2 - cahaya,literally
"Kau ingat bahwa kau itu punya 6 saudara kan?", Tanya Kapten Kaizo sambil melangkah di depan Taufan, menanyakan hal yang sudah pasti.
"Ah benarkah?" Canda Taufan sambil terus menjaga jarak dua langkah dibelakang kapten nya itu.
Dulu bisa dibilang ia dan Kapten Kaizo berada di pangkat yang hampir setara, namun kini ia malah menjadi bawahannya.
Tentu saja Taufan bukan orang yang haus akan status dan kekuasaan, apapun pangkat nya, selama tujuannya tercapai ia tidak peduli.
"Yah, bisa dibilang aku punya enam saudara, namun saudara-saudaraku hanya punya lima saudara", Jawab Taufan sambil menghela nafas panjang.
"Apa maksudmu?" , Tanya Kapten Kaizo tak mengerti.
Taufan tertawa lebar, "aku pun tak tahu apa maksudku." Jawabnya santai, aura penuh kebebasan dan jiwa jahil nya terpancar dari senyum dan gestur tubuhnya.
Kaizo mendecik sedikit kesal, "kau ini..,belajarlah untuk tidak berbicara hal yang tidak penting." nasihat Kapten Kaizo.
"Dengan begitu mungkin orang-orang akan lebih hormat padamu, yah akupun tau kau tak akan peduli dengan hal seperti itu.." , ucapnya lagi.
"Siap laksanakan, Abang Kassim." , Jawab Taufan, memberi gestur hormat formal kepada orang didepannya.
Seperti yang dia inginkan, tatapan menusuk dari kapten Kaizo kini terarah padanya.
"Kau mungkin lupa kalau aku bisa memotong gaji mu ya?" , tanya Kaizo sedikit kesal.
"Eh? Nanti aku mati kelaparan kalau gaji ku dipotong lagi." , jawab Taufan sambil merengek, namun ke isengan nya itu hanya mendapatkan helaan nafas panjang dari kapten yang telah lelah menanggapi keusilannya.
Sejujurnya hanya beberapa orang saja yang bisa setidak sopan ini kepadanya, dan salah satu nya adalah Taufan.
Taufan tentu tahu batasan dan tahu kapan waktunya ia harus berhenti dengan candaannya, namun sifat nya yang supel dan ceria itu selalu sukses menggoda orang-orang yang kaku dan dingin seperti Kaizo..atau Hali.
Kaizo tertawa, "yah, sifatmu yang seperti ini membuatmu sangat cocok untuk mendapatkan misi ini.", ucapnya menyeringai.
Taufan tertegun, "..aku punya firasat yang buruk.", gumamnya.
°•°•°•°
Cahaya ya..baru saja aku beranalogi dengan kata 'cahaya' agar terdengar puitis, tapi malah sesuatu yang benar-benar cahaya yang muncul. Gumam Taufan, masih terkejut dengan apa yang ia lihat di depannya.
Anak laki-laki yang dua tahun lebih muda darinya itu menatap dingin ke arahnya, tatapannya dipenuhi kesombongan dan rasa percaya diri yang sangat tinggi, seakan sedang menganggap rendah orang yang ada dihadapan nya.
Taufan membalikan kepalanya ke arah Kapten Kaizo, seakan meminta penjelasan akan hal ini.
"Yah..seperti yang kau lihat.", jawab Kapten Kaizo singkat.
"Solar..ya kan?" , ucap Taufan ragu.
Adik bungsu yang tak pernah tinggal bersamanya sebelumnya. Solar dibawa oleh teman ayahnya ke divisi research karena kecerdasannya, oleh karena itu dia tak pernah menyangka adik bungsunya ini akan berada di tempat yang penuh dengan orang-orang bertarung seperti ini.
Solar menatap rendah Taufan, padahal dia lebih pendek dari Taufan, tapi tatapannya terlihat sangat angkuh.
"Kapten, bisakah aku meminta penjelasan?" , Taufan bertanya kepada Kapten Kaizo.
Kapten Kaizo menunjukan data dari jam hologram nya, "yah mulai saat ini Solar akan bergabung dengan divisi agen. Dia akan jadi anak didikmu."
"Oh begitu.. APA?!" , ucap Taufan terkejut, suara nya membuat dua orang dingin itu terkejut.
