Bab 7
🥀🥀🥀
Kalau kata si kupu-kupu biru Ethan se-mengerikan itu, Lyra akan mencoba membuatnya marah. Kira-kira apa?
"Buk, aku yang antar saja." Lyra memutuskan untuk bertemu dengan Ethan pagi itu. Troli sarapan yang biasanya Mike antar kini sudah berpindah tangan. Mona mengangguk dengan senyuman tenang.
"Mas Ethan sedang sakit, jangan terlalu berisik, dorong pelan-pelan saja." Ungkap Mona berpesan.
Sakit? Dia masih sakit padahal yang babak belur sampai masuk rumah sakit siapa? Apa mungkin sakitnya hanya alasan saja? Biar gak ketahuan udah hampir bunuh orang? Dan cowok yang dibuang ke sungai Yui apa kabar? Mati kah?
Lyra mengangguk meski dalam hati, dia berniat untuk mengganggu Ethan sebenarnya. Terserah saja. Dia ingin melihat kegilaannya lagi. Seribu wajah apa? Mana ada orang seperti itu? Kemungkinan besar Ethan punya masalah psikologis. Apa di sini perkembangan ilmu psikologi tidak se-maju di dunia nyata?
Langkah Lyra pasti menyusuri koridor kemudian masuk ke sebuah rute menuju istana dan kamar khusus Ethan yang sebelumnya sering dia datangi untuk mengambil pakaian kotor di sana. Istana semegah ini, pembantu rumah tangganya sangat sedikit sekali. Apa raja kekurangan uang? Pikirnya.
"Ra.."
Deg!
Itu Julian. Dia terlihat sedang merokok di sebuah ruangan besar dengan perban di bahu, juga luka-luka yang masih basah. Dia sudah keluar dari rumah sakit?
Tiba-tiba Julian membuang rokoknya kemudian menghampiri Lyra dengan ekspresi sama.
"Buat Ethan?" Tanyanya. Lyra mengangguk. Dan lagi-lagi Julian menyeringai.
"Lu masih suka sama gue kan?" Tanyanya langsung.
"Hm?" Lyra kebingungan. Gimana cara jawabnya coba? Dia kayak lagi ke geeran sendiri gak sih? Pede banget jadi orang. Gumam Lyra.
"Kalau suka, gangguin Ethan! Jangan biarin dia istirahat dengan tenang. Dia udah bunuh satu teman kita lagi." Lyra melihat amarah dalam mata Julian. Benarkah orang itu mati?
"Bukannya lu juga mukulin dia?!"
"Ya. Karena dia juga nyebelin sih." Lyra kembali tak paham dengan semua ini. "Pokoknya gangguin Ethan! Oke.." Julian malah mendorong bahu Lyra kemudian mencolek dagunya sekilas lalu pergi.
Apa sih?
Gak di suruh pun, Lyra ingin mengganggu Ethan kan? Terus kenapa harus dengerin dia? Pikir Lyra yang kemudian kembali melanjutkan langkahnya menuju kamar Ethan.
Kamar Ethan perlahan terlihat dengan lorong luas beserta dua orang penjaga di depan pintu masuknya. Kenapa ada yang berjaga-jaga segala? Apa sakitnya separah itu? Lyra mulai mempertanyakan.
Penjaga itu membantu Lyra membuka pintu kamar Ethan seolah mempersilahkan.
"Pelan-pelan." Pesannya ketika Lyra mulai masuk. Setelah mengangguk sekilas, Lyra melangkah pelan sesuai instruksi. Mereka lebay perasaan.
Mata Lyra mulai mencari-cari sosok itu. Sejak pingsan kemarin, dia tak sempat melihatnya lagi. Memangnya bagaimana keadaannya sekarang?
Lyra lihat sebuah tiang infus di samping tempat tidur megah dengan ukuran besar itu. Selimut abu yang dia gunakan terlihat menggulung tubuh seseorang. Dia benar-benar sakit. Lyra melangkah semakin dekat kemudian memperhatikan wajah Ethan yang terlihat pucat pasi. Se-sakit itukah? Menderita banget kayaknya.
