-PLANNER-

CHAPTER 19

-PLANNER-

DAMN HEART

Discalimer

Masashi Kishimoto

Story By

Lavendark

[Hinata Hyuuga, Sasuke Uchiha]

Genre

Romance, Drama, Slice of Life

.

.

.

.

.

Enjoy Reading!

.

.

.

.

.

Entah apa yang ada dipikiran Hinata, dia berdiri mendatangi Sasuke.

"Sasuke, kau tidak apa-a___" Hinata tercekat, saat Sasuke meringis dan duduk dengan tumpuan lututnya. Tangannya memegang kiri perutnya,

"Sial!" Sasuke menggeram, melirik Hinata dengan ujung onyxnya.

Hinata menangis, tangisan penuh dengan rasa terimakasih dan penyesalan.

Hinata mulai merasa kosong. Bahkan dirinya tak mempedulikan orang-orang yang mulai berdatangan. Mengabaikan juga kalimat-kalimat khawatir yang muncul dari mulut Kenta.

Malam itu, satu hal yang paling Hinata ingat dalam otaknya.

Ketika Sasuke memandangnya, ketika onyx itu tertutup, dan ketika tangganya berubah menjadi merah.

.

.

.

...

.

.

.

"Kau akan menjenguknya lagi?" ucapan Karin terdengar jengkel di telinga Hinata.

Hinata diam, memandang Karin meminta pengertian. Tak lama, wajahnya mengangguk menjawab.

"Oh, ayolah Hinata! Seingatku dia hanya tergores sedikit! Dan ini sudah tiga hari!" Karin berdiri, menghampiri Hinata yang sedang menyusun parselnya. Sungguh Karin sangat tau apa keinginan si brengsek Uchiha itu pada Hinata-nya. Baiklah, mungkin Karin sangat berterimakasih pada Sasuke karena menyelamatkan Hinata dari hal yang membahayakan, tapi... lihat Hinata sekarang! Dia setiap pagi dan sore selalu pergi menjenguk Sasuke. kabar yang didengar Karin adalah pinggang Sasuke hanya tergores pisau saja, Karin rasa sudah sangat lumrah jika Sasuke di izinkan keluar dari rumah sakit. Tapi... entahlah... Karin merasa tidak ada tanda-tanda jika Sasuke akan keluar dari rumah sakit.

Uchiha brengsek itu sangat pandai memanfaatkan keadaan.

Karin tau Hinata itu baik hati, namun tak menyangka jika Hinata terlihat seperti keledai bodoh saat ini.

"Karin, aku sudah berjanji pada diriku sendiri untuk merawatnya sampai pulih" Hinata memandang Karin risih. Apa Karin tak tau apa yang disebut dengan balas budi?

"Tapi kurasa dia sudah pulih! Lagipula... dia juga bisa menggunakan kedua tangannya dengan baik! Hanya pinggangnya yang luka!" Karin merajuk. Ini berat untuknya. Sasuke itu sudah bersikap sok manja pada Hinatanya. Bagaimana mungkin saat pinggangnya yang tergores, Sasuke justru tidak bisa menggunakan tangannya untuk makan? Melihat pemandangan Hinata dan Sasuke yang suap-suapan membuat Karin ingin muntah rasanya. Lagipula, dimana tante mikoto? Apa dia tidak khawatir sama sekali dengan putranya? Bahkan Karin tak pernah melihat tante mikoto di rumah sakit selama tiga hari ini.

"aku hanya ingin membalas budi, Karin" bibir Karin mencebik, lalu pergi menuju ruang tengah. Hinata mengekorinya dengan membawa parsel yang sudah siap.

"baik! Ngomong-ngomong tentang balas budi.... Bagaimana dengan kenta? Bukankah dia yang paling berperan besar disini? Dia yang berhasil mengusir para preman kampungan itu kan?" pertanyaan Karin membuat Hinata membisu sebentar. Hinata harus memikirkan kata-kata yang tepat sebelum membuat Karin meledak lagi.

