02; (Almost) Together
Tony hanya mengerutkan dahinya menatap Steve yang balas menatapnya penuh dengan harapan. Tidak ada senyuman di wajahnya, rautnya tampak terlihat sangat serius kala itu. Ia bahkan beberapa saat lupa untuk bernapas sebelum akhirnya ia memicingkan matanya.
"Kau serius mengatakan itu? Setelah apa yang kau lakukan padaku baik saat Accord ataupun saat di Siberia, kau berharap jika aku akan kembali padamu?" Tony tampak mendengus tidak percaya mendengar mantan kekasihnya itu berbicara, "tidak Rogers. Aku sudah cukup dibohongi olehmu. Kau memilih Barnes ketimbang keluargamu, dan kau tidak akan mendapatkannya lagi."
Tony tampak berdiri dan berbalik pergi begitu saja meninggalkan Steve yang hanya menatapnya sedih.
.
.
"Hei..."
Suara ketukan pintu membuat Peter menoleh dari dalam kamarnya. Ia menemukan Harley yang membawa bantalnya, tampak menatap Peter dengan mata sembab.
"Kau ingin tidur disini juga?"
Harley mengangguk, berjalan mendekat melihat Morgan yang tertidur di samping Peter. Ia duduk di sisi lain Morgan, dan Peter membantunya membenahi bantal yang ia letakkan disamping Morgan.
"Ia menangis, khawatir karena ia tidak pernah melihatku dan kau menangis," Peter bergumam dan menepuk selimut Harley saat adiknya itu berbaring masih menatapnya, "kurasa aku membuatnya panik. Maaf..."
"Untuk apa kau meminta maaf? Kau tidak menginginkan semua ini terjadi," Harley tampak berbisik tidak ingin membangunkan Morgan. Peter hanya tersenyum dan menghela napas. Tidak perlu menjawab perkataan Harley atau menyangkal. Tentu ia tidak menginginkan ini, tidak ada yang menginginkan ini, "kau benar-benar... sakit?"
Peter membutuhkan beberapa detik untuk mengangguk. Ia sendiri tentu masih mencoba untuk menyangkal jika ia sakit. Ia sekarat. Tetapi itu adalah kenyataannya.
"Kenapa kau?"
"Kenapa bukan aku?" Peter tampak tertawa pelan dan menghela napas, "aku tidak bisa memilih kau tahu? Tenang saja, bukan berarti aku akan mati. Banyak sekali penderita kanker yang bisa hidup hingga puluhan tahun kau tahu?"
Dan banyak yang tidak selamat.
"Apakah setelah ini... aku harus meninggalkanmu dan Morgan?" Pertanyaan Harley menyadarkannya. Ia harus kembali ke tempat May, dan Harley harus kembali pergi bersama dengan Steve. Mereka tidak pernah mengatakannya, namun ketiganya tidak pernah mau untuk dipisahkan.
"Kau tahu jawabannya Lee. Kau tahu..."
Peter tampak hanya bisa tersenyum sedih, menatap Harley yang hanya bisa menatapnya dan kemudian menutup matanya. Menenggelamkan tubuhnya dibalik selimut, bergumam satu hal yang hanya bisa didengar oleh Peter saat itu.
"Aku berharap aku tidak perlu berpisah denganmu dan Morgan..."
Dan Peter hanya mengangguk dan mendekat pada Morgan yang tertidur diantara kakaknya. Tidak menyadari pintu yang terbuka sedikit, dan menampakkan Tony yang mendengar semua yang mereka katakan tadi.
.
.
Tentu saja Tony menolak.
Steve tahu itu, namun ia tidak ingin berhenti mencoba. Ia tahu perceraian ini sepenuhnya adalah kesalahannya. Kalau saja ia mengatakan pada Tony tentang Bucky, kalau saja ia memilih Tony dan ketiga anaknya, maka mereka akan tetap menjadi keluarga yang utuh. Ini semua adalah salahnya, itulah kenapa ia mencoba untuk meminta maaf seberapa banyakpun Tony menolaknya.
"Ayo tinggal bersama lagi..."
Steve tampak sedikit tersentak mendengar suara Tony yang tadinya sudah pergi. Ia berbalik dan menatap Tony yang hanya menatapnya dengan wajah lelah, "ajaklah Harley bersama denganmu. Aku akan memindahkan tempat tinggal ke menara Stark lagi karena disana Cho bisa membantu pengobatan dari Peter."
"Tony--"
"Jangan salah Rogers, aku melakukan ini untuk Peter," Tony sedikit mundur saat Steve mencoba untuk mendekat setelah berdiri dari tempat tidurnya, "aku hanya setuju untuk tinggal bersama lagi agar Peter, Morgan, dan Harley bisa berkumpul sepenuhnya lagi."