Perlahan orang itu membuka mata dan mendapati Lyra kini sedang memperhatikannya. Ethan terlihat mulai gelisah namun berusaha mengulurkan tangan seolah meminta Lyra mendekat. Bahkan untuk sekedar bangkit pun Ethan benar-benar kesulitan.
Tak tega melihatnya seperti itu, Lyra mendekat kemudian menautkan tangannya meski sedikit ragu.
"Maaf.." Suara itu terdengar menyakitkan dan bergetar. Lyra bisa merasakannya padahal hanya bisikan halus yang hampir tak terdengar. Dia se-begitu tersiksa begini, kenapa kupu-kupu biru itu masih mengutuknya?
"Tidur aja." Pinta Lyra lembut. Ethan terlihat sedikit heran karena tak biasanya Lyra seperti ini. Namun tidak mempertanyakan. Setidaknya Lyra tidak bergetar ketakutan setelah melihat kejadian kemarin. Bahkan sekarang dia masuk ke dalam kamarnya tanpa perlu di paksa.
"Soal kemarin.." Masih dengan napas terengah, Ethan mencoba menjelaskan pelan. "Dia di hasut Julian.. Mereka.. bawa ormas buat bunuh seorang pelayan istana.. Julian marah karena dia lapor.. ke gue.. akhirnya kita sama-sama siksa dia.." Hati Lyra bergetar ketika Ethan berusaha menjelaskan meski terbata bahkan seluruh tubuhnya gemetar. Meski begitu, Lyra tetap ingin mendengarkan. Lyra bahkan perlahan duduk di samping Ethan sambil menggenggam tangannya lebih erat. "Gue marah karena dia bunuh pelayan.. Istana karena masalah sepele.. Cuma gara-gara hutang yang gak seberapa kenapa sampai bunuh orang? Padahal.. pelayan itu udah.. kerja lebih dari sepuluh tahun sama gue..Dan soal Julian.. Maaf.. Gue tau lu marah.. karena gue bikin dia sampai begitu.. Tapi.." Ethan terlihat seperti akan mendapat serangan panik lagi.
"Oke.. Aku paham.." Lyra mengangguk mencoba menghentikannya. Dan semua penjelasan itu kembali membuat Lyra menyimpulkan jika Ethan memang sangat menyukai Lyra si kupu-kupu biru. Terus kenapa dia se-bego itu? Dan lagi, bukankah dia tak perlu membuatnya jatuh cinta karena yang terlihat cinta Ethan ternyata sedalam ini? Lalu kutukan apa yang harus dipatahkan ketika dia tak perlu lagi membuatnya jatuh cinta?
"Than.. Kalau gue bukan Lyra yang lu kenal.. Lu gimana?" Pertanyaan ini tiba-tiba saja terlintas. Tak ada solusi lain. Lyra harus segera menemukan cara sendiri supaya tidak bergantung pada Lyra si kupu-kupu biru dengan pemikiran bodohnya.
".. Gue tau.."
Deg!
Ethan bahkan tidak terlihat terkejut kala itu. Dengan tubuh lemahnya, dia bangkit kemudian berusaha lebih intens melihat wajah Lyra.
"Kita pernah ketemu di depan rumah gue. Lu sekolah di seberang.." Ethan terlihat serius sekarang.
".. dunia nyata?"
Ethan mengangguk yakin.
"Terus kehidupan lu di sana gimana?" Tanya Lyra makin penasaran.
"Gak ada. Gue cuma sekali ke sana dan kembali setelah dua hari. Karena ini setiap saat gue minta lu buat bawa gue pergi dari sini. Tapi selama ini yang lu omongin cuma Julian dan Julian. Sampai di satu titik, gue ngerasa lu berubah. Dan gak tau kenapa kali ini kayaknya gue ngerasa bisa jujur sama lu yang sekarang. Karena lu gak lagi kabur, lu gak lagi ketakutan.. Bahkan mata lu gak lagi menghakimi gue.. Lu yang gue temuin ketika peleburan pertama 18 tahun lalu.. Gue yakin sekarang. Itu lu kan.."