"yah,... aku juga berterimakasih padanya" Hinata mengalihkan wajahnya. "Ah bento nya!" lanjutnya sambil pergi ke dapur, terlihat sekali Hinata berusaha menghindar dari bahasan yang sekarang. Karin ingin protes dan teriak, namun diurungkannya saat ponselnya berdering.

Karin melirik sebentar kearah Lorong menuju dapur, lalu menjawab panggilan dari seberang.

"bagaimana? Apa kalian sudah membereskan binatang sialan itu?"

"Ah, Nona.... Mereka sudah dibereskan oleh bawahan Uchiha Sasuke"

Karin menghela nafas. Dilihat dari sisi manapun, Uchiha Sasuke sangat mencintai mantan calon kakak iparnya ini. sekarang apa yang harus Karin lakukan? Bahkan Karin merasa Hinata juga sudah mulai....

Ah tidak! Karin tak mau hal seperti itu terjadi.

"baiklah, aku akan transfer bayaran kalian"

"....."

"Ya" Karin menutupnya dengan decakan sebal. Dia kalah satu langkah dari Uchiha Sasuke. padahal Karin ingin sekali yang membereskan preman-preman tak tau diri itu karena berani menyentuh Hinata.

"Karin... aku harus pergi sekarang. Aku takut jika jam besuknya akan berakhir" Hinata datang dari arah dapur. mengambil parsel diatas meja dengan gerakan tergesa-gesa.

Karin diam, alisnya menukik tak suka.

"Kau tidak akan pergi kemana-mana! Sebelum kita menyelesaikan pembicaraan kita" lugas dan tegas. Hinata memilih menghela nafas Lelah. Karin dan ke-proktektifannya terkadang berlebihan menurut Hinata. "kau tak bisa menyembunyikannya dariku, Hinata" lanjutnya lagi.

Hinata merasa ludahnya tertahan di tenggorokan. Bingung harus mulai dari mana. Meski Hinata yakin, Karin akan meledak-ledak dalam meresponnya nanti.

"perlakuanmu pada Uchiha Sasuke dan kenta,... sangat berbeda" Karin mendesis. Menuntut banyak jawaban. Hinata berfikir sejenak.

"itu karena Sasuke terluka.."

"Tidak!" Hinata mengeratkan genggamannya. Menunduk diam. "kita bersahabat bukan satu atau dua tahun, Hinata.... Aku sangat tau gerak-gerikmu" Hinata masih diam, Karin memilih duduk dihadapan Hinata. "katakan, bagaimana perasaanmu?" Karin sudah sedikit menebaknya, tapi logikanya berusaha menepis semua prasangka hatinya.

"Karin...." Hinata berkata lirih "bagaimana menurutmu dengan kesempatan kedua?"

"Apa?"

"Kurasa aku..... mulai menyukai Sasuke" benar. dugaan Karin terbukti benar. itu terlihat dari perbedaan pandangan Hinata tiga hari belakangan.

"aku membantumu menjadi cantik, bukan untuk memberikan kesempatan pada lelaki brengsek untuk bersamamu. Kau tau itu" Hinata menggigit bibirnya, sedikit tak suka dengan keadaan sekarang, entah bagaimanapun dilihat, Hinata merasa seperti siswa yang dimarahi gurunya karena tak mengerjakan pekerjaan rumah.

"Tak ada yang sempurna Karin. Bahkan..... beberapa minggu yang lalu, aku baru tau jika Sasuke selalu menyukaiku. Bahkan terhitung dari SMA" Karin diam. Karin bukanlah perempuan bodoh yang tak tau perangai mantan sahabatnya itu. tentu Karin sangat tau jika Uchiha Sasuke masih menyimpan rasa pada Hinata. Tapi Karin berusaha membisu, berharap mereka bahagia dengan jalan mereka sendiri-sendiri. Bukan bersama! "aku tak tau bagaimana itu terjadi" Hinata mengingat-ingat isi dompet Sasuke. kancing seragam SMP dan foto Hinata. Mengingatnya membuat Hinata menyetuh dadanya "disini semua terasa campur aduk. Saat dia membelaku atas gossip miringku, saat dia merawatku saat sedang sakit, saat dia berusaha berada disekelilingku, dan saat dia mengorbankan nyawanya untukku" Hinata menatap Karin, lalu tersenyum.

