39. Aqdun Nikah

"Mengingatmu, memandangmu serta Menyentuhmu, yang awalnya dosa. Sekarang menjadi ladang pahala karena sebuah pernikahan."

akhwatul_Iffah

💖💖💖💖💖💜💜💜💖💖💖💖💖

Matahari terbit dan akan terbenam kembali pertanda satu hari terlewati.

Pergantian malam dan siang seakan begitu cepat.

Menggulirkan waktu hari menjadi minggu dan tak terasa akan berganti pula menjadi bulan.

Hari berganti hari, kebanyakan ku lewati hanya dengan murojaah Al Qur'an, membaca buku pemberian Mukhlis serta santai saja di rumah.

Untuk persiapan berbagai hal yang berkecimpung dalam acara pernikahan nantinya, Ummi dan Abilah yang lebih sibuk mengurusnya.

Mulai dari catering, dekor dan acara pengajiannya.
Aku hanya sedikit berkecimpung dalam menyiapkan undangan, serta pemesanan pakaian khas pengantin untuk acara Akad atau pun walimahnya nanti.

Katanya, Calon pengantin nggak boleh terlalu sibuk. Harus jaga kesehatan lahir dan batin, menyambut kehidupan baru yang nantinya akan bersama sang pangeran mengarungi kehidupan selanjutnya.

Bak seorang putri raja. Istirahatku harus cukup, mandi pakai lulur, tidak boleh begadang dan juga tak boleh banyak pikiran. Katanya biar wajahku nanti fresh saat hari H nya.

-*-

Tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Nanti malam adalah hari akan terlaksananya akad nikah di rumahku.
Akad nikah tak jadi di masjid karena aku meminta mahar bacaan surat Ar Rohman darinya.
Jadilah nantinya bisa ku dengar dari dalam kamarku.

Semenjak kemarin sore. Keluarga Kakek dan Pamanku berdatangan untuk menginap di rumah.

Pagi ini, tampak lalu lalang tetangga dekat dan keluargaku sibuk mempersiapkan acara pengajian nanti malam yang akan digelar di rumah ini.

Kebanyakan mereka sibuk di dapur dan halaman rumahku, berbenah dekorasi beserta pelengkapnya.

Setelah melaksanakan sholat dhuha. Aku duduk termangu di depan meja riasku.

Saat kutatap cermin, terlihat wajahku sendiri. Satu hal yang menyita perhatianku saat ini, yaitu di bagian daguku. Ada tonjolan kecil berwarna merah muda yang sedikit sakit saat kusentuh.

Aku jadi senyum sendiri saat ingat kata sebagian orang.
Kalau jerawat itu menyimbolkan rindu kepada seseorang.

Mungkinkah karena saking rindunya diriku pada dia, calon suamiku. Sampai di daguku dihinggapi tonjolan kecil ini? Suara hatiku bertanya-tanya membuat bibir ini tersungging senyum. Malu dengan kata rindu yang melabu di hatiku beberapa hari ini.

Iya... sudah seminggu ini kami tak saling jumpa, runguku pun tak mendengar suaranya.
Hanya foto dia yang sekali-kali kutengok di layar handphone, sebagai sedikit obat rindu dihati saat aku benar-benar merasa kangen dia. 😄😄😄


Aku jadi teringat kata-katanya waktu telepon sepekan lalu.

Flashback on

"Maafin aku ya, Fathimah," ucapannya itu bikin aku penasaran.

"Kenapa?"

"Mulai besok nggak bisa ketemu dan telepon kamu lagi."

"Hmmm kenapa gitu?" ujarku dengan nada sendu

"Abuya dan Umma selalu memarahiku kalau teleponin kamu mulu."

"Kok bisa? Kenapa gitu?"  tanyaku penasaran.

"Katanya kalau kita teleponan terus kapan kangennya?. Biar nanti saat ketemu setelah akad lebih greget."

"Maksudnya?"

"Yah... nggak faham ya ni calon istriku. Jadi gemes deh. Cubit pipinya boleh?."

"Hmmm kok jahat sih. Lagian belum boleh dan nggak bisa kalau sekarang," ucapku dengan nada manja.

"Hehe jangan manja gini dong. Aku kan jadi gimana gitu....
Udah ya.
Intinya mulai sekarang kita nahan rindu. Agar rindu ini akan menjadi sumber kebahagiaan yang tiada tara saat kita bertemu nanti selepas aqdun nikah. In syaa ALLAH."

Flashback off.

