Day 17 : Piercing (TanKana)

Tanjirou cuma bertopang dagu di meja kantin. Semangkuk katsudon yang terlihat menggiurkan di hadapannya sama sekali tidak dimakan, hanya ditusuk-tusuk dengan sumpit. Di sampingnya, Zenitsu mengisap es jeruk menggunakan sedotan dengan penuh nafsu, menimbulkan suara ribut di kantin. Ingin sekali Tanjirou pindah ke meja lain karena ulah norak Zenitsu tersebut, namun ada sesuatu yang sangat ingin dia tanyakan pada Si Kuning.

“Zen.” Tanjirou meletakkan sumpitnya di atas mangkuk, lalu melanjutkan, “Ada yang ingin kutanyakan.”

“Apaan? Nggak usah basa-basi, langsung aja.”

“Kira-kira menurutmu, hadiah seperti apa yang cocok diberikan untuk perempuan?”

“Ya ampun, gitu aja kok repot.  Nezuko-chan pasti bakal dengan senang hati menerima semua pemberian kakaknya,” jawab Zenitsu sambil menyuapkan tempura udang ke mulut.

“Oh, ini bukan untuk Nezuko, tapi Kanao.”

Selanjutnya sepotong tempura udang melesat dan menghantam wajah Tanjirou.

Daylight Daybook

Kimetsu no Yaiba © Gotouge Koyoharu

Fiksi ini ditulis oleh 2U3ShiRo dengan mengambil prompt "Piercing"

Word count : 921

Warning : TanKana! AU! Highschooler! garing, OOC, dll.

No commercial profit taken.
.

“Kamu berutang penjelasan padaku,” kata Zenitsu. Sekarang mereka duduk di taman sekolah sambil memberi makan ikan koi. “Bisa-bisanya kamu melangkahi sahabatmu ini dengan punya pacar duluan.”

“Sebenarnya aku sudah lama mau kasih tahu, tapi waktunya nggak pernah pas,” aku Tanjirou sambil melemparkan remahan roti ke kolam.

Zenitsu menghela napas kasar. “Yasudah deh, simpan ceritamu untuk nanti. Sudah punya rencana bakal ngasih apa?”

Tanjirou cuma nyengir bego, jadi Zenitsu anggap jawabannya “tidak”.

“Bagaimana kalau buket bunga? Gadis-gadis biasanya senang diberi bunga,” usul Zenitsu. “Aku tahu toko bunga yang punya bunga bagus.”

“Hah? Bunga? Kau kira cewek itu kuburan sampai dikasih bunga?!”
Inosuke yang tiba-tiba muncul dari semak-semak sukses membuat dua orang tadi kaget, sampai Zenitsu tercebur ke kolam.

“Santai aja dong, munculnya!” gerutu Zenitsu sambil bangkit dari kolam. “Terus apaan ‘kuburan’?”

“Nenekku bilang, kalau yang dikasih bunga itu orang mati dan kuburan,” jawab Inosuke datar. “Masa cewek disamakan dengan kuburan?”

“Terus mau dikasih apa?” tanya Zenitsu semakin sewot.

“Kasih makanan, saja! Semua orang suka dikasih makanan dan kebetulan aku kepengen makan cokelat. Gimana kalau cokelat saja, Gonpachirou?”

“Tanjirou,” koreksi Tanjirou.

“Itu sih kamu yang mau, bego! Lagian nggak semua cewek suka cokelat, tahu!” omel Zenitsu.

Inosuke bengong sebentar, lalu meledak, “ORANG GILA MANA YANG GAK SUKA COKELAT?!”

Tanjirou cuma melongo menyaksikan dua temannya berdebat sambil meneriakkan “bunga” dan “cokelat”.

“Kalian berisik sekali.”

Uzui Tengen, guru musik gaul SMA Kimetsu—yang sering ditemui jalan dengan tante-tante—menghampiri ketiga siswanya yang merupakan sumber kericuhan di taman siang ini. “Bunga dan cokelat? Kalau saya jadi ceweknya, saya tolak kalian.”

“Tapi sensei kan laki-laki,” komentar Inosuke. “Homo, ya?”

Uzui went berserk. Kepala Inosuke benjol. Sekian.

“Terus saya harus kasih apa, sensei?” tanya Tanjirou semakin bingung.

“Cara tercepat untuk mengetahui sesuatu adalah dengan mencari tahu langsung,” kata Uzui. “Kalian ikut saya.”

“Uzui-sensei, boleh saya bertanya?”

“Silahkan, Agatsuma.”

“Ide sensei untuk memata-matai Kanao-chan memang bagus tapi, KENAPA HARUS PAKE WIG AFRO BEGINI?!”