"kau tau Karin.... Saat-saat itulah... aku merasa berbeda. Ketika aku selalu merasa jika diriku bukanlah wanita cantik, entah kenapa.... Perlakukan Sasuke membuatku merasa menjadi wanita yang paling cantik di dunia" Hinata tersenyum tulus, dan Karin tertetgun "aku tau, Sasuke tak menunjukan itu secara terang-terangan... dia hanya malu dan kupikir dia juga takut. Kupikir itulah cara dia mencintai.... Karin.......

..... lagipula... kita tak bisa menyalahkan perasaan aneh yang timbul pada orang lain kan? Kita tak bisa memilih dengan siapa kita merasa menjadi spesial"

"aku tak pernah menyalahkanmu Hinata.... Aku hanya takut dengan tindakanmu selanjutnya!" Karin menjawab, nadanya sedikit memelas, dia berusaha mencari pengertian dari Hinata.

"memangnya apa tindakanku?"

"kau tau bagaimanapun Sasuke... dia tak mau memulainya duluan!" Hinata diam, mengerti maksud dari Karin. Memulai duluan.... Maksudnya adalah menyatakan cinta.

"kalau begitu, biar aku yang mulai duluan" Karin menganga. Ketakutannya benar-benar terealisasikan. Tidak! Tidak boleh!

"tidak Hinata! Aku tak mau! kau akan merendahkan harga dirimu sebagai wanita hanya untuk si brengsek itu? kau tak boleh menyatakan perasaanmu padanya!" Hinata kali ini terkekeh, entah kenapa Karin terlihat seperti kesetanan.

"Karin, cinta tak mementingkan ego dan harga diri"

"itulah poin pentingnya Hinata! Itulah yang membuatku membenci si Uchiha itu! kau tau harga dirinya setinggi apa?! Bahkan aku yakin sampai matipun dia tak akan mau mengatakan cintanya!" dahi Hinata mengkerut tak suka "aku tak mau jika setiap harinya hanya kau yang memberikan cintamu... dia hanya akan tertawa dan merasa paling hebat! Bukankah lebih baik dicintai daripada mencintai?" lanjut Karin. Entah kenapa kata-kata Karin barusan membuat Hinata sedikit tersinggung.

Apa maksud Karin adalah Hinata yang menjadi budak cinta? Begitu?

"siapa bilang aku tak mendapatkan cintaku? Mungkin kau tak bisa merasakannya, Karin. Tapi aku... bisa merasakannya. Bagaimana seorang Sasuke memberikan aku cinta! Aku tak peduli jika orang lain melihat kami berdua seperti apa. Asal aku tau Sasuke mencintaiku, itu sudah lebih dari cukup!" Hinata berdiri, mengambil parsel dan kotak bentonya. "Karena cinta bukan di artikan dari mata, tapi dari perasaan"

"pembicaraannya cukup sampai disini. Kau tak perlu terlalu memikirkan ini Karin, aku juga masih akan memastikan semuanya. Tentang perasaanku, dan perasaan Sasuke" lanjutnya lagi, berjalan pergi meninggalkan Karin yang masih tercengang.

Ini krisis! Pikir Karin. Uchiha itu terlalu mudah mendapatkan segalanya. Karin tak mau ini berakhir seperti apa yang di inginkan si Uchiha itu. Karin sadar, jika Sasuke juga tau kalau Hinata mulai mencintainya. Dan Karin tak akan tinggal diam akan hal itu.

Dan lagi......Sejak kapan Hinata benar-benar mencintai Sasuke? oh sial! Seperti apa yang dikatakan oleh orang lain. Perempuan sangat rapuh terhadap perasaannya. Diberi kebaikan dan perhatian sedikit, mereka bisa langsung terbawa perasaan.

Karin merasa kecolongan.

Karin merasa buntu. Jika dia ingin membuat Sasuke menyatakan cintanya pada Hinata, itu sama saja dengan membuat Hinata menjadi perawan tua. Satu hal yang paling mungkin adalah membuat Hinata tak punya pilihan lain selain tak bersama Sasuke.

