1. Akibat Gelang
Pada kali ini saya membuat romance. Novel saya ini mungkin banyak kurangnya jadi mohon maaf. Selamat membaca.
Salam dari mantile.
Pagi ini Nixine kuliah di tempat kuliah barunya. Ya seperti biasa orang tua Nixine tempat kerjanya berpindah. Kali ini ke Surabaya yang sebelumnya di Jakarta.
Nixine melihat jam di tangannya. Sepertinya dia akan terlambat untuk perkenalannya di universitas ini.
Nixine melangkahkan kakinya dengan cepat untuk menuju ruang kepala fakultas teknik sipil.
Bugh
Aduh! Kenapa selalu begini setiap Nixine berada di tempat baru.
"Maaf." Ucap Nixine ke lelaki di depannya seraya menundukkan kepala.
Lelaki itu melihat Nixine. Nixine tahu karena inilah kelihaian Nixine yang bisa melihat situasi di depannya padahal Nixine tidak memandangnya secara langsung.
"Gak pa pa kok," jawab lelaki itu dengan gerakan akan meninggalkan Nixine.
"Maaf. Sebelumnya apakah kamu tahu di mana ruang kepala fakultas teknik sipil?" Tanya Nixine sambil menaikkan kepalanya untuk melihat lelaki itu.
Gila! perfect banget cowok di depanku ini. Andai bisa kenalan atau satu kelas dengannya sih bakal seneng aku, tapi cuma ngimpi. Ucap Nixine dalam hatinya.
Lelaki di depannya sepertinya terkejut kemudian menjawab "Dari sini belok kekanan nanti ada ruang kepala fakultas teknik sipil."
Nixine menganggukkan kepala, mengucapkan "Terimakasih." Kemudian menuju ruang kepala fakultas teknik sipil.
Tiba di ruang kepala fakultas teknik sipil Nixine di sambut hangat dengan kepala fakultas teknik sipil.
"Nixine ya? Kamu terlambat guru yang akan mengajar sudah pergi kesana dahulu." Kata kepala fakultas teknik sipil.
Nixine menundukkan kepalanya "Maaf pak. Seharusnya saya tidak melakukan ini."
Kepala fakultas teknik sipil tersenyum "Sudahlah. Sekarang kamu kesana sendiri tidak apakan saya masih sibuk dengan ini." Jawab kepala fakultas teknik sipil sambil menunjukkan berkas.
Nixine mengangguk "Oh. Tidak pa pa pak. Bisakah bapak memberitahu saya di mana tempatnya?"
"Tentu. Dari sini kamu lurus di depan. Kemudian belok ke kiri terus sampai pojok itu dia tempatnya," jawab kepala fakultas teknik sipil.
"Terimakasih pak." Ucap Nixine sambil meninggalkan ruangan.
Nixine berjalan ke kelas yang sudah di tunjukkan jalannya oleh kepala fakultas teknik sipil.
Tok
Tok
Tok
"Masuk." Ucap seorang dari dalam.
Nixine berjalan ke dalam kelas dan menemui pak Guhud.
Pak Guhud menghentikan pelajarannya. Dia melihat ke arah pintu "Oh. Ternyata kamu. Silahkan perkenalkan namamu."
Nixine mengangguk kemudian melihat ke depan. Degh. Dia ada di sini. Lelaki yang dia temui di koridor tadi.
Nixine menghilangkan kegugupannya. Dia segera memperkenalkan diri. "Perkenalkan nama saya Seilwaz Ney Nixine. Bisa di panggil Nixine. Saya pindahan dari salah satu universitas di Jakarta."
"Baiklah. Silahkan duduk di belakang Nixine." Kata pak Guguh sembari melanjutkan materinya.
"Baik pak." Jawab Nixine berlalu ke belakang.
Pelajaran hari ini tidak terlalu berat bobotnya. Hanya materi-materi kecil yang sudah pernah Nixine dapatkan.
Teng
Teng
Teng
Bel istirahat berbunyi. Saatnya Nixine mengisi perutnya dengan makanan dari kantin.
Nixine berjalan ke kantin sendirian karena dia belum terlalu mengenal teman-teman sekelasnya.
Selesai memesan makanannya Nixine clingukan mencari tempat duduk.
Dari kejauhan terdapat lambaian tangan kearahnya. Nixine menatapnya "Kau memanggilku?" Tanyanya sambil berjalan ke arah orang yang tadi memanggilnya.
"Ya. Kau Nixine kan? Sini duduk di sini saja kalau kamu tidak mendapatkan tempat duduk." Kata orang tadi sembari menepuk-nepuk tempat duduk di sampingya.
"Boleh?" Tanya Nixine.
"Tentu. Oh ya kita belum berkenalan. Namaku Rindu, ini Wawan, sedangkan dia Bambang." Kata Rindu sambil menunjuk temannya satu-satu.
Nixine tersenyum kepada teman barunya ini. "Nixine." Katanya untuk meperkenalkan dirinya. Setelah memperkenalkan dirinya Nixine mulai memakan spageti yang dia pesan tadi.
