Day 2 : Movie (GiyuuShino)

Daylight Daybook

Kimetsu no Yaiba © Gotouge Koyoharu

Fiksi ini ditulis oleh Haruchiko1946 dengan mengambil prompt "Movie"

Words count : 799

Warning : Giyuushino! AU!MarriageLife.

No commercial profit taken.

.

Uap panas yang mengepul menggelitik penciuman berasal dari sebuah teh herbal dalam genggaman. Semilir angin bertiup lembut membawa dersik dedaunan di atas dahan. Alunan merdu sebuah piringan hitam semakin membuai dalam melodi ketenangan. Namun, binar mentari sedang meredup di balik selimut awan nimbostratus di atas horizon tanpa guratan. Menghunus rasa kantuk dalam diri semakin memucak.

Entah sudah sejak kapan Shinobu bertindak seperti wanita tua yang sangat mengagumi keindahan alam. Tenggelam dalam lautan kekhawatiran, sejak mata violetnya kehilangan atensi dari pria itu yang kini tak tahu ada di mana. Embusan napas setia mewarnai diri yang kini dilingkupi kebosanan karena terus melakukan aktivitas yang sama selama beberapa bulan.

Tumpukan buku dan jurnal dalam perpustakaan sudah habis dilahap ilmunya. Resep dalam laci dapur sudah ia praktekan. Ponsel yang menyimpan banyak hiburan pun kini sudah kehilangan daya. Shinobu tak tahu harus berbuat apa saat ini. Rumah yang sejak pagi ia bersihkan, semakin memicu helaan napas kesekian kali.

Kini teko kosong di atas meja tak luput dari eksistensi mata violetnya. Seandainya saja Giyuu diberkati hari cuti yang panjang seperti dirinya. Barangkali kebosanan tidak akan menyelimuti Shinobu sampai ke titik ini.

"Hmmm, membosankan sekali." Shinobu bermonolog seraya meregangkan tubuhnya yang sejak tadi hanya terduduk diam memandang sekitar.

Sepertinya sang Dewi sedang menjawab seluruh keluh kesahnya. Tak lama suara bariton terdengar dari depan rumah disusul suara klik bunyi pintu tertutup. Sosok pria tinggi dengan mata teduh berwarna biru laut datang menghampirinya, memberinya kecupan halus di kening.

"Tadaima."

"Okaerinasai, Giyuu. Bagaimana hari ini, lancar?" Shinobu memulai topik. Tangannya mengambil alih tas kulit yang sejak tadi ditenteng dengan senyuman tipis di wajah.

"Lancar seperti biasanya." Giyuu menyerahkan sebuah paperbag. "Aku membawakan sesuatu, kau pasti akan suka. Ayo kita tonton sama-sama," ajak Giyuu.

Entah apa yang terjadi hari ini, tapi ini pertama kalinya, seorang Tomioka Giyuu begitu bersemangat selain saat menyantap salmon daikon favoritnya.

"Baiklah, kau mandi saja dulu. Aku akan siapkan camilan dan minumannya."

Giyuu mengangguk penuh semangat, ia mengusap lembut rambut hitam yang tergerai itu lalu langsung naik ke atas. Shinobu menggeleng sesaat, memperhatikan tingkah Giyuu yang tampak seperti anak kecil. Senyuman tak kunjung pudar dari wajah Shinobu.

Aroma manis dari macaron warna-warni yang baru di panggang merebak memanjakan penciuman. Dua gelas kaca bersama teko yang terisi penuh dengan susu hangat, sudah Shinobu letakan di atas nampan baja tanpa ukiran. Semua itu akan Shinobu bawa ke ruang tengah, tempatnya untuk menghabiskan waktu di tengah guyuran hujan yang sudah terdengar menghantam bentala.

"Giyuu, aku tidak menemukan popcorn, jadi aku membuat macaron untuk camilan. Bagaimana? Apa kau suka?" tanya Shinobu memecah keheningan.

"Tentu saja, apa pun yang kau buat, itu akan jadi makanan favoritku." Giyuu membalas tanpa memandang lawan bicaranya. Ia mengusap permukaan kaset dengan kain putih lalu memasangnya ke VCD player.

Shinobu berdeham pelan. Ada rasa hangat yang mulai menjalar dari pipi sampai ke telinga. Di atas meja tak hanya terdapat beberapa kotak kaset putih tanpa gambar maupun tulisan sebagai sumber informasi. Namun, ada sebuah kertas merah muda yang tertempel bersama goresan tinta hitam di sana.

"Obat penghilang tsundere."
- Sabito yang tampan.

Shinobu tahu apa maksud kertas itu. Ia pun segera meraih kertas tersebut, melipatnya menjadi beberapa bagian kecil lalu membuangnya jauh entah ke mana. Giyuu sudah duduk di sisinya tanpa mengetahui apa pun. Shinobu menjadikan sebelah lengan pria itu sebagai bantal dan film pun dimulai.

Pada putaran pertama tidak ada sesuatu yang janggal dari film itu. Hanya beberapa adegan mengagetkan seperti biasa. Sampai di salah satu adegan, petir mendadak menyambar kencang membuat mereka saling berpelukan hingga tanpa sengaja membenturkan kepala satu sama lain.

"Aaaa!" Shinobu mengaduh seraya menggosok-gosok puncak kepala, begitu juga dengan Giyuu. Pria itu melafalkan kata maaf sembari menggenggam tangannya. Giyuu mengusap bekas benturan itu secara perlahan lalu mengecupnya.

Shinobu termangu, tak dapat bersuara. Tindakan tiba tiba itu, bagaikan satu kata berjuta arti.

"Apa?" Giyuu berujar polos dengan senyuman teduh menghangatkan hati. Entah bagaimana caranya, Giyuu menjadi seorang cenayang dadakan.

"Apa itu tadi?"

"Biar sakitnya hilang, dulu kakakku begitu dan membacakan mantra begi-" ucapan Giyuu hanya menggantung di udara, saat tangan kecil itu membekap mulutnya dengan wajah memerah yang semakin tersembunyi di balik helaian rambut.

"Aku paham, sakitnya sudah hilang kok," ujar Shinobu mengangkat kepalanya sekali lagi untuk memandang binar kebiruan itu.

"Syukurlah kalau begitu."

Giyuu menggenggam erat tangan wanita itu, seakan tak ingin wanita itu pergi satu sentimeter pun. Giyuu tak rela. Shinobu sudah menjadi napas hidupnya setiap hari. Bagaikan sel tubuh yang erat bersatu dalam diri yang begitu berarti dalam untuknya.

Film itu sudah berjalan selama satu jam. Namun, Giyuu tidak begitu memperhatikan jalan ceritanya. Ia pun tidak mengerti mengapa Sabito memberikan tumpukan kaset ini.

Pada saat adegan tokoh perempuan berlari menyusuri hutan. Shinobu dengan cepat menutup mata Giyu. Semuanya berubah menjadi gelap bersama dengan layar TV yang dimatikan begitu saja.

"Ini sudah malam. Sebaiknya kita tidur, Giyuu," bisiknya lembut.

FIN!

A/N: Heya, salam dari Haruko di sini. Terima kasih sudah membaca cerita ini sampai ending, Haruko harap kalian menikmati dan terhibur, yaaa. Maaf bila banyak miss-typing yang mungkin pembaca temukan, ehehehh.

Sekali lagi terima kasih untuk pembaca dan penulis yang sudah berpartisipasi dalam event sweet ini.

Salam, Haruko.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top