...
"Terima kasih Tony," Steve tersenyum sedih. Ia tahu ini bukan karena keinginannya, namun ini adalah langkah besar untuknya bisa kembali bersama dengan Tony sekecil apapun kemungkinannya.
"Aku akan pergi ke tempat May untuk meminta izin padanya membawa Peter bersama denganku."
.
.
Tentu saja May setuju, ia sudah mengetahui keadaan Peter dan sepakat jika bersama dengan Tony, maka ia akan mendapatkan pengobatan yang maksimal. Tony dan Steve datang bersama ke apartment May, beberapa hari setelah keputusan mereka saat Peter sedang tertidur.
"Kalian bisa masuk dan menunggunya untuk bangun. Tadi malam, ia mengeluh sakit kepala lagi," May tampak bergumam dan menghela napas, "ia baru bisa tertidur jam 3 pagi ini. Bersikeras untuk pergi ke sekolah. Beruntung aku berhasil membujuknya."
Tony dan Steve menoleh pada May sebelum mereka mengetuk pintu kamar yang ada di depannya perlahan. Tidak mendapatkan jawaban, Steve membuka perlahan pintu yang ada di depannya sedikit menampakkan Peter yang tertidur di ranjangnya.
Tony berjalan masuk saat Steve membuka pintunya lebih lebar. Ia duduk di tepi ranjang Peter dan mengusap rambut ikal Peter. Badannya sedikit panas, dan wajahnya pucat. Ia juga baru memperhatikan jika Peter terlihat sangat kurus saat itu.
"Ia sangat kurus," Tony berbisik dan Steve hanya menatap Tony sebelum ia duduk di samping tubuh Peter dan menyentuh tangannya, "aku seharusnya menyadarinya..."
"Kita seharusnya menyadarinya Tony," Steve tampak menghela napas dan menatap Peter yang sedikit menggeliat. Matanya menutup erat sebelum mengerjap dan membuka setengah. Kesadarannya belum sepenuhnya ia dapatkan, namun ia melihat Tony dan Steve disana.
"Dad? Pops?"
"Hei kiddo," Steve tersenyum.
"Kenapa kalian disini? Ini bukan waktu berkumpul," Peter mencoba untuk bangun namun Tony menahan bahunya lembut dan menggeleng.
"Kau tidak perlu bangun, kami kemari ingin menjemputmu. Ro--Steve bisa menggendongmu," Tony masih memainkan jemarinya di rambut ikal Peter, membuat anak itu tampak menikmatinya.
"Menjemput?"
"Kau mau tinggal denganku, ayahmu, Harley, dan Morgan lagi?"
"Tinggal bersama... seperti dulu?" Peter masih berbicara dengan nada bergumam. Ia menatap Tony dan Steve yang mengangguk sebelum ia tersenyum lebar, "tentu saja aku mau. Tetapi bagaimana dengan May...?"
"May sudah kuberitahu. Ia akan mengunjungimu setiap minggu di menara. Butuh bantuan untuk membereskan barangmu? Lupakan, aku dan ayahmu yang akan mengurusnya."
"Bisakah," Peter menahan tangan Tony dan Steve saat keduanya akan pergi meninggalkannya, "bisakah tetap seperti ini dulu?"
...
"Tentu."
.
.
"Tidak. Peter akan tidur denganku."
"Lee, aku ingin tidur dengan Peter. Barang-barang Peter akan ditaruh di kamarku."
"Ia tidak akan suka warna pink kamarmu bambina, ia menyukai warna biru seragamku."
Peter, Tony, dan Steve sampai di lantai paling atas menara Stark untuk menemukan Morgan dan juga Harley yang tampak bertengkar. Sesuatu yang jarang terjadi, karena Harley dan Peter sebisa mungkin menyetujui semua yang diinginkan oleh Morgan.
"Pete juga suka dengan warna pink kamarku!"
"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" Tony mengerutkan dahinya dan berjalan menghampiri Pepper yang menunggu kedatangan dari Peter, Tony, dan Steve sambil menjaga kedua anak lainnya.
"Mereka mencoba berlomba agar Peter tidur di kamar mereka."
"Mereka tahu jika Peter punya kamar sendiri seperti dulu bukan?" Steve menunjuk kearah Harley dan Morgan yang masih berargumen dan Pepper hanya tertawa pelan.