“Wig avro itu kamuflase yang bisa membuat kalian menyatu dengan semak-semak,” jawab Uzui. Merasa bangga karena idenya jenius.

Bodo amatlah,” batin Zenitsu.

Di depan, Kanao dan Aoi berjalan berdampingan sambil mengobrol sementara para laki-laki mengendap-endap dari belakang, berusaha keras agar tidak ketahuan. Dua gadis tadi berhenti sebentar lalu mampir ke sebuah toko bunga dan membeli sebuket kamelia jambon.

“Kanao-chan mampir ke toko bunga, sudah kubilang kalau gadis-gadis suka bunga, kan? Belikan saja bunga,” celetuk Zenitsu.

“Ngaco, dia pasti beli buat ziarah kubur,” cibir Inosuke.

“Ha? Nggak mungkin, lah!”

“Kalian berisik! Kanao dan Aoi sudah bergerak lagi, ayo ikuti,” kata Tanjirou.

Setelah itu, Kanao dan Aoi mampir lagi ke salah satu café yang sedang mempromosikan kue cokelat spesial. Para laki-laki bersembunyi di balik pohon sambil mengintip dari jendela. Terlihat Kanao sedang menyuapkan kue cokelat ke mulutnya dengan ekspresi bahagia.

“Tuh, kan! Dia suka cokelat, belikan cokelat saja!” seru Inosuke.

“Dia kan sudah makan kue cokelat, ngapain dikasih cokelat lagi,” gerutu Zenitsu.

Zenitsu dan Inosuke kembali bertengkar, sementara sosok guru mereka sudah menghilang bersama perempuan yang ditemui di jalan. Tanjirou menyerah. Teman-temannya ini benar-benar tidak bisa diharapkan, jadi Tanjirou memutuskan untuk melakukannya sendiri. Dia mengendap-endap menuju jendela dekat meja Kanao dan Aoi lalu mencoba untuk menguping percakapan.

“Sebenarnya, hari ini adalah peringatan hari jadianku dengan Tanjirou.” Terdengar suara cangkir yang bersentuhan dengan piring setelah Kanao berbicara. “Aku akan sangat senang kalau dia memberiku hadiah anting hanafuda seperti yang dia pakai, tapi kalau bukan juga tidak apa-apa. Aku suka apapun yang dia berikan.”

“Bilang saja kalau kamu mau antingnya, dia pasti mau membelikannya untukmu,” Aoi menjawab.

“Selama ini dia sudah sangat baik padaku, rasanya tidak sopan bagiku untuk meminta hal seperti itu padanya.”

Tanjirou tertegun. Zenitsu dan Inosuke yang sudah berhenti bertengkar melempar pandangan heran pada Tanjirou yang berlari meninggalkan mereka.

“Oi Monjiro, mau kemana?” tanya Inosuke.

“Dia Tanjirou, bego!” koreksi Zenitsu.

“Aku sudah tahu apa yang harus kulakukan!”

***

“Kanao!”

Kanao terkejut melihat sosok Tanjirou yang berdiri di depan pintu café dengan napas terengah-engah dan wajah penuh keringat. Ditambah wig afro yang belum lepas dari kepala. Diam-diam, Aoi melipir menjauh sebelum terjadi adegan roman picisan.

“Um, Tanjirou… itu… afro…”

Tanjirou menggeleng lalu menyerahkan paperbag mini bermotif bunga gardenia putih. “Selamat hari jadian. Buka sekarang saja.”

Dengan patuh Kanao merogoh isi paperbagnya dan hampir menjerit begitu menemukan sepasang anting hanafuda, persis seperti milik Tanjirou. Dia menatap Tanjirou, menggenggam tangannya lalu menunduk. “Terima kasih…Tanjirou, aku…”

Tanjirou cuma tertawa kecil sambil menepuk-nepuk kepala Kanao. “Sama-sama.”

“Ah, ini hadiah dariku. Maaf kalau kamu tidak suka.” Kanao menyerahkan buket yang tadi dibeli. “Duduklah, aku akan mentraktirmu. Kue cokelat di sini sangat enak, lho!”

Omake :

Dari luar, Zenitsu dan Inosuke sibuk menonton dua sejoli yang sedang menikmati kue cokelat bersama sambil sesekali tertawa bersama, tanpa memedulikan wig afro Tanjiro yang mengundang perhatian banyak orang.

“Dia itu bodoh, ya?” -Inosuke

“Nggak tahu, ah! Bukan kenalanku.” -Zenitsu

FIN!

A/N: Terima kasih kepada lagu India nista yang bikin otak Niumi penuh dengan Uzui bertampang Shah Rukh Khan KW, semoga kalian menikmati tulisan ini.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top