Chapter 03: News About The Second Accident.
Aku tahu yang namanya kebetulan sangat jarang terjadi dua kali dan tidak mustahil. Aku tahu, tapi tetap saja ini mengganggu pikiranku. Soalnya hatiku khawatir jika ada kebetulan ke dua, maka yang ke tiga dan ke empat mungkin terjadi juga! Jika benar-benar seperti ini, maka aku akan berkata pada diriku sendiri, "Kau pasti masih di alam mimpi."
Rasanya seperti melihat mimpi yang sama. Hanya saja dengan versi berbeda. Kejadian waktu itu, ketika lempengan sayap pesawat jatuh, seharusnya aku tidak tahu akan terjadi kecelakaan. Begitu yang di dalam mimpi. Akibat tidak mengetahui akan terjadi kecelakaan, saat itu aku tengah menyeberang dan tersenggol oleh pengendara motor yang terdorong jatuh oleh kendaraan di depan.
Dalam mimpi, aku mengalami luka ringan dan butuh sekitar 3 hari untuk menyembuhkan lecet dan memar di kulit. Aku pun izin libur selama dua hari karena tubuhku sakit setiap kali digerakan. Selain sakit, pada hari yang sama dengan kecelakaan, aku pun mengalami demam akibat luka meradang.
Aya sampai ikut-ikutan izin kerja karena khawatir. Padahal aku sudah memintanya untuk tidak terlalu mengkhawatirkanku. Jika memang bertambah parah, aku pasti akan meminta tolong Aya. Sayangnya, dia tetap bersikeras untuk menjagaku. Aku pun hanya bisa pasrah dan merasa tidak enak karena sudah merepotkan Aya.
Kali ini, untungnya aku baik-baik saja karena sudah menyeberang jalan raya ketika kecelakaan terjadi. Waktu itu aku sudah berada di zona aman. Untunglah saat itu aku terus melangkah mundur meski ini tindakan impulsif. Hatiku terus merasa tidak nyaman sehingga terus menjauh.
Haa ....
Sejujurnya, sekarang aku merasa sangat bersyukur. Jika tidak lolos dari kecelakaan kemarin, mungkin pekerjaan yang diberikan oleh Bu Sheena tidak akan kelar lebih awal. Meski harus kuakui kerjaan di kantor masih banyak, tapi masih masuk kategori wajar.
Selain itu, aku tidak jadi merepotkan Aya. Sejujurnya aku sungguh tidak enak jika Aya harus sampai izin hanya untuk merawatku. Selama ini aku sudah banyak merepotkannya. Dia memang tidak pernah mengeluh soal diriku, tapi, kan, aku masih tahu diri juga. Paling tidak, ketika gajian, aku akan mentraktir Aya makan di suatu tempat sebagai ucapan terima kasih. He he he ....
Sudah 5 hari berlalu semenjak kejadian itu. Pemberitaan tentang kecelakaan itu masih jadi pembicaraan hangat. Rekan-rekan sekantorku saja masih membicarakan hal ini. Kudengar dari Aya, bahwa rekan-rekannya juga ikut membicarakannya.
"Hei. Kenapa lagi, Lyner? Tumben kurang semangat. Kena marah Bu Sheena lagi?"
Aku yang tengah sibuk bekerja sambil setengah melamun langsung melirik Gilbert. Dia berdiri di belakang kiriku dan tengah memegangi secangkir kopi. Aroma kopi yang khas membuatku ingin meminta tolong pada OB untuk dibuatkan secangkir juga.
"Geez, Gilbert, kenapa setiap saat aku kurang semangat, maka kau akan mengaitkan dengan Bu Sheena?" Alisku terangkat sebelah sambil menoleh pada Gilbert.
"Ya, siapa tahu kau diberi tugas extra olehnya?" Gilbert kembali ke mejanya dan duduk. Kelihatannya dia melihat tugasku karena ingin memastikan dugaannya benar atau salah.
"Memangnya pekerjaanmu sudah selesai?" Aku pun penasaran dan mencondongkan tubuhku ke arah meja kerja Gilbert.
