Chapter 19


"Kalau aku hanya bayangan, kau tidak akan bisa memelukku Nic" Selena menjaga jarak dengan Nicolas hingga pria itu menatap perutnya yang mulai membesar.

Ia menelan saliva-nya sembari menunggu Nicolas mengatakan sesuatu mengenai kehamilannya

Namun pria itu tidak melakukannya.

Nicolas mengelus kedua pipinya dengan jemarinya yang besar dan terasa hangat, "kau benar. Kau bukanlah bayangan" pria itu terlihat merenungkan sesuatu dan Selena tidak dapat menebak apa yang sedang dipikirkan oleh pria itu, "bagaimana keadaanmu?"

"well, aku..aku baik-baik saja" jawab Selena canggung.

Ia menjaga jarak dengan Nicolas dan mengelus perutnya yang mendadak terasa seperti kram. Selena memegangi perutnya dan ia merasa seperti akan jatuh.

Nicolas mendadak mengaitkan sebelah tangannya di belakang pahanya dan mengangkat tubuhnya yang membesar dengan mudah, "Nic.."

"Aku akan membawamu ke kamar" jelasnya sambil membawa tubuh Selena keluar ruang kerjanya.

Kamar.

Pikiran itu membuat Selena merasa terkejut dengan beberapa getaran hanya karena kata-kata yang dilontarkan pria itu. "aku tidak perlu dibawa ke kamar!"

"Tenang saja. Aku tidak akan melakukan apapun terhadap seorang wanita yang sedang hamil. Kau membutuhkan istirahat, Sel" Nicolas menghentikan langkahnya dan menatap Selena dengan khawatir, "dan jangan berani berbohong padaku. Mukamu terlihat pucat"

Selena memilih untuk tidak mengatakan atau menjawab apapun. Ia juga tidak dalam kondisi yang memungkinkan untuk menjawab pria itu.

Selena bahkan tidak mengatakan apapun setelah Nicolas meletakkannya diatas tempat tidur yang berukuran king size.

Tangan pria itu diletakkan diatas keningnya, "aku akan membawakan air minum dan beberapa vitamin" setelah mengatakan hal itu, Selena bisa merasakan Nicolas meninggalkannya di dalam kamar.

Kepalanya berputar dan melihat sekeliling ruangan. Kamar yang besar dan terlihat sangat sepi, seakan pria itu jarang menempati tempat ini karena tidak ada jejak yang menandakan bahwa pria itu sering menghabiskan waktu di kamar ini.

kemudian matanya terpaku pada laci kecil nakas yang terletak disamping tempat tidur. Selena membuka laci itu dan menundukkan kepalanya.

Matanya terpaku pada beberapa lembar foto yang jelas diambil diam-diam. Foto-nya..

Beberapa foto yang diambil beberapa bulan terakhir setelah mereka berpisah. Selena yakin itu adalah foto yang diambil selama 3 bulan terakhir karena didalam foto itu terdapat gambarnya saat sedang berjalan kaki untuk mengunjungi dokter, bersantai disamping jendela, bahkan saat ia tersenyum ketika berbincang dengan Lisa.

Mendadak Selena merasa nafasnya sesak, rasa terharu dan perasaan cinta mulai membuncah didalam dirinya.

Ia ingin memeluk pria itu. Selena ingin berharap bahwa pemikirannya salah, bahwa pria itu memang benar-benar peduli padanya, benar-benar mencintainya. Namun alih-alih melakukan itu, Selena meletakkan kembali foto itu kedalam laci dan menutup laci tersebut.

"..Ini pasti karena rasa tanggung jawab, Nicolas.."

Hanya itulah yang bisa dipikirkan Selena. Hanya itu jawaban yang paling masuk akal. Tapi tetap saja, walaupun itu hanya rasa tanggung jawab pria itu kepadanya ia tetap merasa terharu.

Namun hal itu juga yang membuat air matanya mengalir dengan mudah.

Tak lama kemudian, Selena dapat mendengar suara langkah kaki dan pria itu masuk kedalam ruangan dengan membawa nampan yang berisi air hangat dan beberapa vitamin.

Bagaimana pria itu mengetahui jenis vitamin yang dikonsumsinya?

"minumlah" Nicolas memberikan beberapa vitamin kehamilan yang biasa digunakan oleh Selena ke telapak tangan gadis itu dan memberikan segelas air hangat.

Banyak pertanyaan yang ingin Selena tanyakan, hanya saja saat melihat pria yang selama ini ada didalam bayangannya terlihat sangat berbeda dengan sebelumnya. Pria itu terlihat lelah, pucat dan kehilangan berat badan. "..kau.." Selena mengutuk dirinya yang terdengar begitu menyedihkan dari cara bicaranya, "..kau terlihat buruk.."

