Day 3 : Time Skip (TanKana)

Tahun terus bertambah, seiring musim yang terus bergulir. Malam ini kelopak bunga es terakhir melebur bersama tetesan air mata di pipi. Angin berhembus, mengantarkan aroma bunga plum yang baru mekar dan membelai lembut setiap untaian doa yang digantungkan dalam ema. Kupejamkan mata, membiarkan malam menelan sosokku yang berdiri di depan kuil, dan mulai membisikkan sebuah nyanyian sambil menggenggam erat anting bermotif hanafuda.

“Dewa kumohon, izinkan aku untuk mengubah takdir.”

.

Daylight Daybook

Kimetsu no Yaiba © Gotouge Koyoharu

Fiksi ini ditulis oleh 2U3ShiRo dengan mengambil prompt "Time Skip"

Words count : 721

Warning : TanKana! AU!Tsukumogami! Kanao

No commercial profit taken.
.

Kuhabiskan hidupku sebagai pedang yang mengabdi pada pemilik yang berbeda setiap dekade, menyaksikan ratusan nyawa yang siap melayang menuju dunia lain sambil melantunkan simfoni kematian. Manusia begitu rapuh, mudah berguguran, dan mekar menjadi kuncup baru seperti bunga plum, karena itu aku tidak peduli bila harus kehilangan tuan.

Lalu aku bertemu dengan Kamado Tanjirou, remaja laki-laki beranting hanafuda dengan iris merah keunguan dan senyuman seindah matahari terbit. Detik itu untuk pertama kalinya, kurasakan hangat menjalar dalam jiwaku. Tidak peduli berapa tahun terus berlalu, kami terus bertarung bersama. Dan tiba-tiba saja, sosoknya menghilang bersamaan dengan dimulainya era baru.

Mendadak medan pertempuran yang penuh mayat beraroma amis terasa kosong. Kurasa seperti inilah yang dirasakan oleh keluarga para korbanku yang ditinggalkan. Kehilangan seseorang yang tidak tergantikan menimbulkan kekosongan raksasa dalam diri dan membuat mereka dan aku gila perlahan-lahan karena tak mampu melindungi tuan yang kucintai. Langit sewarna darah meraung dan kurasakan air mata mengalir di pipiku yang kini mendapat wujud manusia.

***

Aku terus melayang di antara aliran waktu, menyelami setiap keping memori antara aku dengan Tanjirou. Kalau sejak awal aku tidak pernah bertemu Tanjirou, dia tidak akan mati. Karena itu aku kembali ke masa lalu demi memutus benang merah yang mengikat takdir antara aku dengannya. Aku sadar kalau ini benar-benar gila. Tidak peduli apapun yang terjadi aku akan mengubah masa lalu, meski itu artinya harus mengorbankan kesempatan untuk berbagi takdir dengannya.

Aku hanya ingin Tanjirou tetap hidup.

Waktu kembali ke masa sebelum aku bertemu Tanjirou dan sosok lamaku masih tersimpan di depan kuil. Tanganku terus terjulur, meraih wujud pedang di hadapanku. Dengan menghancurkan sosok pedangku, Tanjirou tidak akan menjadi tuanku dan dia bisa terus hidup. Kueratkan genggamanku dan perlahan terlihat retakan pada permukaan pedang, bersamaan dengan retakan pada tubuhku. Sedikit lagi…. tinggal sedikit lagi Tanjirou akan…

“Kanao.”

Tercium lembut aroma kelopak sakura menerpa pipiku saat berbalik. Memori baru terputar dan kutemukan sosok Tanjirou yang duduk di tangga kuil, tersenyum manis dengan ‘aku yang lain’ dalam genggamannya.

“Mulai hari ini namamu adalah Kanao. Ditulis dengan huruf ‘bunga’ dan ‘tarian’, dibaca ‘Kanao’. Bilahmu seindah kuncup sakura, aku selalu merasa diselimuti berkah musim semi saat menggunakanmu dalam pertempuran. Seperti menari bersama kelopak bunga.”

Kanao, tarian kelopak bunga. Nama yang terlalu indah untuk pedang sepertiku. Melalui tangannya yang membelai permukaan, lembut perasaan Tanjirou mengalir. Begitu indah dan kuat, seolah berteriak dengan lantang dalam diriku.

“Aku begitu mencintaimu.”

“Dengan memberi nama pada benda, maka jiwanya akan hidup dan berbagi takdir bersama pemiliknya. Mulai sekarang, aku ingin berbagi takdir dengan Kanao, jadi mari berjuang!” kata Tanjirou dengan nada riang. 

Ah, hangat sekali. Pedang dalam genggamanku terlepas begitu saja, bersamaan dengan kegilaan yang menggerogotiku sebelumnya. Kurasakan hangat perasaan Tanjirou memelukku erat dan meneteskan air mata. Aku menghabiskan sisa waktuku dengan melihat setiap untaian memoriku bersama Tanjirou lalu tanpa sadar, aku kembali pada hari saat dia memutuskan untuk menyeberang ke dunia lain.

Aku tersenyum lemah. Kuhampiri sosoknya yang terbaring di antara lautan darah dan memeluknya erat. Tubuhku perlahan berubah menjadi cahaya keemasan dan menghilang dilebur air hujan.

“Selamat tinggal.”

***

Rasanya seperti mimpi singkat. Aku kembali ke masa lalu demi memutus benang merahku dengan Tanjirou lalu menghilang. Tapi aku terbangun di depan kuil dengan wujud manusia. Sepertinya memang cuma mimpi.

“Sudah bangun?”

Aku hampir menjerit, tapi suaraku tercekat di tenggorokan. Ada anak kecil yang menatapku. Iris merah keunguan berkelip lembut memantulkan sosokku dan sepasang anting hanafuda berayun di telinganya.

“Tanjirou…?”

Dia menggeleng. “Bukan Tanjirou, tapi Yajirou. Namaku Kamado Yajirou. Kakek bilang kakak adalah tsukumogami yang diwariskan leluhur untukku.” Dia mengulurkan tangan dan tersenyum lebar. “Nama kakak siapa?”

“Kanao,” gumamku sambil menerima uluran tangannya. “Ditulis dengan huruf ‘bunga’ dan ‘tarian’, dibaca ‘Kanao’.”

“Kanao, ya?” ulangnya. “Kedengarannya seperti menari bersama kelopak bunga, cantik sekali. Mulai sekarang, aku ingin berbagi takdir dengan Kanao, jadi mohon bantuannya!”

Persis seperti yang pernah dikatakan Tanjirou dulu. Aku bisa melihat jiwa Tanjirou dalam dirinya, jadi kuputuskan untuk tersenyum dan mengangguk.

“Mohon bantuannya, Yajirou.”

FIN!

A/N: 2U3ShiRo (Niumi ShiRo) mulai lelah dengan panggilan “Shiro” & berharap orang-orang berhenti melafalkan nama penanya dengan “two-you-me”. Mengambil tema “time-skip” tapi sesungguhnya hanya paham kalo kecoa punya mode pesawat yang bisa melintasi waktu. Niumi tidak suka kecoa.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top