan abu-abu.

Masih terbayang dalam memori Sabito. Awal mula Giyuu kehilangan kemampuan dalam melihat warna di sekitarnya. Itu adalah suatu pagi saat mereka hendak berangkat kuliah bersama. Giyuu bertanya kepadanya mengapa ia memakai lensa kontak. Sungguh sangat mengejutkan sekaligus mengherankan. Sabito mengira Giyuu hanya kurang tidur dan kelelahan hingga penglihatannya sedikit bermasalah. Padahal ia tak pernah mengenakan lensa kontak, lagipula tak ada gunanya bagi Sabito.

Kemudian secara perlahan penglihatan Giyuu semakin memburuk. Dari yang tak dapat melihat warna mata seseorang, merambat sampai pada warna yang lain dan kali ini daun-daun tampak kelabu. Giyuu sudah mencoba konsultasi, berobat hingga terapi. Namun lagi-lagi, dokter mengatakan jika mata Giyuu normal dan tak mengalami satu pun masalah. Penyebabnya di luar nalar. Semuanya terjadi secara tiba-tiba tanpa adanya faktor pemicu.

"Langit?" Sabito bertanya lagi, ia harap Giyuu dapat melihat dengan baik.

Giyuu menengadah. "Biru, tapi sebagian berwarna putih," balasnya dengan jujur.

"Yang putih itu awan, langitnya tetap biru," jelas Sabito. Ia memang tak mengerti tentang gangguan pada mata. Mungkin masih ada cara lain yang bisa Sabito lakukan untuk membantu Giyuu. Sabito tak tega melihat Giyuu yang seperti sudah kehilangan harapan untuk dapat melihat kembali keindahan dunia.

xxx

Giyuu mengamati berbagai macam aksesoris rambut dalam etalase kaca. Tujuannya ke sini ingin membeli hadiah untuk kakaknya. Namun, sejak sekian menit lalu. Posisinya tak kunjung berpindah barang sesenti. Giyuu baru menyadari bahwa keputusannya untuk masuk ke toko ini telah keliru.

Kesalahan yang pertama, main asal masuk padahal ia tak tahu apa yang cocok untuk sang kakak. Kesalahan yang kedua, sudah tahu tak dapat membedakan warna dengan benar, tetapi dirinya malah bersikap santai seolah tak ada masalah. Giyuu berusaha fokus, ditelisik lagi jajaran aksesoris. Abaikan tentang warna, yang terpenting desainnya bagus dan sesuai. Perihal warna bisa ditanyakan nanti. Kemudian pilihannya jatuh pada sekotak pita cantik berhiaskan manik mutiara.

"Bagaimana? Apa sudah menemukan pilihan?" tanya seorang gadis pemilik toko.

"Ini," ucap seseorang yang berada tepat di samping Giyuu.

Giyuu spontan menoleh, seketika matanya bertubrukan dengan mata violet seorang gadis. Giyuu sangat yakin jika dirinya tak dapat melihat warna selain monokrom dan kelabu. Lantas yang barusan ini apa? Matanya menangkap pancaran lembut sepasang iris violet. Apakah keajaiban mulai bekerja? Atau kutukan aneh ini berangsur lenyap? Jika benar Giyuu akan sangat bersyukur.

Gadis itu tersenyum ramah. "Maaf, silakan ambil saja. Saya bisa memilih yang lain."

"Toko kami mempunyai banyak persediaan untuk model ini. Akan saya ambilkan, sebentar," tanggap pelayan tersebut.

Giyuu mengerjapkan mata, memastikan lagi bahwa yang tertangkap oleh matanya memang nyata. Ia memandang lekat mata gadis itu. Bagaikan terkena mantra sihir, satu persatu objek di sekitarnya mulai berubah warna. Tak lagi hitam putih seperti kertas koran.

Berbeda dengan Giyuu yang tampak terkesima karena perubahan di sekelilingnya. Sementara Shinobu merasa bingung, kenapa pemuda ini terus menatapnya seperti ada yang salah pada ucapannya detik lalu. Shinobu memalingkan wajah ke arah cermin besar yang terpasang di dinding. Ia tampak terkesiap kala matanya melihat seutas benang merah yang mengikat jarinya dan terhubung dengan jari pemuda itu.

Agaknya selama ini Shinobu salah menduga. Bukan kemampuannya yang tak berfungsi. Ia hanya belum menemukan pelengkap jiwanya. Sekarang Shinobu semakin yakin bahwa manusia tak diciptakan untuk sendiri.

FIN!

A/N: Hallo, Peony comeback~! Sebelumnya saya ingin berterima kasih kepada teman-teman yang beberapa waktu lalu saya tanyakan tentang konsep soulmate. Jujur, konsep ini terlalu luas dan membuat ide berputar-putar untuk eksekusinya.

Saya mengambil salah satu prompt AU!Soulmate dari teman saya. Begini isinya, "Anda melihat semua warna sama, kecuali warna mata belahan jiwa Anda. Sampai Anda bertemu dengannya."

Oke, cukup sekian. Selamat membaca, semoga fic ini masih nyambung sama prompt.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top