"..seburuk itukah?" Nicolas bertanya dengan senyum lelah yang menghiasi bibirnya.

Selena mengangguk dan mengelus sisi wajah Nicolas dengan lembut. "apa kau sudah makan? Kau sepertinya kehilangan banyak berat badan.."

Rasa khawatirnya terasa lebih besar dibanding dengan rasa penasaran mengenai foto dan beberapa pertanyaan mengenai pengetahuan Nicolas terhadap kehamilannya.

"..aku tidak berselera makan"

"kau selalu menghabiskan waktu di kantor dan tumpukan dokumen menyeramkan itu, seharusnya kau lebih mengkhawatirkan kesehatanmu" tegur Selena kesal.

Kenapa pria itu tidak pernah bisa merawat dirinya sendiri?!

Selena terkejut ketika pria itu memegang tangannya yang berada di salah satu wajah pria itu, menggenggam tangannya dengan erat dan menatap matanya dengan begitu intens. "..aku merindukanmu.."

Hanya keheningan yang ada diantara mereka, Selena tahu ia tidak akan sanggup mengatakan apapun. Ia tidak bisa menerima pria itu, seharusnya mereka memang tidak lagi bertemu. Aura diantara mereka terasa menyesakkan dan membuat paru-parunya terasa kosong.

Ia melepaskan genggaman Nicolas dan menunduk, berharap pria itu akan mengerti, "...please, jangan mengatakan hal itu Nic.."

"Kenapa?"

"..kau tahu aku tidak menginginkan ini, seperti aku juga tahu kau tidak menginginkan ini" Selena mengucapkan hal itu dengan nafas tertahan.

Kalau saja mengucapkan kalimat itu semudah yang dipikirkannya, maka ia tidak akan merasa begitu tersakiti seperti ini.

Tangan Nicolas terulur dan menggenggam lengannya dengan begitu keras, "..jangan pernah mengatakan apa yang kuinginkan dan apa yang tidak. Jangan pernah. Karena kau tidak tahu apa yang kuinginkan sebenarnya"

"aku tahu. Karena tidak pernah ada kata 'kita'"

"selalu ada kita dan kaulah yang terus membantah hal itu, Sel!" Ia bisa melihat Nicolas menatapnya dengan tatapan yang tidak dimengertinya.

Selena menatap pria itu dengan datar, berusaha menutupi desakan untuk menerima uluran pria itu.

Apa Nicolas tidak tahu betapa sulit baginya untuk menolak tawaran yang begitu menggodanya? "bukan aku yang membantah! Kalau kau lupa, kaulah yang telah menolakku berulang kali, Nic!"

Ucapan itu mengenai Nicolas sehingga pria itu hanya terdiam.

"..kaulah yang telah membuat begitu banyak benteng diantara kita! Berulang kali aku mengucapkan kata-kata itu! Berulang kali aku memohon. Memohon, Nic! Tapi kau mendorongku, mengusirku dari kehidupanmu"

Selena menatap Nicolas dan tahu kali ini ia telah benar-benar melukai pria itu. "Kau pernah menjanjikan bulan untukku dan kau memang melakukannya. Tapi kau juga yang menjatuhkanku dari bulan itu, bukan.. kau mendorongku, kau menghilangkan bulan itu dari hadapanku Nic.."

"Sel.."

Selena menggeleng kepalanya, berusaha menahan desakan air mata-nya. "..aku tidak menginginkanmu Nic. Ya, aku memang menginginkanmu dulu. Aku rela melakukan apapun, termasuk menjadi pengganti Sophie, tapi sekarang.."

"aku tidak menginginkanmu sebagai pengganti siapapun. Aku menginginkan dirimu. Dirimu, Selena..!"

"Tapi aku tidak lagi menginginkanmu!" Selena mengucapkan hal itu dengan begitu cepat sehingga ia bahkan harus mengakui bahwa ia sedang berbohong.

Sebuah kebohongan yang menyakitinya..

Ia tidak ingin menyakiti pria itu, Selena tidak pernah ingin melakukan hal itu. Kenapa?

Karena menyakiti Nicolas sama saja dengan menyakiti hatinya, menghancurkan perasaannya. Karena kau mencintainya. Justru karena ia mencintainya, ia tidak sanggup lagi menerima kalau pria itu dapat menghancurkan hatinya semudah menghancurkan kertas.

Selena tidak lagi sanggup menerima jika suatu saat pria itu akan berpaling darinya, meninggalkannya dengan segala perasaan yang telah disusunnya.