Jika Karin memohon, maka Hinata tak akan dengan mudah mengabulkannya.

Siapa kira-kira orang yang selalu di prioritaskan oleh Hinata? Karin berfikir, lalu satu pemikiran melintasi otaknya.

"jika aku tak bisa membuatmu berhenti, maka keluargamu yang akan membuatmu berhenti, Hinata" gumamnya, Karin menggigit bibirnya resah. Dengan brutal jari-jari bercat kuku merah itu menekan ponselnya.

Nada deringnya tersambung.

"Halo....? Ada apa Karin?"

Karin tersenyum. Hinata adalah sahabat Karin, bahkan sudah dianggap seperti saudara kandungnya sendiri. Meski terlalu berlebihan, tapi Karin tau apa yang terbaik untuk Hinata.

"Neji.-ni.... Aku butuh bantuanmu"

.

.

.

...

.

.

.

Sasuke tersenyum senang. Sambil mengelus perutnya yang sudah tak terasa sakit. Hinata sudah pergi beberapa menit yang lalu. Seperti biasa, Hinata akan datang berbincang menanyakan keadaannya, lalu mengupaskan beberapa buah untuknya. Tiga hari ini, mereka menjadi sangat akrab. Dan Sasuke merasakan sinyal-sinyal cinta dari Hinata.

Meski dirinya merasa berdosa pada para preman. Yah Sasuke akui, karena merekalah Sasuke bisa mendapatkan cinta kelincinya kembali... tapi apa balasan Sasuke pada mereka? Bukannya berterimakasih, Sasuke malah memberikan lebam biru dan jeruji besi.

Ah... persetan dengan itu. Sasuke tak peduli dengan yang lainnya.

Yang penting adalah, Hinata yang selalu menjenguknya tiap hari dan mengkahwatirkannya adalah hal yang paling penting.

Oh... ini terlihat seperti pasangan suami istri.

Sasuke terlihat seperti istri yang habis melahirkan, lalu Hinata sebagai suami sigap selalu tekun menemaninya. Ini memang sedikit memalukan, tapi Sasuke merasa senang.

Sasuke hanya perlu bersabar beberapa hari atau minggu lagi, karena sebentar lagi Hinata akan menjadi miliknya.

Tanpa harus membuat dirinya merendahkan marga Uchihanya.

"Hentikan senyum bodohmu! Uchiha dan senyuman adalah hal yang mengerikan" lamunannya buyar, Sasuke memandang tajam si rambut putih yang merusak suasana hatinya.

Sasuke berusaha mengabaikannya "bagaimana dengan perusahaan?" tanyanya cuek.

Suigetsu mendecih kesal. "cepat bangun dan kau urus sendiri! Karenamu aku merasa akan terserang meningitis karena kurang istirahat!"

Sasuke tak acuh, memilih mengambil apel yang sebelumnya sudah dikupas oleh Hinata. Memakannya dan memandang Suigetsu dengan santai.

"sejak kapan kau terlihat lemah begini? Hanya tergores dan kau betah di rumah sakit ini selama hampir seminggu?" kali ini Sasuke berdecak, Suigetsu berpura-pura bodoh, tentu saja Suigetsu tau tujuan sang tuan muda itu.

Tak lain dan tak bukan adalah Hyuuga Hinata yang sekarang menjelma seperti dewi.

"dia khawatir padaku..... aku bisa apa?" mukanya bengis meremeh, membuat Suigetsu kesal setengah mati. "aku tak tau menjadi pahlawahan bisa semerepotkan ini" lanjutnya lagi. Suigetsu mau muntah. Sasuke bertidak seolah-olah prihatin dan kerepotan dengan sikap Hinata yang khawatir padanya... tapi tentu Suigetsu tau, Sasuke itu girang bukan main.

"ck...! Dasar budak cinta!"