"Maaf aku terlambat. Tadi aku masih mencari tugas bu......" Zulqi tidak melanjutkan kata-katanya. Dia melihat di bagian kirinya terdapat Nixine yang duduk di sana. Dia terpaku sejenak bisa bertemu secara cuma-cuma dengan Nixine di tempat seperti ini.
"Oh ya dan dia Zulqi Nix." Kata Rindu sambil menunjuk Zulqi.
"Nixine." Kata Nixine sambil menolehkan kepalanya. Degh. "Rasa ini rasa yang di dapatkan waktu bertemu dengan Zulqi. Rasa apakah ini?" Batin Nixine.
Zulqi mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali "Hai. Aku Zulqi." Kata Zulqi sambil duduk di sebelah kanan Rindu.
"Bagaimana Zul sudah mendapatkan beberapa materi?" Tanya Bambang.
"Sudah tapi hanya beberapa. Tugas dari bu Sandra lumayan sulit." Jawab Zulqi.
Nixine menatap teman-temannya "Tugas? Tugas apa?" Tanyanya.
"Tugas mencari beberapa kemungkinan dari materi bu Sandra." Jawab Rindu. Rindu ingat "Ya, kamukan baru di sini mana mungkin tahu? Gimana kalau kamu sekelompok dengan kita? Mau?" Tanya Rindu.
"Boleh... Boleh. Kapan mulainya dan di mana kita kerja kelompoknya?" Tanya Nixine
"Gimana jika di taman jam delapan besok?" Jawab Wawan.
Rindu melirik Wawan "Jeh. Giliran deket taman aja ngajak ke situ. Ya udah besok jam delapan di sana ya."
"Ok." Jawab mereka serempak.
-------------------
Nixine memasuki kamarnya. Dia langsung tidur tanpa mengganti bajunya. Hari ini hari yang begitu menguras tenaga bagi Nixine.
Tak selang beberapa lama dia bangun menuju kamar mandi.
Selesai mandi Nixine duduk di meja rias. Dia mengambil sisir untuk menyisir rambutnya.
Nixine ingat "Hah! Di mana gelangku?"
Belum sempat menyisir rambutnya Nixine mulai mengacak-ngacak seisi rumah. Mulai mencari dari mobil sampai tempat terakhir dia tempati tetap tidak ada.
Nixine sms semua teman yang nomornya ada di hpnya untuk menanyakan apakah mereka tahu gelang Nixine.
Nixine menunggu balasan mereka, tetapi apa jawabnya mereka? Mereka tidak tahu.
Nixine bingung. Itu gelang peninggalan almarhum mamanya dari sang ayah ketika mereka SMA dulu. Bagaimana jika sang ayah menanyakan keadaan gelang itu. Bagaimana dia harus menjawabnya.
Nixine mulai meredam kegelisahannya. Dia besok harus mencari di universitasnya atau mengaku ke ayahnya jika gelang peninggalan mamanya hilang.
Hari mulai malam. Dia lupa kalau dia belum makan malam akibat mencari gelang mamanya.
Nixine mulai melangkahkan kakinya keluar menuju ruang makan.
Nixine duduk di kursi "Bi ayah belum pulang?"
"Belum non. Katanya masih mengurusi urusan di kantor." Jawab bi Run.
Syukur ayah belum pulang jadi tidak di intrograsi sama ayah. Batinnya.
Dari luar ada langkah kaki menuju ke dalam rumah. Mati. Itu ayah. Kenapa sih baru di omongin kok udah nongol?. Batin Nixine.
"Hai kaka udah pulang." Ucap seorang di belakang punggung Nixine sambil mengusap kepala Nixine.
Nixine menengok ke belakang "Hai ayah. Sudah kok yah." Ucapnya sambil mencium tangan sang ayah.
"Gimana kuliah kaka hari ini? Baik?"
"Baik yah."
"Loh gelang kaka ke mana? Kok gak ada?" Tanyanya lagi.
"Itu yah. Tadikan kaka praktek. Takut hilang jadi kaka lepas aja." Jawab Nixine dengan grogi.
"Begitu. Bagus deh." Jawab ayah dan berlalu menuju kamar tidurnya.
Nixine melihat kepergian ayahnya "Ayah tidak makan sekalian dengan kaka?"
Ayah Nixine berhenti lalu menengok kebelakang "Nanti ayah nyusul. Ayah mau mandi dulu. Oya kak liburan ini adek mau pulang. Kaka udah di hubungi?"
Nixine tersenyum "Udah kok yah."
Nixine melanjutkan makannya dengan agak tenang karena sang ayah tidak mencurigainya tetapi dia harus menanggung konsekuensi jika gelangnya tidak di temukan.
-------------------
Pagi ini Nixine bangun pagi untuk menyiapkan laporan yang akan dia buat beserta temannya tetapi sebelum menyiapkan itu Nixine sudah jogging pagi seperti kegiatannya di tempat-tempat dulu yang pernah dia tempati.