Masih larut dalam pikirannya, mendadak ia merasakan kehangatan yang melingkupinya, menciumnya dan memberikan rasa hangat itu melalui rongga mulutnya. Desakan untuk menangis semakin tak tertahankan sehingga yang dapat dilakukan Selena hanyalah menerima kehangatan itu

Membiarkan Nicolas menciumnya dengan begitu intens dan lembut..

Selena bahkan menerima ketika pria itu membuka bibirnya dengan bibir pria itu, menyusupkan lidahnya kedalam rongga mulutnya. Mencecapnya, membiarkannya merasakan kehangatan melingkupinya, memanjakannya dengan begitu lembut, membuatnya menahan desakan untuk meminta lebih.

"...walaupun kau tidak lagi menginginkanku, aku tetap menginginkanmu. Selalu.." Nicolas tidak menuntut jawaban apapun dan Selena pun tidak mampu memberikan jawaban kepada pria itu.

Karena mereka berdua tahu, tidak ada jawaban yang pasti mengenai keadaan mereka sekarang.

Namun Selena tidak bodoh, ia menginginkan pria itu seperti ia membutuhkan udara untuk bernafas.

Dan ia pun membiarkan pria itu menciumnya dengan begitu lembut, memberikan ketenangan yang selama 3 bulan terakhir telah menghilang dari hari-harinya.

Selena membiarkan Nicolas memeluknya, membawanya berbaring disamping pria itu dan nafasnya hampir terhenti ketika pria itu mengelus pundak dan perutnya dengan begitu lembut.

Salah satu mimpinya yang menjadi kenyataan terindah..

~

Nicolas terbangun saat merasakan getaran pada saku celananya, ia mengutuk ponsel itu namun segera mengangkatnya setelah menatap ID Caller yang tertera pada screen. 

Ia menatap Selena yang masih tertidur dengan pulas dan berjalan dengan sangat pelan saat keluar dari kamar, berharap gadis itu tidak terbangun.

"ada apa, Lis?"Tanya Nicolas dengan suara pelan

"bagaimana keadaan Selena? Apa dia baik-baik saja?"

Ia menghela nafas panjang dan memijat pelipisnya, "dia sedang tertidur, sepertinya perutnya agak kram tadi. Tapi aku sudah memberikan vitamin yang biasa digunakannya"

"..bagaimana kalau kau yang menjaganya sampai ia melahirkan?"

"kau tahu itu tidak mungkin aku lakukan, walaupun aku akan menjaganya dengan senang hati" Nicolas menghela nafas panjang. Ia rela meninggalkan pekerjaannya yang menumpuk demi menjaga Selena dan bayinya. Hanya saja Nicolas juga tahu, gadis itu pasti akan menggunakan seribu macam alasan untuk menolaknya.

Lisa terkekeh disebrang sana sehingga membuat Nicolas jengkel, "kau bisa mengatakan bahwa aku tidak akan berada di Perancis selama beberapa saat"

"..kau mau melakukannya?"

"Bagaimanapun gadis itu terlalu keras kepala untuk mengakui kalau dia membutuhkanmu. Dan bayi itu juga membutuhkan kalian berdua" jelas Lisa.

Memang, ini adalah saat-saat yang membahayakan untuk Selena. Gadis itu terlalu lemah untuk menjaga dirinya sendiri. Nicolas telah memperhatikan Selena selama masa kehamilannya, dan Ben telah mengatakan kepadanya betapa rentan kesehatan gadis itu. Selama 1 bulan ia melihat Selena dari orang yang disewanya bagaimana kehidupannya disana.

Pertama kali Nicolas mengetahui kehamilan Selena setelah gadis itu berbohong kepadanya adalah perasaan lega. Karena itu tandanya ia masih bisa mendapatkan gadis itu walaupun itu juga berarti gadis itu semakin lemah karena mengandung seorang bayi didalam tubuhnya.

Dan Nicolas tidak siap kalau terjadi sesuatu pada gadis itu. Ia bisa gila kalau itu terjadi. "..kalau begitu aku akan menahannya di apartemenku.."

"Nicolas...?"

Nicolas berbalik dan mendapati Selena sedang berdiri didepan pintu dengan tangan yang masih menutupi sebelah matanya yang masih mengantuk. "Selena? Apa yang kau lakukan disini?"