Tok tok tok.
Suara ketukan pintu membuyarkan lamunanku.
Segera kubuka pintu, sosok Ahmad telah berdiri di balik pintu.

"Ada apa, Dek?"

"Dipanggil Ummi, Kak di ruang tengah. Katanya mbak-mbak yang mau ngehenain kakak udah datang."

"Oh... iya ya, makasih. Bentar lagi Kakak kesana," ucapku kembali ke dalam mengambil handphonku di atas nakas.

"Cie-cie dagu kakak kenapa tuh? Rindu berat ya sama calon suami," goda Ahmad begitu melihat wajahku

"Ish.. apaan sih. Sok tau kamu," balasku seraya menutup pintu kamar.

"Yah... Adek kan cuman nanya, Kak. Bukan sok tau. Tapi bener kan? Iya kan? Iya kan?"  Dia semakin menggodaku seraya menaik turunkan kedua alisnya.

Aku hanya senyum-senyum menanggapinya dengan terus melangkah menuju ruang tengah, segera menemui Ummi dan seorang wanita yang akan menghena tangan dan kakiku.

💌💌💌
"Sahabat Umar bin Khattab RA berkata :
"Wahai para wanita ! Jika kalian memakai pacar maka hindarilah melukis dan sebaiknya salah satu dari kalian memakaikan pacar pada kedua tangannya sampai sekian. Dan beliau menunjukkan tempat gelang."

Catatan

Memakai pacar yang diperbolehkan adalah apabila pacar tersebut dapat dihilangkan hanya dengar air. Namun, apabila pacar tersebut tidak bisa dihilangkan, melainkan harus dengan cara dikelupas atau sangat melekat maka hukumnya tidak boleh, karena hal itu dapat mencegah dari sampainya air pada kulit saat bersuci.

Jadi kita harus pandai pilih-pilih henna ya ! 😉😉😉

💌💌💌

-----***-----

Selepas sholat Maghrib Berjama'ah.
Mukaku di poles sesingkat-singkatnya dengan riasan senatural mungkin. Hanya pakai pelembab, bedak dan sedikit pemerah pipi serta bibir.

Aku memakai gamis berwarna putih bermotif bunga pada bagian bawah dengan kerudung syar'i warna senada.

Tak lupa sebuah mahkota kecil dan rangkaian bunga melati bertengger di atas kepalaku. Hena yang menghiasi tangan dan kakiku berwarna putih menambah kesan keindahan.

15 menit berselang. Aku telah siap dengan penampilanku menyambut dia yang kini telah berada di ruang tamu yang telah di sulap sedemikian rupa sehingga terlihat indah dengan dekorasi nuansa serba putih. Bunga mawar warna putihlah yang menghiasinya. Hanya daunnya lah yang memancarkan warna hijau di bagian celah tertentu.

Maryam yang sedari tadi memperhatikan gelagatku yang tak tenang dan gugup akhirnya tersenyum.

"Deg-deg an ya, Fathimah?" tanyanya yang kemudian kujawab dengan anggukan dan senyuman.

"Tanganmu dingin, Fath. Pasti Gugup banget kan?" Aku kembali mengangguk saat dia memegang kedua tanganku.

Setelah keheningan beberapa menit, tiba-tiba terdengar. Khutbah Nikah yang dibacakan oleh kiyai Musthofa. Kemudian terdengar suara Abi yang siap melafalkan Akad setelah membaca istighfar dan dua kalimat syahadat.

Kemudian dengan lantang suara laki-laki ucapkan Qobulnya, "Qobiltu nikahaha watazwijaha bil mahril Madzkur."

Alhamdulillah......
Terdengar menggema suara seluruh orang-orang yang berada dalam ruangan. Begitu pun bibirku tak ketinggalan melafadzkan kalimat tahmid itu.
Tersenyum bersamaan air mata yang menetes, terharu.

Aku kembali terdiam sembari mengusap pelan wajahku.

اعوذبالله من الشيطان الرجيم

Hatiku berdebar hebat saat  mendengar suara dia menggema memulai lantunan Ayat Suci Al Qur'an.

بسم الله الرحمن الرحيم

ٱلرَّحْمَٰنُ

عَلَّمَ ٱلْقُرْءَانَ

خَلَقَ ٱلْإِنسَٰنَ

عَلَّمَهُ ٱلْبَيَانَ

ٱلشَّمْسُ وَٱلْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ

.
.
.
.
.
.

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Air mataku  tak mampu ku bendung lagi saat ayat ini berulang kali terdengar.