"Apa? Bukan aku! Tapi kelinciku yang budak cinta!" Sasuke mengambil lagi apel dan melahapnya, entah kenapa apel yang dikupas oleh Hinata terasa seperti buah apel yang tumbuh di surge. Sasuke memandang Suigetsu dengan tatapan tak suka. "kau tak lihat betapa gigihnya dia mencari perhatianku? Ck, itu merepotkan, Tapi aku bisa apa? Dia sangat mengkhawatirkanku,... ck ck ck" lanjutnya diakhiri dengan decakan maklum.

Suigetsu terperangah heran. Matanya bergulir malas. Sejak kapan Sasuke terlihat seperti tsundere? Dan.... Kenapa tingkahnya jadi menjijikan seperti sekarang? "kau terlihat seperti simpanse tak berakal!"

"hei! jaga ucapanmu! aku ini atasanmu!"

.

.

.

...

.

.

.

"Kupikir kau sudah keluar rumah sakit, tuan lemah" Sasuke diam, awalnya dia hampir merasa senang saat pintu kamar inapnya di buka, membayangkan Hinata yang akan muncul, namun malah si nenek merah yang datang dengan tatapan bengisnya. "kenapa? Masih berharap Hinata akan datang?" nadanya terdengar meremeh di telinga Sasuke.

Sasuke memilih bungkam. Memang aneh, kemarin Hinata absen dalam menjenguknya, awalnya Sasuke tak mau berfikir aneh-aneh.... Mungkin karena Hinata sibuk kemarin. Tapi kedatangan perempuan di depannya ini membuat Sasuke jadi curiga.

Apa yang terjadi?

"kusarankan, kau keluar dari rumah sakit dan mulai bekerja lagi. Kasihan pacarku yang harus menghendle semuanya" Sasuke masih diam. dan Karin terus berceloteh. "jika kau berbaring disana hanya karena berharap Hinata akan datang, maka itu akan sia-sia" Karin menutup pintunya, matanya masih memandang bengis Sasuke "karena dia tak akan pernah datang lagi" lanjutnya.

Sasuke membalas tatapan bengis itu, dengan santai dia menyibak selimutnya dan mulai duduk ditepian ranjang. Matanya beralih ke ke kemeja dan jas yang tergantung di sudut ruangan. Pakaian yang dibawakan Suigetsu kemarin sore. Memang Sasuke berniat keluar rumah sakit sore ini jika hari ini Hinata tak datang lagi seperti kemarin. Yah... setidaknya Sasuke tau jika Hinata peduli padanya itu sudah lebih dari cukup. Dia masih punya banyak waktu untuk mengikat janji suci dengan Hinata. Itu bisa dipikirkan nanti.

Jika hanya karena Karin yang melarang Hinata untuk menjenguk Sasuke, maka Sasuke sudah bisa menebaknya. Toh... dia masih bisa bertemu di kesempatan lain.

Wajah Karin terasa panas saat Sasuke dengan santai membuka kemeja rumah sakitnya. Memperlihatkan pahatan sempurna tubuhnya.

'Terlalu sempurna'

Karin berusaha mengalihkan matanya. Namun tak bisa. Tidak ada kucing yang menolak ikan. Meski Karin membenci Sasuke, Karin tetaplah perempuan normal yang haus akan ketampanan dan keseksian seorang pria.

Maaf, Suigetsu.

Karin kembali normal ketika Sasuke sudah memakai kaos biru dongkernya. Entah kenapa Sasuke terlalu santai bertelanjang dada di depannya.

"semua tak berjalan sesuai dengan apa yang kau inginkan, Uchiha Sasuke"

"Uchiha tak pernah menginginkan sesuatu. Semua akan menghampiri kami dengan sendirinya" jawabnya percaya diri.

"oh ya? Termasuk Hinata?" Karin menyenderkan bahunya pada pintu. rasa kagum terhadap Sasuke langsung hilang ketika dia mengingat lagi tangis Hinata.

"entahlah" jawabnya lagi sambil menghendikan bahu tak acuh.

Sasuke sudah malas menanggapi Karin, bagaimanapun Sasuke bersikap baik, maka Karin selalu menganggapnya salah. Jadi untuk apa bersikap baik pada orang yang membenci kita? pikir Sasuke.