"..justru aku yang ingin bertanya padamu. Kau sedang apa?" Selena berjalan masuk dengan pelan, namun Nicolas langsung berjalan dengan cepat dan memeluk tubuh gadis itu dengan lembut, "saat aku bangun tadi kau tidak berada disana. Aku pikir kau pergi kerja, jadi aku berencana untuk kembali ke apartemenku"

"tidak, kau akan tinggal disini mulai hari ini"

Ia bisa melihat gadis itu mengernyitkan alisnya dengan bingung dan mata mengantuknya mulai kembali seperti semula, "aku tidak akan melakukan hal itu"

"tentu saja kau akan melakukannya, sayang" Nicolas tersenyum lebar, "karena kau tidak memiliki pilihan lain"

"tentu saja aku punya. Aku tetap akan kembali ke apartemenku"

Nah, ini sama sekali tidak membuat Nicolas tetap tersenyum. Seperti yang diasumsikannya, gadis ini memang sangat keras kepala. Dan Selena akan melakukan apapun agar Nicolas melepaskannya, tapi tidak. Kali ini Nicolas tidak berencana untuk mundur seperti 3 bulan yang lalu. Kali ini gadis itu harus mengikuti kemauannya.

"kau sedang hamil, Sel. Dan baru saja Lisa meneleponku untuk memintaku menjagamu. Karena dia sedang berpergian untuk dinas"

Selena mengangkat alisnya karena terkejut, "dia tidak mengatakan apapun padaku!"

"mungkin dia lupa" sanggah Nicolas. Dan ia memberikan ponsel kepada Selena, "kau bisa menghubunginya kalau kau tidak percaya kepadaku"

Tidak mungkin Selena menghubungi Lisa, Selena tahu itu. Kalau Selena menghubungi temannya sekarang, ia pasti telah menyakiti perasaan Nicolas karena itu berarti membuktikan bahwa Selena tidak mempercayai Nicolas.

Selena tidak mungkin melakukan itu..

"Nic, walaupun aku sendirian, aku tetap bisa menjaga diriku sendiri" jelas Selena mencoba memberi pengertian kepada pria itu, berharap pria itu akan mengerti dan membiarkannya pulang

Nicolas menggeleng kepalanya, matanya terlihat keras, "walaupun kau bisa melakukannya, aku tidak akan membiarkanmu melakukannya" kemudian Nicolas menggenggam tangan Selena, "..membiarkanmu? aku tidak akan pernah melakukannya lagi Sel. Usir aku kalau kau mau, tapi aku tidak akan pernah mematuhimu"

"kau pria yang keras kepala"

"..sepertinya kau sudah tahu tentang hal itu" jawab Nicolas lemah. Namun matanya memandang penuh harap kearahnya, berharap gadis itu akan memberinya kesempatan.

Selena menghela nafas panjang dan melayangkan tangannya diudara, "..biarkan aku pulang, aku akan membereskan beberapa barang yang kuperlukan"

"tidak perlu. Aku sudah menyiapkan semuanya..!"

Selena bisa melihat tatapan Nicolas yang penuh senyum sekarang, dan ia mulai bertanya-tanya apakah ini semua telah direncanakan oleh pria itu.Tapi ia mengabaikan pikiran itu karena seingatnya Nicolas tidak pernah berbuat seperti itu—bahkan tidak kepada Sophie

Sophie..

Entah kenapa nama itu akan selalu membuatnya mengenang masa lalu, dan ia seakan terperangkap—tanpa jalan keluar

"Sel? Kau kenapa?"

"eh? Ah, tidak. Aku hanya..tidak ada apa-apa" sanggah Selena ketika Nicolas mendadak menyentuh pelipisnya dengan lembut.

Selena menarik diri dari Nicolas dan menghela nafas panjang. Nicolas bisa melihat kabut keraguan dari mata gadis itu dan ia bertekad untuk membuat kabur itu menghilang, ia telah cukup menyakiti Selena, dan tidak ingin mengulangi hal itu. "ayo, aku akan membawamu memeriksakan diri ke Ben"

"Ben?"

"ah, maksudku Dr. Ben" Nicolas meralat ucapannya

Selena mengernyitkan alisnya dan menatap Nicolas sambil mengangkat sebelah alisnya, "..jangan bilang kau mengenal Dr. Ben, Nic?"

"tentu saja tidak. Mana mungkin aku mengenal dokter? Sayang, aku ini seorang pengusaha bukannya bergerak dibidang kedokteran"

"..kau berbohong?"

"tentu saja tidak. Kenapa aku harus berbohong padamu?" Nicolas tersenyum lebar dan terlihat begitu menyakinkan sehingga Selena memutuskan untuk mempercayainya.

Walaupun ia tidak yakin sepenuhnya kalau Nicolas sedang berkata jujur. Tapi Selena memutuskan untuk membiarkannya saat ini

~

Repost 30 Agustus 2016

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top