"Dia akan menjadi anak didikmu, yah, intinya dia bergabung dengan divisi ini dan akan belajar dari misi-misi mu hingga ia siap untuk jadi agen Independen." , jelas Kaizo sambil memberi Taufan sebuah badge baru.
"Selamat Taufan, dengan begini kau resmi menjadi mentor adikmu, gajimu akan di naikkan, jangan khawatir." Ucap Kaizo sambil tersenyum iseng, kini giliran dia yang membuat Taufan kehabisan kata-kata.
"Siapa yang bilang aku setuju?" , tanya seseorang yang dari tadi memandang rendah Taufan.
Bocah-- anak laki-laki berumur 16 Tahun itu menggunakan turtleneck abu dengan outer putih tulang yang membuat penampilan nya terlihat berkelas.
Satu hal yang ada di benak Taufan, apa dia tidak gerah?
Saat Taufan masih sibuk berpikir bahwa adik sombongnya ini tidak gerah menggunakan pakaian berlapis seperti itu di musim panas ini, Kaizo memecahkan keheningan yang terasa canggung karena ucapan angkuh dari Solar.
"Sayangnya kau hanyalah newbie disini Solar, secerdas atau sepintar apapun dirimu, disini Taufan adalah seniormu.", jawab Kaizo dingin, sepertinya dia sedikit kesal dengan tingkah angkuh Solar.
Taufan tertawa kecil, "Yah,sepertinya kau sudah tahu, tapi akan kuperkenalkan diriku secara formal, namaku Taufan..,kakak kedua mu. Aku agen divisi B, biasanya lebih sering turun ke medan pertarungan secara langsung, senang bertemu dengan mu.", ucapnya kepada Solar.
Manik abu-abu yang tertutup visor berwarna kuning-oranye itu sibuk menscan Taufan dari ujung rambut hingga ujung kaki, "..aku tahu,Taufan, seorang agen yang memiliki kekuatan angin."
"Bukan hanya itu, dulunya dia adalah agen divisi S, namun karena kegagalan dalam misinya dia turun pangkat, bukan begitu?" Tanya Solar ketus, nada bicara nya penuh cemoohan.
Kaizo beranjak dari kursinya, hendak mendisiplinkan Solar. namun Taufan memberi gestur tangan kepada Kaizo agar tidak ikut campur, Taufan hanya tersenyum, memberikan senyum yang tak dapat diketahui maknanya kepada Solar.
"Kenapa? Apa aku salah?" , tanya Solar dengan ketus.
"Cih, aku tak sudi kau menjadi mentor ku, orang tak kompeten begini bisa-bisanya dibiarkan untuk mengajarkanku? Asal kau tahu, aku akan berada di divisi S dalam beberapa bulan, divisi rendah seperti ini tidak cocok denganku." Jelas Solar sambil menyilangkan tangannya.
Taufan masih tersenyum, menyembunyikan kekesalannya, lihat saudara bungsu ku ini,dia makan apa sampai bisa sesombong ini?
sejujurnya ucapan dia itu semua benar, Taufan pun merasa tersinggung dengan perkataan adiknya itu, rasanya sakit mengetahui keluarganya malah membahas aibnya.
Tapi dia dapat melihat kapten Kaizo yang terlihat lebih kesal daripada Taufan yang menjadi objek hinaan Solar.
Taufan tersenyum lagi, "wah, Solar hebat ya.", ucap Taufan sambil memberikan tepuk tangan.
Solar terdiam, menatap 'kakak' sekaligus 'mentor' yang sudah tidak ia sukai.
Kenapa dia harus ditempatkan di divisi ini? Dia yakin dia lebih pantas ditempatkan di divisi S, tempat orang-orang hebat berada.
Dan kenapa pula Taufan dulunya bisa berada di divisi S? Dimatanya, Taufan terlihat seperti orang bodoh murah senyum biasa.
"Benar juga ya, Solar mungkin merasa lebih cocok di divisi S, apalagi Solar kan sangat berpengetahuan, aku pun heran kenapa kau ditempatkan di divisi ini? Padahal dilihat dari manapun, kau itu kan bertalenta." , lanjut Taufan dengan tawa ceria nya.
Solar mengangguk, "yah setidaknya kau mengert--"
"Tapi.." , sela Taufan, memutuskan kalimat Solar.