.
.
Sampai pada ayat

مُتَّكِـِٔينَ عَلَىٰ رَفْرَفٍ خُضْرٍ وَعَبْقَرِىٍّ حِسَانٍ

فَبِأَىِّ ءَالَآءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

تَبَٰرَكَ ٱسْمُ رَبِّكَ ذِى ٱلْجَلَٰلِ وَٱلْإِكْرَامِ

Mendengarkan ayat demi ayat yang terdengar begitu merdu. Air mataku lolos saat dia menyelesaikan tilawahnya.

"Alhamdulillah 'ala Kulli hal ya Robb," ucapku mengusap wajahku pelan.
Akhirnya Maharnya telah terpenuhi.

"Selamat ya Fathimah... akhirnya kamu  berjodoh dengan pangeranmu," ucap Maryam seraya memelukku.

"Syukron ya, Mar." Jawabku membalasnya.

"Ya udah.. aku tinggal dulu ya. Bentar lagi kan pangeran kamu masuk ke sini," tuturnya lalu bergegas meninggalkan ruang kamarku yang kini terhias juga dengan banyak bunga mawar dan melati. Sekelilingnya tertutup kain sifon berwarna putih dengan berbagai manik yang menghiasinya.

Tok tok tok

Kepalaku menoleh ke arah pintu.
Jantungku berdegup sangat kencang sekarang.
Gugup?
Bukan hanya itu, tapi juga bingung.
Bukan hanya itu, tapi juga malu.
Bukan hanya itu, tapi juga senang dan juga bahagia dan sangat bahagia.

Dengan sedikit gemetar aku mulai beranjak dan mulai melangkah.
Ya Allah.... degup jantungku kian lari begitu cepat.
Kedua tanganku saling memilin terasa dingin.

Perlahan kubuka kenop pintu.
Memutarnya...tanganku terhenti.
Kupenjamkan mata sebentar seraya menghirup udara dalam lalu menghembuskannya perlahan.

Tanganku Menarik gagang pintu ini sangat pelan.

Kemudian.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di balik pintu telah nampak beberapa orang.
Pandangan kami bertemu.
Degh.
Tapi hanya sesaat. Karena kepalaku langsung tertunduk karena malu.

Melihat dia sebentar saja membuat degupan jantungku sangat cepat begini.
Kegugupanku naik berkai-kali lipat.
Hanya menunduk yang bisa kulakukan saat ini.

Dia melangkahkan kaki kanannya terlebih dahulu melewati pintu, kemudian terdengar suaranya mengucapkan sebuah salam.

بسم الله و السلام على رسول الله
السلام عليكم
"Bismillahi wassalaamu 'alaa Rosulillah.
Assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam warohmatullah wabarokatuh," jawabku dengan suara lirih.

Aku mundur beberapa langkah kemudian dia mendekat dan menjulurkan tangan kanannya ke arahku.

Ummi telah berdiri di sampingku, mengetahui kegugupanku yang hanya diam tak langsung menyambut uluran tangannya.

"Salim, Sayang," intrupsi Ummiku.

Tanpa berpikir panjang. Aku pun meraih tangannya dengan gemetar. Kulit tangan kami untuk pertama kalinya bertemu. Kurasakan desiran yang luar biasa menghujat hatiku.

Aku menunduk. Kemudian membungkukkan badan.
Mencium tangannya tak sebentar.
Tak terasa air mataku berlinang.
Aku terharu.
Syukur tak terhingga kepadaNya  kupanjatkan.
Akhirnya dia kini telah halal bagiku.

Ya Robb.... Alhamdulillahirobbil'alamiin.
Hatiku menjerit.

Kurasakan tangan kirinya memegang pucuk kepalaku pelan karena diriku tak kunjung melepas ciuman di tangannya.

"Ehm... yang udah halal. Lama amat salimnya," ucap lirih Kak Diyah. Menggoda kami berdua.

Aku pun melepas sentuhan tangan kami. Canggung plus malu diledekin kayak gitu.
Kami Saling berdiri berhadapan tanpa adanya saling tatap.

Hening sesaat. Kemudian suara asing masuk ke pendengaranku.

"Maaf... silahkan Tanda tangan di sini dulu." Suara pak penghulu mengintrupsi kami untuk menanda tangani surat nikah dan tetek bengeknya.

"Cie.... akhirnya Fathimah jadi adik ipar kakak beneran nih." Mulai nih Kak Diyah menggodaku begitu pak penghulunya cabut meninggalkan kamarku.

"Hehe iya, Kak." Jawabku tersenyum salah tingkah.