"Hinata, tak akan datang ke sini lagi.... Sasuke-kun. karena dia akan menikah"

Ucapan Karin membuat tangannya terhenti di udara. Hampir mengambil kemeja putihnya, namun terbekukan dengan kalimat Karin.

Apa katanya? Hinata? Menikah? Oh ayolah... jangan bercanda! Bukankah Sasuke dan Hinata sudah mulai dekat beberapa hari belakangan? Jadi tak mungkin Hinata melakukan itu!

"kau terlalu percaya diri jika menganggap Hinata mulai menyukaimu" Karin tertawa sumbang, terlihat sekali jika Karin sedang mengejek Sasuke "kenyataannya Hinata hanya kasihan padamu dan merasa berhutang budi" lanjutnya lagi.

Rahangnya mengeras. Rasa-rasanya Sasuke ingin memukul apa yang bisa dipukul. Seperti Karin contohnya. Sasuke sangat yakin, raut yang diperlihatkan Hinata padanya bukanlah raut kasihan,.... Tapi raut khawatir dan takut kehilangan. Dan Itu adalah salah satu dari unsur sayang dan cinta.

"kau terlalu mencampuri urusan orang lain" nadanya berat, desisan tak sukalah yang Karin tangkap ditelinganya, dan itu membuat Karin merasa menang.

"Kau memang orang lain untukku, tapi tidak untuk Hinata. Dia adalah saudariku" klaimnya.

"semua ini adalah bagian dari rencanamu" Sasuke menerka, Karinlah yang membuat semua ini. Sasuke yakin hingga saat ini, tak ada orang yang disukai oleh Hinata. Dialah kandidat terkuatnya.

"Benar! tapi siapa peduli..... mau Hinata mencintai calon suaminya atau tidak... itu bisa beriringan dengan berjalannya waktu" Karin menyeringai "Hinata sangat memprioritaskan keluarganya...... akulah yang menyarankannya" gigi Sasuke bergemelutuk, mengerti benar dengan apa yang Karin ucapkan.

Perjodohan.

Pernikahan Hinata adalah perjodohan.

Tapi ini tak masuk akal. Tak mungkinkan pernikahan akan dilaksanakan secepat ini? apa mereka tak melakukan segala persiapan dan tetek bengeknya? Tak mungkin rencana pernikahan ini ada sejak lama.... Karena faktanya baru beberapa hari Hinata melakukan kencan buta yang diatur keluarganya.

Jika dihitung, tak mungkin Hinata akan melakukan pernikahan dengan rencana yang baru diatur tidak lebih dari seminggu.

Sasuke diam. atau mungkin ini adalah kebohongan yang Karin ciptakan untuknya? Agar membuatnya menyerah? Menghancurkan hubungan baiknya dengan Hinata yang sudah mulai terjalin?

Benar. alasan yang paling logis adalah Karin mengarang cerita.

"aku mengatakan ini agar kau tak terlalu sakit hati, Sasuke-kun.... Karena aku masih peduli padamu" nadanya dibuat khawatir, tapi Sasuke tau... Karin sedang mengejeknya. "dilihat dari sisi manapun.... Kau terlihat sangat berminat pada Hinata....

.... Aku hanya ingin membuatmu sadar diri,... kalian hanyalah mantan, tak bersisa apapun... dan yang di ingat Hinata padamu adalah kebrengsekanmu dan kejalangan Yamanaka Ino" Sasuke masih berusaha tenang. Kentara sekali Karin sedang mengomporinya.

Sasuke terus meyakinkan dirinya sendiri. Semua yang dikatakan Karin adalah kebohongan, jadi Sasuke harus tetap bersikap tenang.

"jadi Sasuke,... terimalah kenyataan. Apa yang kau buang tak bisa kau ambil lagi" dengannya Karin membuka pintu lalu menatap Sasuke dengan mata remehnya "dan satu lagi... kau tak diundang"

Setelahnya Karin pergi, meninggalkan Sasuke dengan sejuta kekesalan. Tidak! Sasuke tidak pernah membuang Hinata. Meski benci mengakuinya, memang Sasuke pernah melakukan kesalahan. Tapi dia tak bisa sepenuhnya disalahkan.

