Chapter 6: Little Piece Of Explanation

AN:
Jika kalian penasaran dgn mata olivia biasa lihat gambar di atas ⬆⬆⬆ karena aku udh capek aku cuman ambil dari gambar lama, kalo aku udh pulih lagi aku bikinin versi Kaya Scodelario-nya...
____________________________
×××××××××××××××××××××××

[Warning: sooo awkward + seadanya + kalo ada yang salah tolong dimaklumi. Hasil setengah kena writers block].

Chapter 6

“Linda?” aku berbisik kecil. Tak ada orang yang mendengar perkataanku, seakan aku tak pernah menyebutkan nama itu. Tapi bibir Ariana tersungging miring seperti ia mengharapkan reaksiku.

“Oke, para anggota ‘tim pencegah’ akan dikirim ke dimensi Kleins minggu depan. Dan Gabriel, dari Ras Galben akan kuangkat sebagai pemimpin tim ini. Ia akan memberikan pengarahan dan apa yang harus dilakukan di sana nanti.” Kata Collins.

Tak ada yang keberatan dengan Gabriel menjadi pemimpin. Setelah itu, dengan singkat Collins memberikan pengarahan sedikit tentang apa yang harus dilakukan di Kleins nanti dan pertemuan kali ini ditutup dan minggu depan para anggota akan dikirimkan ke dimensi Kleins.

“Ariana!” panggil kemudian aku mengejarnya saat pertemuan selesai dan semua orang mulai keluar dari ruangan.

Ariana yang sedang berjalan bersama Adrian pun berbalik, “Ya, Olivia?” tanyanya dengan senyuman.

“Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu. Apa kau Linda?” tanyaku langsung pada topik.

Alis Ariana bertaut, ekspresi bingung mendominasi wajahnya. “Siapa Linda?” tanyanya.

Pertanyaannya membuatku membeku, ia bukan Linda?

Tapi aku yakin bahwa ia Linda dari suara dan bentuk wajahnya walaupun ingatanku samar-samar.

Kemudian aku mendengar suara tawa Ariana. “Ya, ampun. Kau harus lihat bagaimana wajahmu tadi.” Ucapnya di sela tawa.

Dan sekarang, aku yang memandanginya dengan wajah kebingungan.

Adrian menyikut Ariana, “Berhentilah, kau sangat tak sopan.” Tegur Adrian.

“Maaf, maaf.” Ariana menyeka air mata di ujung matanya. Lalu kembali memfokuskan dirinya padaku.

“Aku minta maaf soal ketidaksopananku tadi. Jawaban untuk pertanyaanmu tadi adalah ya, aku Linda.” Ucapnya, “Kalau kau mau menanyakan pertanyaan kepadaku, aku bisa menjelaskannya. Tapi tidak di sini. Di rumahku, atau di tempatmu?” tanya Ariana.

“Di tempatku.” Jawabku.

***

“Wow, kau punya istana yang indah di sini.” Kata Ariana saat memasuki istanaku bersama Adrian akhir yang memutuskan untuk ikut bersama kembarannya.

“Terima kasih.” Ucapku. Lalu langsung berjalan menuju ruang tamu. Ruangan besar yang hanya diisi dengan beberapa sofa, meja, dan perapian besar. Ruangan ini terasa mati menurutku, mungkin karena aku tak pernah menghabiskan waktu di sini dan tak pernah menyuruh pelayan Kerajaan untuk mendekorasi ulang.

Waktuku kebanyakan aku habiskan di ruang belajarku, berusaha untuk mengerjakan tugas-tugas Kerajaan yang menumpuk selagi aku bisa. Sehingga tak memberatkan Emily saat aku pergi lagi.

Ketika kami telah duduk di sofa secara berhadapan dengan tiga cangkir teh di atas meja kaca, aku mulai berbicara.

“Jadi, kau benar Linda?” tanyaku memastikan.

Ariana atau Linda tak langsung menjawab, ia mengangkat cangkir tehnya perlahan dan menyesapnya perlahan.

Aku yang di sisi lain sedikit gugup dan kebingungan ini hanya bisa menatap saat ia dengan santai menikmati cairan emas kecokelatannya itu.

Sedangkan Adrian, hanya menggelengkan kepala saat melihat Ariana.

“Yap, aku adalah Linda yang memberikanmu obat tetes dan aku juga adalah orang berhoodie abu-abu.” Jawab Ariana setelah meletakkan cangkirnya di atas meja.