Melihat interaksi kami. Akhirnya Ummi angkat bicara yang berada ditengah-tengah kami.

"Sudah Diyah... ayo keluar. Beri kesempatan mereka berdua untuk melepas rindu." Intrupsi Ummi yang ikut-ikutan malah menggodaku.

"Hehe iya ayok, Mi."

Kini hanya ada aku dan dia sangat.
Aku mencoba untuk mengangkat kepalaku.
Urung. Aku kembali menunduk.

Kurasakan dua buah tangan memegang kedua pundak ini. Lalu, mengantarkanku untuk duduk di tepi ranjang.

"Nih," ucapnya memberiku seikat bunga. Aku pun menerimanya.

Aku masih bertahan dengan posisi menunduk.
Entah mengapa. Tingkat maluku saat ini menjadi berpuluh kali lipat.
Untuk melihatnya saja begitu malu.

Sampai sebuah telunjuk yang sedikit terlipat meraih daguku. Kemudian mengangkat pelan wajahku sehingga mau tak mau aku mengikuti gerakannya.

Degh....
Jantungku memompa semakin cepat dan sangat cepat.

Netra kami bertemu dan saling menatap, diikuti ulasan senyum yang begitu menyejukkan Qolbu.

Ya Allah.... tampannya suamiku.
Memakai kemeja dan songkok yang sama-sama berwarna putih.
Terlihat gagah dan wajahnya berseri. Kentara banget pancaran kebahagiaan darinya.

Dia...
Dia yang kini berada dihadapanku adalah suamiku???
Benarkah??

Wajahnya dengan perlahan mendekat. Dia memperlebar senyumnya sehingga tampak gigi putihnya yang menambah kadar ketampanannya, saat aku mempererat pegangan bunga ditanganku.

Kini wajah kami semakin dekat, sehingga hembusan nafasnya terasa seakan meniup pelan wajahku.

Dengan perlahan dia mendekatkan bibirnya ke keningku.
Bismillahirrohmanirrohim.
Ucapnya lirih.

Cup...

Dia berhasil mengecup keningku.
Begitu lembut dan hangat kurasakan.
Hangatnya keningku terus menjalar membuat kedua mataku terpejam.
Menikmatinya.
Yah...
Menikmati sentuhan bibirnya yang begitu lembut, sehingga desiran begitu dahsyat kurasakan sampai ke ulu hatiku.

Bahagia. Sangat bahagia kurasakan.
Kecupan kening pun perlahan terlepas.

"Aku akan baca doa. Kamu yang aminin ya," tuturnya. Aku pun mengangguk.

Kemudian dia meletakkan telapak tangan kanannya di atas ubun-ubunku dan mengangkat tangan kirinya lalu berucap doa.

اللهم إنى أسألك خيرها وخير ماجبلتها عليه، واعوذبك من شر هاوشرما جبلتها عليه.

"Wahai Allah ! Sesungguhnya aku memohon kepada Engkau atas kebaikannya dan kebaikan sesuatu yang telah Engkau watakkan kepadanya. Dan saya memohon perlindungan kepada Engkau dari kejelekannya dan kejelekan sesuatu yang telah Engkau watakkan kepadanya."

Aku ikut menengadahkan tangan. Mengamini setiap lafadz do'anya dengan Khusyu'.

Seusai berdoa. Tangannya meraih kedua tanganku. Menggenggamnya lembut sembari berucap.

يازوجتي
انشأالله
ﺃﺣﺒﻚ ﻓﻲ ﻛﻞ ﻟﺤﻀﺔ ﺗﻤﺮ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻲ

ﻻ ﺃﺭﻳﺪ ﺳﻮﻯ ﺃﻥ ﺃﻛﻮﻥ ﺷﻴﺌﺎ ﺟﻤﻴﻼ ﻓﻲ ﺣﻴﺎﺗﻚ ﻳﺮﺳﻢ ﻋﻠﻰ ﺷﻔﺘﻴﻚ ﺍﻹﺑﺘﺴﺎﻣﺔ ﻛﻠﻤﺎ ﺧﻄﺮﺕ ﻋﻠﻰ ﺑﺎﻟﻚ
"Yaa Zaujatiy.
Uhibbuki fi kulli lahdzotin tamuuru fii hayati"

"Laa uridu siwa an akuuna Syai an jamilan fi hayatika yarsumu a'laa syafataika al ibtisamah kullamaa khotortu alaa baalika"

Mataku berkaca-kaca mendengarkan ucapannya, penuh haru dan bahagia.
Tanganku pun membalas genggaman tangannya seraya berkata

انشأالله. و انا كذالك.
شكرا جزيلا يا حبيبي  احبك فى الله.