Keadaan saat itulah yang membuatnya berlaku demikian. dia hanyalah ABG labil yang masih terprovokasi dengan lingkungan. Wajar jika Sasuke merasa Hinata tak pantas dengannya, melihat bagaimana teman-temannya memiliki pacar yang diatas rata-rata.

Oke itu mungkin pemikiran salahnya, tapi... Hinata juga patut disalahkan. Perlakuannya yang selalu menurut membuat Sasuke tak yakin dengan cinta Hinata. Hinata tak menjaga Sasuke dengan baik saat itu,... hinga Sasuke memilih berpaling.

Sasuke menyadari kesalahannya, namun Hinata menolak rasa bersalah itu,.

Kenyataannya dulu, bukan Sasuke yang membuang Hinata. Tapi Hinata lah yang melakukan itu padanya.

.

.

.

...

.

.

.

Sasuke uring-uringan dan Suigetsu yang melihatnya cukup merasa prihatin.

Sasuke berada di kantornya dengan Suigetsu, namun pikirannya sedang melalang buana. Melalang buana di andromeda yang disebut dengan Hinata.

"Sasuke fokuslah, kita akan ada proyek besar tiga hari lagi" Suigetsu masih tetap professional. Bukan karena Suigetsu tak peduli dengan bos nya itu, namun Suigetsu juga memikirkan nasib para karyawan jika perusahaan ini bangkrut. Yah... meski hal seperti itu tak mungkin sih.

"aku tau itu, Suigetsu" jawabnya sambil memijat kening. Sasuke sudah mengirim beberapa orang untuk menyelidiki masalah pernikahan yang diucapkan Karin, hasilnya kurang jelas. Banyak hal yang ditutup tutupi.... Dan Sasuke yakin itu ada dalam campur tangan si wanita Uzumaki itu.

Hal yang membuat Sasuke resah adalah beberapa laporan yang menjurus kearah pernikahan.

Seperti, keluarga Hyuuga yang sudah menyewa Gedung. tanggalnya sendiri Sasuke tak tau, karena pihak penyewa menutupi hal tersebut. Tentunya itu semua ada campur tangan si setan merah. kemudian, bawahan Sasuke juga melihat Hinata yang pergi ke toko gaun dan adanya pemesanan catering makanan dalam jumlah yang tak sedikit. Hanya sebatas itu yang bisa didapatkan oleh bawahan Sasuke dalam penyelidikan. Semuanya rapat. satu hal yang masih belum Sasuke dapatkan.... Sebuah undangan. Bagaimana pun bawahan Sasuke mencari itu, tak ada yang bisa ditemukan.

"kau benar-benar tak tau apapun tentang pernikahan Hinata, Suigetsu?" lagi Suigetsu menghela nafas.

"Sudah kubilang pikirkan pekerjaan! Salahmu juga yang selalu berlaku buruk pada Hinata" Sasuke berdecak tak suka. Bukannya menghibur, Suigetsu justru menyudutkannya.

Suigetsu menghela nafas "sepertinya aku akan mendapat masalah setelah ini" ujarnya, mengambil secarik kertas dari dalam tasnya.

Sasuke menyipit curiga.

Kerta kertas itu disodorkan, mata onyxnya membelalak.

"ini?" lidah Sasuke kelu. Membaca tulisan Hyuuga Hinata dan Kenta Yamazaki disana.

"itu adalah undangan pernikahan" Suigetsu menambah ketegangan "aku di undang, namun Karin melarangku mengatakan ini padamu.... dia bilang akan lebih mudah jika kau menganggapnya berbohong. Pernikahan akan lancar tanpa dirimu"

"besok?" Sasuke semakin terkejut saat melihat tanggal pernikahannya. Pernikahan yang akan di adakan esok hari di Gedung yang sesuai dengan apa yang bawahannya laporkan.

"kenapa kau baru memberitahukanku sekarang?!" Sasuke membentak, Suigetsu meringis. Dia berada dalam kondisi yang tak menguntungkan. Suigetsu mulai meratapi hidupnya.