"Untuk yang penting-penting sudah selesai." Gilbert menyengir. Bisa kulihat masih ada beberapa berkas yang belum dikerjakan. Tampaknya merupakan kategori tidak terlalu penting dan bisa dikerjakan dengan santai, makanya sekarang dia begitu santai menikmati kopi hangat.
Ugh, harus kuakui dia memang pintar mengatur waktu. Saat ini aku masih sibuk mengerjakan berkas-berkas yang diserahkan padaku. Sialnya, aku tidak bisa berkonsentrasi dengan baik. Ada beberapa karyawan yang sibuk bergosip. Sebenarnya aku tidak terganggu jika mereka berisik, tapi ada hal lain mengusikku. Hal yang mereka bicarakan, yaitu kecelakaan waktu itu.
Telingaku ini lebih banyak menggunakan konsentrasi karena menguping pembicaraan mereka terus-menerus dibandingkan fokus pada layar komputer. Tidak ada yang baru di gosip mereka, hanya saja aku sulit menghentikan diri untuk tidak menguping. Dalam lubuk hati, aku sangat mengharapkan informasi baru. Terutama tentang penyebab kecelakaan terjadi yang belum diumukan oleh pihak bertanggung jawab.
Bukannya tanpa alasan, tapi aku sangat penasaran dan ingin membuktikan mimpiku ini bukan kebetulan!
"... ini masih belum pasti, soalnya didapatkan dari internet."
"Oh ya? Soal apa? Jangan bikin aku penasaran."
"Begini, di internet beredar foto kalau sebelum pesawat lepas landas, lempengan sayap pesawat seperti sedikit terkelupas gitu."
"Masa sih?"
Pembicaraan dua orang wanita, yang tidak terlalu jauh dariku, membuat tanganku seketika berkedut. Akibatnya aku salah ketik dan segera menghapus tulisan yang salah. Setelah dihapus, aku berhenti bekerja sejenak dan fokus mendengar pembicaraan mereka. Ini dia yang kutunggu-tunggu sedari kemarin.
Aku bukan penggosip seperti mereka sehingga malas mencari informasi di internet. Apalagi informasi internet itu bagaikan mencari ikan di lautan samudra. Saking banyaknya bikin orang bingung saja yang mana benar dan palsu.
"Iya. Katanya sih sudah terkelupas beberapa hari sebelum terjadi kecelakaan sehingga terlepas dari pesawat akibat turbulansi saat terbang. Adanya masalah internal pada perusahaan penerbang itu membuat mereka memotong jumlah teknisi mereka dan juga kualitas suku cadang. Selain itu, benda yang jatuh itu merupakan bekas dari pesawat lain yang digunakan untuk perbaikan pesawat yang masih digunakan. Tentu saja tipe pesawatnya sama, makanya bentuknya cocok."
"Eeh ...? Separah itukah kondisi keuangan mereka?"
"Iya, kalau tidak terjadi kecelakaan, mungkin tidak akan ada yang tahu. Soalnya dengan ditutupi oleh cat baru, material komposit yang jatuh kemarin tidak terlihat seperti bekas."
"Material komposit? Bukan lempengan besi?"
Material komposit? Aku kira lempengan besi yang jatuh kemarin. Saking terperangahnya, aku tidak memperhatikan dengan detil benda yang jatuh. Di berita juga tidak menyebutkan benda yang jatuh sejenis material komposit, cuma dibilang bagian dari sayap pesawat yang jatuh. Aku baru tahu ....
"Bukan, jaman sekarang, sebagian besar rangka pesawat terbuat dari material komposit dengan alasan lebih murah, ringan, dan kuat. Harga besi almunium alloy, steel, dan titanium sangat mahal dan berat, sehingga tidak banyak digunakan. Sedangkan yang di bagian sayap dan badan pesawat hampir sebagian besar menggunakan material komposit."
"Oh begitu. Tadi kau bilang bekas? Tapi masih dalam kondisi bagus, kan?"