Taman tidak terlalu jauh dari rumahnya sehingga Nixine lebih memilih berjalan sambil berolahraga. Nixine adalah olahragawan sejati meskipun proporsi tubuhnya sudah ideal tapi dia merasa gak srek jika tidak berolahraga.
"Kamu dimana?" Sms Nixine ke Rindu.
Tak selang hp Nixine berbunyi jika ada sms masuk ke hpnya. Nixine membuka "Bentar ya aku masih di suruh mengantar mamaku, maaf ya kalau menunggu agak lama." Jawab Rindu.
Sial! Itu satu kata yang di sandang Nixine karena hanya nomor Rindu yang ia punya saat ini.
Nixine melangkahkan kakinya ke rerumputan. Dia duduk di rerumputan. "Pak mie satu ya." Pesannya ke salah satu penjual mie yang ada di dekat situ. Sambil menunggu mie Nixine membuka laptopnya.
Hp Nixine berbunyi. Dia mengeryitkan keningnya "Kamu dimana?" sms dari nomor yang tidak di ketahuinya.
"Aku di bagian timur lagi duduk di rerumputan." Jawabnya tanpa menanyakan siapa pemilik nomor.
"Hai." Ucap suara dari sebelahnya.
Nixine menengok ke samping "Hai. Dari mana kamu?" Tanya Nixine.
"Dari sini." Canda Zulqi.
"Ya. Aku percaya." Jawab Nixine sambil mengerucutkan bibirnya.
Zulqi tertawa kecil sambil duduk di sebelah Nixine. Nixine hari ini berbeda dia memakai kaca mata untuk mengetik maupun melihat layar laptop.
"Kamu berbeda. Kamu cantik." Puji Zulqi ke Nixine.
Nixine menunduk. Dia merona mendengar ucapan Zulqi. Hatinya merasa senang mendengar pujian dari orang yang di idamkan "Terima kasih." Hanya kata itu yang mampu ia ucapkan di kala seperti ini.
Zulqi masih melihat Nixine "Kamu sendirian udah dari jam berapa?"
Nixine melihat Zulqi untuk mengurangi kecanggungannya "Agak lama sih. Menunggu Rindu yang belum datang sampai sekarang."
Zulqi tersenyum lagi "Masak sih? Orang yang di rindu bukannya sudah datang?"
Nixine tersenyum. Dia melihat Zulqi lalu berkata "Ih pede." Jawabnya sambil memukul kecil lengan Zulqi.
Zulqi tertawa. Dia mulai membuka ranselnya dan mengeluarkan laptop dan juga buku. "Mau es krim?" Tanyanya.
Nixin mengkerutkan keningnya. "Emang bawa?"
Zulqi membuka tas lagi lalu mengambil barang dari dalam tas itu. "Ini." Katanya sambil memberi salah satu es krim ke Nixine.
"Wah makasih."
"Sama-sama."
"Aku boleh ngomong gak?"
"Boleh. Mau ngomong apa?"
"Sebenarnya dari pertama aku ketemu kamu di sini." tunjuknya ke dada. "Rasanya gimana gitu. Mungkin ini aneh bagi semua orang yang tahu tapi tidak buatku. Rasa ini berbeda. Rasa ini cenderung membuatku gelisah, grogi, dan senang. Entah kamu merasakan hal yang sama denganku atau tidak aku juga tidak tahu tapi inilah rasaku, inilah kejujuranku." Katanya sambil menggenggam jemari Nixine.
Nixine menunduk setelah kata-kata Zulqi selesai mungkin dia malu. "Aku juga begitu sama sepertimu," Jawab Nixine.
Zulqi yang mendengar jawaban Nixine tersenyum renyah. "Terima kasih." Ucapnya. Segera saja dia merangkul Nixine dengan sangat erat.
"Aku mau tanya lagi boleh tidak?" Tanya Zulqi.
Nixine mengeryitkan kening lagi "Boleh. Apa?"
"Apakah kamu kehilangan barang berhargamu?"
"Ya. Tentu. Apakah kamu tahu?"
Zulqi tidak menjawab pertanyaan Nixine. Dia membuka tasnya lalu mengeluarkan barang dari dalam tasnya. "Ini kan." Tanyanya sembari menunjukkan ke Nixine.
Zulqi memasangkan gelang itu ke lengan Nixine. "Ya. Terima kasih telah menemukan gelangku. Ini gelang yang sangat berharga." Jawab Nixine.
"Maaf ya baru aku kasihkan. Kemarin ini jatuh ketika kamu meninggalkan sekolahan. Aku mau mengembalikan tapi aku tidak tahu rumahmu jadi baru aku kembalikan sekarang." Kata Zulqi sambil merangkul Nixine lagi.
Nixine menatap Zulqi "Gak pa pa. Makasih udah mau ngembaliin. Lagian ini bisa menjadi saksi kisah kita." Katanya memeluk balik Zulqi.
End
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top