chapter 3

"nagisa-kun?" Aku keluar dari kamar. Dan aku hanya melihat nagisa yang sedang memasak. Aneh, padahal tadi aku telah melihat yang lain. Aku segera mendekati nagisa. bau dari masakannya sungguh menggugah selera. jujur, setiap berada bersama nagisa aku selalu merasa aku kalah sebagai perempuan.

contohnya, dia manis aku tidak manis, dia imut aku tidak, dia pintar masak aku tidak, dia pintar bersih-bersih aku tidak, dia pintar mengurus rambut sementara aku tidak terlalu, dia bertingkah seperti perempuan sementara aku tidak terlalu.

"masakanmu sepertinya enak ya nagisa-kun?" kataku. aku melirik nagisa sekilas lalu melihat masakannya lagi. kenapa dia terlihat seperti salah tingkah? sudahlah aku tidak peduli. nagisa mulai menyiapkannya di meja makan.

"yang lain kemana?" kataku sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling. nagisa mencuci tangannya lalu mengelapnya dengan lap tangan.

"un... kalau tidak salah itona berbelanja, asano dan karma berkelahi otak seperti biasa, sementara maehara dan isogai bekerja... bisa dibilang maehara membantu isogai bekerja" kata nagisa sambil memegang dagunya dengan wajah berpikir. astaga! kapalku berlayar! go go maeiso...!

"oh..." responku. aku mulai duduk di kursi lalu menyiapkan makanan untuk diri sendiri. nagisa duduk di hadapanku. kalau di kami makan diluar mungkin bakal dikira kami sedang berkencan.

eh... tunggu dulu...

HAH!? HANYA AKU DENGAN NAGISA?? INI BUKANNYA NAMANYA KENCAN JUGA!?

aku mulai makan dengan santai begitupun nagisa. keheningan mulai melanda kami. dengan cepat aku segera memakan masakan nagisa yang terbilang sangat enak ini. setelah selesai aku meminum air putih.

"nagisa-kun, bagaimana bisa kau memasak makanan seenak ini?" kataku yang tanpa sadar saking semangatnya aku mendekati wajahku dengan wajahnya. bahkan hidung kami hampir bersentuhan. aku segera duduk dengan normal dengan rona merah dipipiku tapi aku tutupi dengan menutup sebagian wajahku yang mungkin hanya terlihat mataku dan seterus ke atasnya. aku juga mengalihkan pandanganku karena tidak berani menatap wajahnya.

sementara nagisa? dia merona tipis dengan wajah terkejut. untung hanya kami kalau saja ada orang lain yang--

"kenapa wajah kalian memerah?"

--shit! kenapa itona pulang cepat!? dia mendekati kami duduk di sampingku. nagisa menggelengkan kepala.

"i-ini..itu....uhn... y-yang tadi itu tidak sengaja lo!" kataku yang masih dengan wajah memerah. itona menatapku datar dan nagisa merona.

"kalian habis ciuman?" oh crap! otak itona telah maju terlalu jauh. aku tidak mungkin seberani itu. aku juga mau mengamankan first kissku ini.

"tentu saja tidak!" kataku dengan nagisa berbarengan. itona menatap kami bagaikan kami ini adalah orang yang sedang menyembunyikan suatu kejahatan yang tak bisa ia maaafkankan. dia mengalihkan pandangannya dengan wajah kecewa...?

"kalau kalian sungguh-sungguh melakukannya tidak apa-apa, tidak usah disembunyikan" katanya dengan suara rendah. sungguh, tanganku sangat ingin memukul parasnya yang tampan ini. tampan-tampan baperan cuiiih...

tapi apa alasannya ya?

"kamu salah paham" kataku dengan wajah datar. aku langsung pergi keluar meninggalkan mereka. itona  hari ini sungguh mengesalkan.

aku berjalan ke toko es krim dan membeli es krim rasa [fav. flavor]. aku segera membayarnya dan memakan es krim ini. sekarang aku telah berada di taman xxx.

"hweeeee aniki wa hidoi!" aku mendengar tangisan yang sepertinya tidak asing di telingaku, tapi aku tidak tahu siapa dia. karena rasa penasaranku yang besar. aku mengikuti asal suara ini. aku dapat melihat anak kecil yang seperti kagamine rin dan maehara.

"maehara-kun?? kau... uhn... sedang apa dengan anak kecil? ....a-atau mungkin kau..." aku idak melanjutkan kalimatku. bahkan wajahku sekarang itu bagaikan menemukan lelaki pedo. tapi anehnya aku mencoba untuk senyum walau terlihat aneh.

"b-bu-bukan begitu [name]-chan!" kata maehara sambil menggelengkan kepala dan menyilangkan tangannya menjadi bentuk x. anak yang mirip rin itu mendekatiku.

"hajimemashite, watashi no namae wa hiroto rin desu. yoroshiku onegaishimasu" dia membungkuk hormat padaku. rupanya adiknya. aku tersenyum hangat pada rin.

"[full name] desu" kataku singkat. rin hanya membulatkan mulut mengerti.

"kalau begitu aku permisi" kata rin. bahkan samar-samar aku dapat melihat dia tersenyum nakal. disaat aku melirik maehara dia mempunyai rona tipis di kedua pipinya. aku mendekati maehara.

"kenapa pipimu memerah?" tanyaku pada maehara yang membuatnya kaget. dia menggarukkan pipinya yang tidak gatal.

"uhn... bukan apa-apa" katanya. aku hanya ber-oh saja. Jujur saja aku tidak tau kenapa maehara memerah, dan aku juga tidak akan memaksa maehara berkata jujur.

"[Name]"

"Ya?"

"Kalau seandainya kau disuruh memilih antara aku, itona, karma, nahisa atau karma kau lebih memilih siapa?" Tanya maehara dengan tatapan serius padaku.

"Eh? A-apa maksudmu maehara-kun?" Aku bingunh dengan pertanyaan maehara yang tiba-tiba. Aku tahu aku tidak peka, tapi aku masih afa kepekaan walau dikit.

Tapi mana mungkin kan?

Mana mungkin mereka jatuh cinta pada gadis biasa sepertiku...

Maaf, tapi sepertinya aku harus berpura-pura tidak tahu...?

Aku bingung dengan pilihanku sendiri...

"Ah tidak... lupakan saja" maehara mengalihkan pandangan. Aku dapat melihat maehara merona.

Kawaii

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top