"Dari pembicaraan orang-orang di internet, mereka mengira bahwa penggantian bagian sayat pesawat itu dengan benda bekas hanya untuk sementara saja. Hanya saja, akibat kelalaian atau kesengajaan, hingga kecelakaan itu tidak terjadi penggantian. Banyak yang bilang sih para teknisi menutup mata soal ini."
"Tapi itu juga belum pasti, kan? Segala kabar di internet suka berakhir dengan hoax ...."
"Memang sih. Sumber yang kubaca memang tidak menjamin kebenarannya, tapi mereka yang berbicara di sa— "
Brak!
Mendadak suara gebrakan meja mengagetkanku. Aku sampai terlonjak. Siapa sih yang tiba-tiba memukul meja di saat aku tengah sibuk menguping. Dari suara tadi, seharusnya tidak terlalu jauh dariku.
Kunaikan leherku dan melihat dari balik partisi. Astaga ..., ternyata pelakunya Bu Sheena! Kapan pula dia datang? Kuyakin dia menghentakan meja tadi karena kesal melihat beberapa karyawan bergosip dibandingkan bekerja.
Apalagi kedua wanita tadi. Mereka sudah bergosip lebih dari 30 menit saking serunya topik pembicaraan. Aku segera buru-buru melanjutkan pekerjaanku sebelum Bu Sheena mengecek tugasku.
Haa ... setiap kali melihat Bu Sheena, tidak tahu mengapa tubuhku pasti mengucurkan keringat dingin. Bukannya apa, tapi ketika dia menghampiriku, pasti bukan karena niat baik.
"Kalian ini gosip melulu! Jika kalian tidak ingin bekerja, ya berhenti saja!"
Suara Bu Sheena yang melengking terdengar ke seluruh ruangan. Aku tahu amarahnya bukan tertuju padaku, tapi kepalaku refleks menunduk. Kurasa ini akibat kebiasaanku yang selalu menunduk ketika dimarahi.
"Maafkan kami, Bu Sheena. Kami masih ingin bekerja di perusahaan ini ..." Dua wanita penggosip tadi terdengar meminta maaf pada Bu Sheena.
Aku tidak melihat ekspresi mereka, tapi kuyakin wajah mereka pasti pucat pasi. Jika mau, Bu Sheena bisa memecat kedua wanita ini hari ini juga. Tentu saja jika itu terjadi, tugas kedua wanita ini akan dibagi ke karyawan lain dan itu merupakan mimpi buruk! Mengapa? Artinya beban pekerjaan bertambah! Astaga! Aku hanya bisa berharap dalam hati bahwa Bu Sheena tidak akan memecat kedua wanita ini.
"Berkas yang kalian kerjakan sudah selesai?"
Mata Bu Sheena pasti tengah menatap tajam kedua wanita ini. Aku tahu karena setiap kali Bu Sheena berkata demikian padaku, matanya menyipit dan terasa menusuk.
"Se-sedikit lagi selesai ..." salah satu wanita itu menjawab.
Hening ....
Astaga, jeda yang Bu Sheena berikan sungguh menyesakan hati. Semua karyawan mematung semenjak kedatangan Bu Sheena. Jika aku punya jarum dan dijatuhkan ke lantai, pasti suaranya akan terdengar sangat jelas di keheningan ini ....
"Lyner."
"Y-ya!" Mulutku refleks menjawab ketika mendengar Bu Sheena memanggil.
"Kerjakan sisa tugas mereka karena mereka dipecat hari ini juga."
Dalam hati, aku memuntahkan darah(1). Mengapa harus aku!? Masih banyak karyawan lain, Bu Sheena!! Aku segera menoleh ke Gilbert, mengharapkan sukarelanya untuk membantuku. Minimal, hentikan Bu Sheena memecat kedua wanita ini!
Mulut Gilbert berkedut ketika melihat tatapan memelasku. Aku mengatup kedua tanganku sambil memberi gerakan memohon. Jika Gilbert yang berbicara, paling tidak Bu Sheena akan mendengar. Soalnya, di antara seluruh karyawan, Gilbert adalah salah satu orang yang dekat dengan Bu Sheena. Kinerjanya yang baik membuat Bu Sheena sering mengandalkan Gilbert jika ada keadaan mendesak.