"memang apa yang harus ku lakukan Sasuke? Karin menyuruhku diam,... karena aku tau alasannya. Kau mungkin akan mengacaukan pernikahan ini" ujarnya miris "dan sekarang apa yang kulakukan? Aku justru memberitahumu... kau tau, aku tak tega dengan kondisimu yang seperti ini..." lanjutnya lagi "lagipula, kaasanmu juga diundang dalam pernikahan ini"

Mata Sasuke melebar, dia mengingat jelas.... Dua hari yang lalu kaasannya berbicara padanya jika dia akan pergi ke acara pernikahaan temannya. Kenapa Sasuke tak curiga dan berusaha menanyakan lebih banyak? Lalu yang terpenting, kenapa kaasannya juga menutupi hal ini darinya? Mungkinkah karena kaasannya tak tega??

"kuharap kau benar-benar fokus pada proyek ini Sasuke... banyak tenaga kerja yang dipertaruhkan" Sasuke masih membisu, dadanya berdenyut sakit.

Lagi, Hinata akan membuangnya seperti dulu.

"pernikahannya besok, kau tak bisa lakukan apapun Sasuke, ku harap kau tidak mengacaukan segalanya..... kau tau, hubunganku dengan Karin di pertaruhkan disini" pikiran Sasuke mulai kosong. masih berfikir hal-hal yang menurutnya banyak yang tak masuk akal.

Jika benar, bukankah Hinata tak akan bahagia? Pernikahan ini adalah perjodohan kan? Kenapa harus seperti ini?

Apakah Sasuke akan diam saja? meratapi nasibnya sama seperti enam tahun yang lalu?

"Jadi Sasuke,.... Kuharap kau menyerah pada Hinata"

.

.

.

TBC

.

.

.

Epilog

.

.

Hinata menatap pantulan dirinya di cermin. Dirinya sudah dirias. Gaun lavendernya juga sudah dipakai. Rambutnya tersanggul elegan.

Senyum mengembang di wajahnya. Ini adalah hari yang membahagiakan untuknya dan juga keluarganya.

"apa aku sudah cantik?" ujarnya bermonolog sendiri. Tentu, Hinata tak mau mempermalukan sang pempelai pria nantinya. Mengingat betapa tampannya sang mempelai prianya membuat Hinata harus tampil semaksimal mungkin.

Apa yang akan terjadi setelah ini? Hinata mulai menerawang masa depan.

Yaah sepertinya banyak yang akan terjadi.

'Kyaaa!' buyar. Lamunan Hinata buyar saat mendengar teriakan dari wanita di luar ruangannya. Disusul suarah gaduh seperti barang jatuh atau suara pecahan barang lainnya.

Hinata berdiri dari posisi duduknya, menatap pintu yang tiba-tiba didobrak.

Mata amethisnya membelalak.

Uchiha Sasuke.

Tampil dengan kemeja kusut, kantung mata tebal, rambut berantakan dan beberapa lebam di wajahnya. Bahkan sudut kiri bibirnya mengeluarkan darah.

"A-apa yang kau lakukan?!" Hinata terpekik kencang. Sedang Sasuke masih mengatur nafasnya. Nafasnya masih memburu, bertarung dengan beberapa bodyguard membuatnya sangat kelelahan dan terluka tentunya.

"kenapa kau selalu melakukan hal seperti ini padaku?!" suaranya berat, sarat akan kemurkaan "membuangku tanpa memikirkan perasaanku"

"A-apa?" Hinata masih syok, berusaha menetralkan semua keterkejutannya.

"kau tak mencintainya kan?" mata Hinata masih membola, berusaha mencerna apa yang sedang diucapkan oleh Sasuke.

Apa Sasuke sedang mabuk?

"Hinata, Jika kau tak mencintainya,..... ayo pergi bersamaku dari pernikahan ini"

.

.

.

Epilog End

.

.

.

Heran? Bingung?

Sama,.. aku juga

.

.

.

Have a nice Day! Nakama

Signature (Lavendark) [apakah banyak Typo? ]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top