"Bagaimana kalau kalian berdua yang tidur di kamarku?" Peter tersenyum dan tampak melihat kedua saudaranya yang balas menatapnya. Dan segera, semua setuju jika ketiganya akan tidur di satu kamar meski barang-barang mereka akan berada di kamar masing-masing. Tony segera memesan ranjang ukuran besar untuk ketiganya.
.
.
"Hei Peter," Cho yang akan memimpin pengobatan bersama dengan Strange yang akan menjadi pengarah. Mereka masih mencoba untuk menghubungi Banner yang menghilang sejak Ultron. Cho sendiri juga sudah sangat familiar dengan Stark Rogers bersaudara karena ia sering merawat ketiganya sejak kecil jika Banner tidak ada.
"Aku sudah membaca laporan tentang kesehatanmu," Cho berusaha untuk mengatur nada bicaranya agar ia tidak terlihat gemetar, "aku akan memeriksa keadaanmu sekali lagi oke? Setelah itu, mungkin kita akan berjalan-jalan disini agar kutunjukkan beberapa tempat yang akan... yang akan sering kau kunjungi setelah ini."
Peter mengangguk, hari itu Steve yang menemaninya karena Tony harus mengurus beberapa pekerjaan yang tidak bisa digantikan oleh Pepper. Pepper berjanji setelah itu ia bisa menemani Peter. Cho mengecek seluruh hal pada Peter mulai dari tekanan darah, hingga pemeriksaan darah paling lengkap yang bisa dilakukannya.
"Sel darah putihmu sedikit tinggi. Tetapi untuk yang lainnya terlihat normal. Jika kau ingin, kita bisa melakukan Kemoterapi mulai minggu depan," Cho memandangi Peter yang hanya bisa mengangguk.
"Pops," Steve yang menemani Peter untuk berjalan-jalan saat itu tampak menoleh saat Peter memanggilnya, "bolehkah besok aku masuk sekolah?"
"Tentu, aku bisa mengantarkanmu. Tetapi kau merasa baikan?" Peter tersenyum dan mengangguk. Jarak dari rumahnya saat ini dan sekolah lebih jauh, namun Steve ataupun Tony sudah berjanji akan mengantarkannya jika ia ingin sekolah, "kenapa tidak beristirahat sedikit lebih lama lagi? Lagipula kau sudah mempelajari semua hal di sekolah bukan?"
Peter tampak tertawa dan hanya menggelengkan kepalanya.
"Hanya... ingin merasa sedikit lebih normal saja," jawab Peter mengangkat bahunya, "lagipula, jika aku terus menerus izin tidak masuk, bisa-bisa aku tidak akan lulus sekolah pops."
Peter tampak sedikit canggung mengatakan itu. Karena itu adalah hal yang sensitif saat ini. Mereka tahu, jika bahkan kalaupun Peter terus bersekolah, dengan keadaannya seperti ini kemungkinan ia bahkan tidak akan bisa bertahan hingga kelulusan.
"Ini adalah ruangan kau akan melakukan Kemoterapi. Ayahmu sudah memintaku untuk mempersiapkan semua hal yang kau butuhkan. Laptop, handphone, permainan, TV, semua yang kau butuhkan untuk menghadapi kemoterapimu nanti," Peter bisa melihat ruangan yang ada didepannya itu tampak cukup luas dengan kursi yang nyaman juga beberapa tiang infus. Ia juga melihat beberapa DVD dan juga TV, juga video game.
"Dad terlalu berlebihan."
"Kau yang paling tahu ayahmu Peter," Steve tertawa dan tampak mengusap kepalanya.
"YANG DIDEPAN AWAS!"
Ketiga orang yang sedang berjalan itu tampak mengerutkan dahinya dan melihat ke depan hanya untuk melihat Peter terjatuh karena ditabrak oleh seseorang yang saat ini juga ikut terjatuh dan berada diatasnya.
"Maafkan aku!"
"Wade Winston Wilson, kembali kemari atau aku bersumpah akan menguncimu di kamarmu."
"Kau tidak perlu melakukannya old hag! Aku hanya ingin berjalan-jalan. Kamarku sangat membosankan, dan Laura tidak ada hari ini," Wade, atau itu yang disebut oleh seseorang dan dijawab oleh pemuda yang masih tidak bergerak dari atasnya.
"Logan."
"Cap, sudah lama tidak melihatmu kemari. Apakah ada yang terluka?" Logan tampak melihat Steve yang berada di depannya. Logan, atau sering disebut Wolverine, anggota X-Men yang cukup sering membantu beberapa misi anggota Avengers. Tentu mereka tidak begitu dekat, namun cukup untuk mengenalnya dan tahu sifat aslinya.
"Tidak, aku mengantarkan Peter untuk melihat-lihat..."
"Peter?"
