3. Gladi
Saat ini, kalian ada di arena tarung. Profesor meminta masing-masing untuk mengambil satu jenis pedang lalu, meminta kalian untuk menyerang teman sekelas kalian.
Profesor ingin tahu, jenis pedang apa yang akan kalian gunakan dan bagiaman kalian menyerang lawan kalian.
***
Kami digiring dan masuk ke sebuah lorong panjang. Kami menlintasi lorong itu sampai terlihat cahaya di ujung. semakin mendekat ke sumber cahaya, semakin terdengar sorak-sorai dari sekumpulan orang. Tidak, aku rasa itu lebih dari sekumpulan orang dan ternyata benar saja, ribuan orang telah bersorak untuk menyaksikan sebuah pertandingan. Akan tetapi, siapa yang akan bertanding?
Sampai akhirnya suara sang profesor terdengar, rupanya profesor itu telah berada di atas podium yang kami bisa melihatnya meski samar.
Sang profesor meminta kami untuk mengambil masing-masing pedang yang telah bertengger dan tersusun rapi di dinding dengan bercak hitam di beberapa tepi dan aroma anyir yang melekat.
Aku melirik ke arah kumpulan trisula, tetapi seseorang teman memintaku untuk cepat mengambil senjataku dan aku memilih secara acak: Espada Ropera. aku langsung tertuju padanya kala ia mengeluarkan kilauan sinarnya, seakan menarik minatku padanya. aku tersenyum dan langsung mengambilnya.
Tak kusangka bahwa aku mendapat giliran pertama dan lawanku adalah pemain double sword, katana dari jepang.
Aku menyangka itu teman sekelas ku di Garuda, tetapi tidak demikian ... rupanya dia orang yang baru hadir menjadi teman sekelasku.
Namun, ini buruk aku belum mengenalnya dan sekarang aku bertanding dengannya.
Ini ... tidak mungkin, kan?
***
Ini gila, aku bertarung melawan pengguna dua pedang?
apakah ini mimpi? tolong sadarkan aku, apakah aku sekarang sedang tetidur panjang mirip Sleeping Beauty untuk yang kedua kalinya? aku berharap demikian karena ini adalah bunuh diri jikalau detik ini adalah kenyataan.
Aku tidak bisa menggunakan sihirku di sini, terlalu banyak orang. Aku tak menyukai keramaian yang akan menghancurkan. pikirku.
"Kau maju ... atau aku yang maju lebih dulu?"
"Aku tidak mneganggapmu lemah, tapi kamu seorang wanita yang perlu didahulukan, aku akan banyak mengalah dan tak mengeluarkan seluruh kemampuanku karena itu akan berisiko banyak padamu." Ucapan itu membuat darahku mendidih. apakah dia tidak takut denganku? rasanya dia memiliki sihir yang hebat, makanya ia bisa berbicara sesantai itu.
Aku maju lebih dulu dan melihat bagaimana respons darinya yang ternyata dia lebih memilih untuk terus menghindar dengan tenang. Aku pikir dia sengaja membuatku letih. sampai-sampai dia menjadi dua tubuh yang kemudian berpindah ke arahku.
Tidak, itu bukan jurus pengganda tubuh. itu adalah magic ilution di mana penggunanya akan tampak seperti berpindah tempat dan menggandakan tubuh.
aku merasakan desiran angin di sekitar tengkuk dan liontin yang menggantung di leherku berayun, tubuhku merayapkan aliran listrik ke udara dan merayap ke pedang rapier di tanganku, pedang itu menyatu dnegan sihirku dan mengarah ke belakang tubuhku sampai suara nyaring dari tiga pedang yang beradu membuat penonton terperangah.
Lagi dan lagi seperti kilatan kami bermain satu sama lain, belum ada yang rubuh, tetapi aku merasakan perih di sekitar pipi, lengan, kaki, dan perutku. Hingga kami berdua lelah dan berhenti. aku berdiri dengan napas tersengal, dan pedang di tanganku aku jadikan tumpuan untuk menopang tubuhku yang hampir limbung. Sementara, di seberang kusaksikan pemuda pemakai dua pedang itu telah terkapar dengan kedua pedangnya tergolek yang sebelumnya terpelanting beberapa meter dari tempat kami bertarung.
Pedang pemuda itu mengeluarkan asap dan mata pedangnya telah banyak kikisan.
Semua penonton bersorak.
Apakah, aku ...?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top