"Aku jadi mengerti kenapa kau ditempatkan di divisi yang menurutmu rendahan ini, tak hanya itu, kau ditempatkan menjadi anak didik ku, si 'agen gagal' ini" , lanjut Taufan, senyumnya terasa dingin, mata safir nya kini menatap tajam kearah adiknya yang 10 cm lebih pendek darinya.
"Dengan sifat sepertimu, jangankan menjadi agen independen di divisi S, bisa-bisa kau akan mengacaukan semua misimu karena kesombongan tak berdasarmu itu." , ucap Taufan, senyumnya menghilang dari wajahnya.
Ekspresi nya bahkan lebih dingin dari ekspresi Hali, Kaizo yang melihatnya sedikit terkejut. Baru pertama kali dia melihat Taufan seperti ini, dia menyeringai.
Menarik. Batinnya.
Sementara itu, mata Solar membelalak setelah mendengar perkataan pedas dari mulut Taufan, ia tak pernah direndahkan seperti ini sebelumnya, banyak mulut yang membicarakannya dari belakang namun ini pertama kalinya seseorang terang-terangan menghinanya.
Pipi dan telinganya memerah, "apa maksudmu?!" , ucapnya kesal, nadanya meninggi.
"Iya kan? Di provokasi seperti ini saja kau sudah langsung marah. Yah, kau bisa menganggapku sebagai orang gagal, tapi aku baru pernah membuat satu kesalahan fatal."
"Sedihnya, bahkan sebelum pernah melihat aksimu dalam misi yang akan datang, dengan sifatmu yang seperti ini aku bisa merasakan kau akan membuat lebih banyak kegagalan daripada 'orang gagal' sepertiku."
Kini Solar terlihat semakin marah, "kau-- beraninya kau!", Solar mengepalkan tinjunya, berusaha mendaratkannya di tubuh sang kakak.
Taufan tersenyum, dengan mudah menghindarinya. "Dan bahkan pergerakanmu ini..ah sungguh menyedihkan, semua lawan kita pasti akan bahagia mendapat musuh sepertimu."
Kini Solar mulai mengeluarkan kekuatannya, mungkin karena mereka tak pernah bertemu sebelumnya, 'rasa sayang antar saudara' tidak terasa di antara mereka.
Kaizo berdiri dari kursinya, dia merasa tingkah Solar sudah keterlaluan. Namun sebelum Kaizo beraksi, Taufan dengan mudahnya mencengkram pergelangan tangan Solar, memaksa kekuatannya untuk berhenti.
"Anak muda, ada banyak hal yang harus kau pelajari."
"Pertama, ini divisi untuk agen, selama kau belum menjadi agen tingkat S, jangan harap kau bisa bertingkah individualis dan egois seperti apa yang kau lakukan di divisi research , kerja sama tim dibutuhkan di divisi ini, ada satu miscommunication dan dampaknya adalah nyawa seluruh anggota."
"Kedua, kekuatan memanglah penting, dan praktis, tidak banyak orang yang diberkati dengan kekuatan seperti kita, namun karena itu pula kekuatan menjadi kelemahan kita.. dengan mengandalkan kekuatanmu saja aku dapat menjamin bahwa segala hal akan berantakan untukmu. Dan..pft-- kau masih sangat buruk dalam bela diri."
Taufan menghela nafas panjang, "dan yang terakhir.."
Dia melirik ke arah Kaizo, senyum jahil nan licik terlukis di bibirnya.
Kaizo langsung merasa sedikit kasihan kepada Solar, namun salahnya sendiri untuk membuat Taufan jengkel.
"Aku ini mentor resmi mu, artinya, hukuman dan ajaran ku, hal itu tak ada yang boleh ikut campur."
"Aku punya nama, aku tidak mau dipanggil 'kau' . Sekali kau melanggar, akan ku jewer. Panggil aku Taufan, Taufan-sama, Taufan-sensei, the great master Taufan, mister Taufan, guru atau kak, terserah saja."
"Kapten Kaizo sudah jadi saksi perjanjian ini, kalau kau melanggar,yah.. bisa jadi kau akan diturun pangkat kan. Jadi, berhati-hatilah dengan tindakanmu,oke? Adik-- atau mungkin, muridku?"
Solar terdiam, dari tadi dia mendengar ucapan Taufan dengan seksama, tentu saja ketidaksukaan terlukis jelas di wajah Tampannya, namun seakan Taufan tak peduli, dia terus-terusan mengucapkan hal-hal yang membuat Solar semakin kesal.