"Hei Paman Logan," Peter tampak tersenyum dari posisinya yang berbaring dan mengibaskan tangannya, "bisakah membuatnya bergerak dari depanku? Aku tidak bisa bangun."
"Baru kali ini aku bisa bertabrakan dengan seorang malaikat yang manis. Kurasa aku lebih suka disini, terima kasih," Wade masih tersenyum dan menatap kearah Peter di bawahnya. Namun, sepertinya Logan tidak menerima penolakan, berjalan dan memukul kepala Wade sebelum menariknya menjauh dari Peter.
"Aku benar-benar yakin kalau kau yang membuatku sakit lebih parah pops," Wade mengaduh dan tampak berdiri. Ia mengulurkan tangannya kearah Peter yang bangkit dari posisinya, "kau tidak apa? Sungguh, aku minta maaf. Ayahku sama sekali tidak punya belas kasihan pada anaknya sekalipun."
"Uh, tidak apa," Peter menerima uluran tangan itu dan tampak mengangguk pelan. Kali ini ia bisa melihat dengan jelas pemuda yang menabraknya itu. Wajah pucat dan kurus, namun tampak tersenyum. Lalu ia mengenakan topi rajutan yang menutupi kepalanya.
"Namaku Wade, aku boleh tahu namamu babyboy?" Peter tampak sedikit memerah wajahnya mendengar panggilan dari Wade untuknya.
"Jangan memanggilku seperti itu," Peter tampak bergumam dan memalingkan wajahnya, "Peter. Namaku adalah Peter Pa--Rogers... Stark."
Peter melirik kearah ayahnya yang balas menatapnya dan tersenyum serta mengangguk. Steve dan Tony sepakat untuk menyembunyikan jika mereka masih belum bersama dari ketiga anaknya. Tentu saja Steve sangat senang saat Peter tetap mau memperkenalkan dirinya dengan namanya dan Tony.
"Oh, pops kau tidak pernah mengatakan jika anak dari Tin Can dan juga Captain Ass semanis ini!" Steve tampak mengerutkan dahinya mendengar panggilannya dan juga Tony dari Wade. Logan hanya bisa menggelengkan kepalanya dan menatap Steve meminta maaf dengan tatapannya.
"Sudah saatnya kau kembali ke kamar, meminum obatmu, dan beristirahat. Bukan malah menggoda anak lainnya terutama Peter," Logan menjewer telinga Wade dan menariknya menjauh dari Peter.
"Baik-baik, kau tidak perlu menjewer telingaku! Aku akan kembali, lepaskan dulu," Logan melepaskan jewerannya, dan Wade tampak mengaduh sejenak sebelum tersenyum penuh arti. Ia berjalan mendekati Peter yang sedikit mundur, sebelum melayangkan ciuman di pipi Peter sebelum Steve sempat menghentikannya.
"Sampai jumpa babyboy!"
Peter hanya bisa membulatkan matanya dan memegangi pipinya yang entah kenapa memanas. Oke, ia tidak pernah menyangka akan begitu saja dicium oleh seseorang. Tidak pernah ada yang menciumnya selain kedua ayahnya juga paman serta bibinya. Bahkan Ned sekalipun.
Tetapi, ia merasa itu bukanlah hal yang buruk.
.
.
"Ia melakukan apa?!"
Peter memutuskan untuk ikut dengan Steve menjemput Harley di sekolahnya. Steve menceritakan bagaimana mereka bertemu dengan Wade dan bagaimana Wade mengakhiri pertemuan mereka dengan sebuah kecupan di pipi Peter.
"Berhentilah menceritakan itu pops," Peter menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Steve hanya tertawa. Harley sendiri menatap kesal, kearah Peter. Bukan karena ia kesal dengan Peter, namun karena membayangkan seseorang mencium Peter. Kakaknya.
"Tidak ada yang boleh menciumnya selain kau, dad, Morgan, dan paman juga bibi," Harley tampak terlihat kesal. Ia mengacak rambutnya frustasi, "aku gagal melindungi kepolosannya!"
"Kau sadar kalau aku lebih tua darimu bukan?"
"Dan kau yang tidak pernah memiliki kekasih. Bukan aku," dan itu adalah serangan telak dari Harley. Harley sepertinya mewarisi sifat playboy dari Tony. Dengan wajahnya yang tampan, tentu saja tidak susah untuk mendapatkan kekasih yang sayangnya tidak bertahan lebih dari satu bulan lamanya.
"Sudah kukatakan aku akan ikut saat ia berada di rumah sakit."