"In syaa Allah. Wa ana kadzalik ya Zauji.
Syukron jazilan ya habibiy. Uhibbuka Fillah."

Tanpa dicegah lagi. Dia menarik tubuhku ke dalam dekapannya.
Hangat. Desiran hatiku semakin menjadi. Pertama kalinya diriku berada di pelukan seorang lelaki selain Abi dan kakekku.
Aku bisa merasakan degupan jantungnya yang tak kalah cepat.
Ternyata dia juga berdebar ya. Batinku

"Apakah kamu merindukanku?" Tanyanya tanpa melepaskan pelukannya.
Aku pun hanya mengangguk.

Tak lama di apun melepas pelukannya.
"Aku sangat merindukanmu, Istriku. Aku sangat bahagia, akhirnya kita bisa bertemu dalam ikatan halal.
Malam ini kau begitu cantik," ucapnya, jemari tangan kanannya mengelus pipiku pelan.

Blush...
Pipiku memanas. Semburat merah pasti menghiasi pipiku saat ini. Aku hanya tersenyum menatapnya.

"Ngomong dong. Dari tadi senyum-senyum aja," ucapnya melihatku terdiam.

"Iya.. aku juga." Akhirnya hanya kata ini yang terucap olehku.

"Juga apa?" tanyanya. Kayaknya mulai gemas nih.

Hmm ni anak mulai deh.  Nyebelinnya. Batinku.

"Sayang.... juga apa?" Tanyanya kembali memegang tangan kananku.

Apa?? Sekarang dia panggil aku sayang???
Aku nggak salah denger kan?. Batinku.

Aku semakin gugup kemudian dengan cepat ku menyelesaian beberapa kata, ""Mmmm... ju-juga merindukanmu dan bahagia."

Tampak dia tersenyum sangat manis.
(Awas ada semut ya !!! 😃😃😃)

Allahu akbar Allahu akbar.

Gema adzan hadir memecah obrolan di antara kami. Setelah membaca do'a sesudah adzan.

"Kita sholat isya' berjamaah dulu ya. Baru nanti kita ke depan kumpul bersama keluarga," ucapnya yang ku jawab dengan anggukan kepala.

Dia pun beranjak ke kamar mandi. Sedangkan aku berjalan ke arah lemari untuk mengambil 2 sajadah dan satu mukenah.

-----***-----

.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung
11Robi'ulAwwal1440H.
Repost : 30 J. ULA 1441 H

Nanti malam adalah hari kelahiran Nabi.
Marilah kita sambut dengan suka vita dan penuh syukur dengan perbanyak Sholawat kepada Baginda kita Nabi Muhammad SAW.

❣❤❤❤❤❤💚💚❤❤❤❤❤❣

*Assalamu'alaikum sahabat pembaca.
Alhamdulillah part ini selesai lebih cepat dengan cover baru ya.
Gimana bagus nggak?? 😉

Saya semangat nih ngetiknya.
Semoga suka dan memberikan manfaat ya. Aamiin 😄😄😄

kemungkinan sebentar lagi cerita ini akan tamat 😣

Seru nggak sih cerita ini?

Tapi yang lebih penting.
Saya  berharap cerita ini bisa menambah ataupun mengingat kembali ilmu yang bisa bermanfaat ya.
Ambillah apa yang baik. Dan buanglah apa yang jelek dari cerita ini.

Oia dari pada penasaran arti ucapan Mukhlis pada Fathimah.
Saya kasih tau Artinya bahasa arab yang di katakan sepasang kekasih halal diatas ya."😄😄😄

💗Wahai Istriku.
In syaa Allah (jika Allah menghendaki)
Aku mencintaimu sepanjang waktu dalam hidupku
Aku tidak ingin kecuali menjadi sesuatu yang indah dalam hidupmu yang dapat melukiskan senyum di atas kedua bibirmu tatkala engkau mengingatku

💗In syaa Allah (jika Allah menghendaki) sayapun begitu.
Terimakasih kekasihku.
Saya mencintaimu karena Allah.

Doa"  dan hadits di atas saya salin dari kitab Qurotul uyun.

Jangan lupa tadarrus Al Qurannya ya.

Ditunggu vote dan komentarnya.
Semoga bisa menambah ilmu dan bermanfaat 😄😄😄

Syukron
Wassalam

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top