Taufan tersenyum, tidak terlalu mengharapkan jawaban dari sang adik bungsu sekaligus muridnya itu, yah, kata-kata tajam dari adiknya itu masih berputar di pikirannya.
Padahal ia sudah berusaha tidak memikirkannya, namun entah mengapa bagaikan parasit, hal itu melekat padanya.
Rasanya hatinya remuk saat adiknya mengucapkan kalimat pedas itu, bahkan adik bungsu yang tak pernah tinggal bersamanya saja tahu tentang 'kejadian' itu. Kejadian yang merubah hidup Taufan.
Taufan tersenyum, "oh ayolah, jangan ngambek."
"Apa perkataan ku tadi menyakitimu? Aku minta maaf ya Solar. Namun layaknya perkataan ku menyakitimu, perkataan mu padaku juga menyakitiku." , ucap Taufan sambil tersenyum sedih.
Entah mengapa senyuman sedihnya dapat sedikit meluluhkan hati Solar, padahal Solar tak pernah merasa bersalah atas kata-kata yang keluar dari mulutnya. Ia merasa bahwa itu fakta dan wajar jika diucapkan, namun entah apa yang membuat pengecualian itu terhadap Taufan.
"Ah dan aku berterimakasih kepadamu." , ucap Taufan pelan sambil menepuk pundak Solar dengan lembut.
Solar menatapnya, tak mengerti kenapa Taufan berterimakasih padanya.
"Terimakasih karena mengatakan hal itu langsung didepan ku, dan bukannya dibelakang ku." , ucap Taufan, kini sorot mata lembut terpancar dari mata safir nya.
Perilaku lembut yang pertama kali Solar terima dari seseorang, hal yang entah kenapa terasa menenangkan dan membuatnya nyaman.
"Karena ajaran pertama dariku untukmu adalah.."
"Jangan membicarakan orang lain dibelakangnya, itu menjijikan.", ucap Taufan sambil tersenyum.
Ekspresi dingin masih terlukis di wajah Solar. Ego nya tersakiti karena dia merasa setuju akan perkataan Taufan.
Namun di sisi lain, dia merasa lega karena minimal mentor nya memiliki prinsip yang sama dengannya.
"Baiklah, dengan begini, diam mu akan ku anggap sebagai iya. Mulai besok kau sudah menjadi anak didik ku, oke." Ujar Taufan sambil tersenyum, ingin rasanya ia mengelus kepala adiknya itu, namun ia takut adiknya yang penuh gengsi itu akan mengelak.
Dramatis memang, tapi semenjak 'kejadian' itu, Taufan menjadi semakin takut dengan reaksi negatif orang-orang, apalagi dari saudara-saudaranya.
Sudah cukup drama antara dia dan Hali yang tak kunjung selesai itu, juga omongan buruk dibelakangnya
Belum lagi trauma yang menghentikannya menyerang menggunakan kekuatannya.
Plak , Taufan memukul pipi nya sendiri.
Membuat dua insan yang berada dalam ruangan yang sama dengannya itu terkejut untuk kedua kali nya.
Enak saja kau malah bermalas-malasan dan memikirkan hal-hal seperti ini, batinnya pada diri sendiri.
"Taufan?" , Kapten Kaizo memutuskan untuk bertanya, aksi rekan sekaligus bawahannya itu cukup membuatnya terkejut.
"Iya abang Kass-- ah, Kapten Kaizo maksudku.." , jawab Taufan sambil sedikit menahan tawa.
Kaizo terdiam kesal, senyumnya menggelap, "ah, aku ada ide bagus." Ucapnya dengan suara rendah yang terdengar menyeramkan.
"Misi mu sebagai mentor..mulai dari detik ini juga" , ucap Kaizo dengan manik merah yang terlihat tajam.
Taufan menggidik, sedikit ketakutan, "baik kapten." Jawabnya pasrah.
Sertakan Solar hanya terdiam, dia mempertanyakan mengapa dia dapat menerima 'agen gagal' ini sebagai mentor nya dengan mudah?
Authors note :
Guys ayo tanya chara2 disini hobi nya lah makanan fav nya lah apanya aja terserah kubutuh interaksi
Anyway 2012 words dah kek kalender suku Maya ae
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top