"Tidak saat kau sekolah buddy," Steve menyentil dahi Harley dan tersenyum. Perjalanan mereka tampak dipenuhi dengan cerita bagaimana Harley kembali memiliki kekasih, lalu apa yang dikerjakan oleh Harley di sekolah, juga apa saja rencana yang akan dilakukan Peter untuk pengobatannya.
Steve berharap semua ini akan terus seperti ini. Ia tidak ingin semua berubah menjadi sesuatu yang lebih buruk.
.
.
"Dicium oleh siapa?"
Harley tentu menceritakan hal itu pada Tony yang segera menatap tajam kearah Steve seolah mengatakan jika ia sama sekali tidak menjaga Peter dengan baik.
"Dad, usiaku 16 tahun. Jangan memperlakukanku seperti anak berusia 5 tahun."
"Kau benar, aku harus memperlakukanku seperti anak berusia 3 tahun," Tony tampak mengangguk-angguk, dan hanya tertawa mendengar protes dari Peter. Tony tampak tersenyum, menatap Peter yang masih bersikap seperti biasa. Semua ini, Steve ada, Morgan, Harley, dan Peter. Mereka kembali berkumpul seperti keluarga. Seperti dulu sebelum perceraian, sebelum berita tentang vonis Peter mereka ketahui.
Seolah semua itu hanyalah sebuah mimpi buruk.
"Tony," lamunan itu buyar saat Steve memanggilnya, "makan malam sudah siap. Anak-anak sudah duduk di kursi mereka."
"Baiklah..."
.
.
Seperti yang ia katakan, semuanya berjalan cukup lancar saat makan malam. Yang berbeda hanya Peter yang hanya memakan makanannya sedikit. Beralasan jika ia baru saja makan. Padahal Steve meyakini jika terakhir kali Peter makan adalah saat mereka makan siang sebelum mereka pergi ke rumah sakit.
Dan malam harinya, Harley dan Morgan tidur di kamar Peter seperti kesepakatan mereka dan seperti kemarin saat hari pertama mereka kembali bersama.
Harley dan Morgan sudah tertidur lelap. Morgan berada di tengah antara Peter dan Harley. Malam itu keadaan sangat tenang, tidak ada suara apapun. Namun, keheningan itu pecah begitu saja dengan suara erangan pelan yang membangunkan Morgan perlahan.
"Pete'?" Morgan berbisik, tampak melihat kearah kanannya. Ia bisa merasakan tubuh Peter gemetar, tangannya mencengkram erat kepalanya. Morgan bergerak agar bisa mengamati kakaknya lebih jelas, "Peter, kau tidak apa-apa?"
"Aku tidak... tidak apa," tentu saja meski Morgan masih kecil, ia tahu jika kakaknya tidak tidak apa-apa, "aku mengganggumu? Maaf Morgan..."
Suara Peter berbisik, Morgan tampak menggeleng dan mencoba untuk menyentuh wajah Peter yang berkeringat juga suhu tubuhnya yang tinggi. Peter hanya bisa meringis, sedikit terisak. Kepalanya sangat sakit, ia bahkan tidak bisa melihat dengan jelas kearah Morgan yang hanya berjarak beberapa centi darinya.
Morgan sendiri merasakan sesuatu mengenai tangannya saat ia mencoba untuk menenangkan Peter. Saat ia melihat tangannya, ia bisa melihat darah yang saat ini mengenai tangannya. Itu membuatnya memucat.
"Peter? Peter, kau tidak apa? Kau berdarah..." ia terisak pelan, Peter bahkan tidak memiliki tenaga lagi untuk menenangkan Morgan. Kesadarannya perlahan memudar, dan Morgan segera melakukan apa yang bisa ia lakukan. Ia berbalik dan menatap Harley yang masih tertidur.
"Lee... Lee," Morgan menggoyangkan tubuh Harley yang bergumam perlahan bangun, "Lee, Peter kesakitan. Tolong aku, aku tidak tahu apa yang terjadi padanya..."
Harley yang mendengar perkataan Morgan saat berada di kesadaran yang belum sepenuhnya ia dapatkan segera membuka matanya. Ia melihat Morgan yang terisak, segera membuka lampu di sampingnya.
Ia membulatkan matanya, Peter tampak terlihat masih mencengkram kepalanya kuat, dan darah mengalir dari hidungnya. Harley refleks segera mencoba menenangkan Morgan yang tampak ketakutan.
"Fri, bangunkan dad dan pops!"
To be Continue
Book ini tidak akan diisi dengan banyak action. Bahkan hampir tidak ada. Genre dari book ini lebih pada Romance, Friendship, dan Family. Tentu Angst tetap jadi genre utama ;)
Hope you enjoy it~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top