Selain itu, hubungan mereka juga dekat ....
Hm? What the heck? Dekat? Dari mana pula asal-muasal pemikiran tadi?
Aku tidak pernah sekali pun melihat keduanya berbicara akrab satu sama lain, tapi mengapa ada rasa seperti mereka memang memiliki hubungan? Bu Sheena dan Gilbert? Keduanya selisih umur 4 tahun dan Bu Sheena yang lebih tua. Rasanya tidak mungkin keduanya memiliki hubungan, tapi mengapa aku merasa firasat ini benar? Dari mana datangnya sih? Ada-ada saja!
Gilbert menggelengkan kepalanya dan mendesah. Mungkinkah dia menolak permintaan tolongku!? Jika benar, rasanya aku ingin menangis. Untuk beberapa hari ini pekerjaanku pasti menumpuk banget. Haa ...
"Bu Sheena."
Ng? Kenapa Gilbert memanggil Bu Sheena? Dia berubah pikiran?
"Apa, Gilbert?"
Uh, nada suara Bu Sheena terdengar tidak senang. Sudah kuduga, keduanya pasti tidak memiliki hubungan apa-apa. Jikalau ada hubungan, seharusnya ada perbedaan sikap antara karyawan lain dengan Gilbert. Paling tidak, nada normal, tidak seperti sekarang.
"Ada baiknya Bu Sheena memberikan kesempatan untuk terakhir kali. Bagaimanapun juga, jika keduanya mendadak diberhentikan, kinerja perusahaan akan sedikit terganggu. Berikan evaluasi ulang. Jika masih mengecewakan, carikan dahulu pengganti baru memecat mereka." Gilbert tampak tersenyum pasrah ketika mengatakannya. Tentu saja hanya aku yang melihatnya. Bu Sheena mana bisa melihat karena terdapat partisi sebagai penghalang.
Dalam hati, kuberikan dua jempol untuk Gilbert. Solusi yang mantap! Kalau Bu Sheena menerima usulan Gilbert, maka tidak hanya kedua wanita itu yang terselamatkan, tapi aku juga! Takutnya jika mereka dipecat, maka aku akan menyusul karena gagal menyelesaikan tugas yang dilemparkan padaku!
Sekali lagi hening. Keringat dingin bercucuran dari wajahku. Semoga diterima, semoga diterima. Kata-kata ini terus kuucapkan dalam hati.
"Seminggu."
Haa? Apa maksudmu, Bu Sheena? Kau tidak memintaku untuk menyelesaikan tugas dalam seminggu, bukan? Aku ingin mengatakan ini, tapi Bu Sheena bukan tengah berbicara denganku.
"Kalian berdua kuberikan waktu seminggu. Jika kinerja kalian tidak meningkat, maka siap-siap untuk angkat kaki dari kantor ini."
"Te-terima kasih, Bu Sheena!"
Aku mengintip di balik partisi. Pas sekali aku menangkap Bu Sheena mendengus dan berjalan pergi dari ruangan. Sepertinya tadi dia datang sekadar untuk inspeksi kerja. Ha ....
===================
(1) Muntah darah: Berdasarkan penelitian medis, salah satu penyebab muntah darah bisa disebabkan karena tekanan berat di batin. Di novel Cina banyak menggunakan istilah muntah darah ketika dihadapi sebuah situasi yang membuat batin tertekan berat. Entah karena terlalu emosi atau singgungan yang sangat menyakiti hati. Tentu saja di Indonesia kasus seperti ini jarang terjadi karena rata-rata orang yang mengalami muntah darah disebabkan oleh penyakit atau hal lainnya.
==================
JuliaRosyad9 ohmytensionfly deanakhmad sicuteaabis veaaprilia awtyaswuri salmabalqis cha2_riyadi princessteacha
metha_s rainbowtears15 rioni_rin Simbaak hijrah Tree_Noktah Baeni irmaharyuni
KenAzka evenatka jennielaksmi25 PenaGieska re_sankyu Suju_shan Senandung_dunn_merdu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top