Mataku melebar saat ia mengungkapkan bahwa ia adalah orang berhoodie itu. “Kau... orang berhoodie itu?”

“Aku tahu kau ingin sekali mengetahui semua ini, jadi biarkan aku menjelaskan semuanya.”

“Aku dan Adrian itu... Ditugaskan untuk menjaga keadaan dimensi Alkleins. Karena kau tahu... kami dikaruniai kelebihan. Kau bisa melihatnya dengan warna rambut dan mata kami.” Mata emas Ariana menatapku dengan hati-hati.

Kelebihan apa?

Sebelum aku bisa mengungkapkan pertanyaanku, Ariana melanjutkan.

“Ketika aku mendengar bahwa ibumu meninggal, kami tahu bahwa ada sesuatu yang tidak wajar. Kami berusaha menyelidiki siapa pelakunya, tapi kami tak pernah mengetahui siapa pelakunya. Kemudian beberapa tahun selanjutnya berjalan dengan biasa, kami kira keadaannya sudah kembali seperti semula. Tapi tidak ketika kami mengetahui bahwa kerajaanmu diserang oleh para jubah merah... Dan kau dibawa pergi ke dimensi Kleins oleh penyihirmu.”

“Jadi aku berusaha membantumu untuk mengingat kembali dirimu yang telah dimantera teman penyihirmu itu. Aku menjatuhkan buku tentang Alkleins milikku, mungkin dengan itu kau akan mengingatnya dan kau akan berusaha melawan para jubah merah.”

Itu mengapa ia sengaja menjatuhkan buku itu, aku berpikir pada diriku sendiri. Tapi hal itu tidak berhasil.

Lalu aku teringat apa yang terjadi setelahnya. Aku mendapat mimpi tentang masa kecil Ariana dan Adrian yang saat itu berebut sebuah buku jurnal milik ayahnya.

“Bagaimana ketika aku bermimpi tentang dirimu dan Adrian?” tanyaku.

Apa?” Adrian yang duduk di sebelah Ariana terkaget. “Apa yang kau bagi dengannya?” tanya Adrian dengan cepat ke arah Ariana.

“Sabar, oke. Aku hanya membagi memori masa kecilku, tak perlu khawatir. Aku hanya kesepian dan tak tahu lagi harus bagaimana ketika kau sedang-entah-di-mana-selagi-memantau-situasi.” Bela Ariana.

Adrian yang tak puas dengan jawaban kembarannya itu hanya kembali bersender di sofa dengan wajah masam.

Bibirku hampir tersungging miring saat menyaksikan tingkah mereka. Walaupun mereka sudah besar, tapi mereka tetap bertengkar layaknya anak kecil.

Jika aku memiliki saudara, bagaimana rasanya?

“Kemudian aku kehilangan jejak saat kau diculik dan aku sudah terlambat ketika mengetahui bahwa kau dan temanmu diserang di kerajaanmu. Salah satu temanmu meninggal karenanya...” Mata emas Ariana berubah sedih entah mengapa, lalu memalingkan pandangannya ke permukaan tehnya.

Natali, pikirku.

“Tapi pada akhirnya kau menang. Jadi aku anggap hal ini telah usai. Sampai pada titik ini, bahwa pembunuh ibumu masih di luar sana, menikmati waktunya.” Ucapnya dengan nada pahit.

Aku tak tahu mengapa ia sangat peduli terhadapku tapi aku hanya diam dan tak menanyakan hal ini.

“Dan itulah.” Ucapnya, “Cerita Linda dan orang berhoodie abu-abu.”Dan jika kau ingin menanyakan mengapa kau menemukan logo bintang di obat tetes yang kuberikan dan hoodie-ku, alasannya aku hanya suka bintang.” Jelasnya dengan gembira.

Ia layaknya anak kecil dengan tubuh orang dewasa. Aku diam-diam terkekeh di dalam hati.

______________________
××××××××××××××××××

AN (lagi):

Akhirnya... Bisa update juga... Btw aku ganti nama cerita ini jadi Beyond The Alb Eyes. Karena banyak yang salfok ke The Detergent. Asem....

Sebenernya mau aku ganti ke nama Benyond blablabla setelah ceritanya selesai, tapi karena pada salfok, aku ganti namanya...

Ga bisa janji update minggu depan, mungkin bisa, tapi gatau..

Bye, xoxox

-km

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top