Bisa bayangkan seberapa menderitanya Ethan selama ini? Dia memang mencintai Lyra. Selalu begitu, namun Lyra sama sekali tidak menyadarinya dan terus menghakimi Ethan sesukanya. Entah Lyra mana yang dia cintai sebenarnya. Namun, rasa Ethan tulus hingga menembus layar.
"Apa yang udah lu lakuin selama ini sama Aura?" Tanya Lyra. Ethan selalu memanggilnya seperti itu kan?
"Gue sayang sama dia. Otak gue selalu berpikir kalau gue memang harus lindungi dia. Kalaupun gue harus nikahin dia nanti, gak masalah. Asal gue pastikan dia aman. Dan kalaupun dia masih mencintai Julian pun gak masalah. Gue bener-bener gak masalah. Asal gue bisa pastikan dia aman. Entah itu di dalam atau di luar istana, gak penting. Dimana pun, gue harus lindungi dia." Ah.. kesimpulan Lyra tadi kembali ambigu jika mendengar penuturan Ethan yang ini, sepertinya bukan cinta yang seperti itu kan?
"Artinya lu gak pernah jatuh cinta sama Aura?" Tanya Lyra.
"Jatuh cinta?" Ethan kembali mempertanyakan perasaannya selama ini. "Apa berusaha ngelindungi selama ini gak terhitung cinta?" Tanya Ethan.
"Kayaknya bukan.." Lyra pun tak terlalu paham. Ethan terlihat berpikir juga. "Gini deh.." Lyra menemukan solusinya. "Lu pernah bayangin ciuman sama Aura? Atau berhubungan badan misalnya?" Tanya Lyra frontal hingga membuat Ethan salah tingkah.
"Enggak lah! Gila lu!" Elak Ethan.
"Enggak di sini maksudnya lu mau atau enggak?"
"Gak! Gak akan pernah!"
"Artinya lu gak pernah suka sama dia dong? Ngapain sampai sebegitunya? Yang ada dia malah benci sama lu!"
"Dia benci sama gue?"
"Iya. Dia bilang Ethan itu Setan. Lu juga dibilang silent killer. Punya seribu wajah, dan gak bisa ditebak sama sekali."
"Lu masih berhubungan sama dia? Kok bisa?" Ethan terlihat heran.
"Dia datang sebagai kupu-kupu biru dan kita bisa ngobrol. Dan setannya dia, di dunia gue sana, malah mau nikah sama Julian. Padahal gue gak bisa.. Sumpah pengen gue bunuh tuh si kumbang!" Lyra makin nyaman dengan obrolannya bersama Ethan.
"Bunuh aja."
"Hm?" Baru saja dia merasa nyaman, Ethan kembali bikin merinding. Ingat? Silent killer! Apa sekarang Lyra sudah tertipu? Bukankah baru saja dia bilang ingin melindungi Aura? Kenapa sekarang berubah lagi?
"Lu bisa hidup di sini sama gue. Kita bikin hidup baru, dan bahagia bersama. Kalau dipikir-pikir, lu bukan Aura. Dan jelas lu gak suka sama Julian lagi kan?"
"Gila lu! Noni gue gimana? Disini gue yatim piatu! Di sana gue independen woman, di sini gue budak! Mana mau gue tukar hidup yang udah gue usahain mati-matian itu sama kehidupan di sini yang --- begini? Hah.. Gue pengen pulang." Lyra mendesah putus asa.
"Kita bisa cari orang tua lu di sini. Kalau di dunia nyata orang tua lu masih ada, artinya di sini pun ada. Terus soal kehidupan lu yang mapan di sana, gue bisa usahain."
"Gue tetep pengen pulang." Jawab Lyra setelah terdiam sejenak mendengar angin segar dari Ethan.
".. Gue tau mantra pembuka black hole.."
Deg!
"Lu tau?" Ethan mengangguk.
"Tapi gue gak mau lu balik ke sana." Ethan terlihat tegas sekarang.
"Kenapa?"
"Gue yang bawa lu ke sini. Dan sekarang gue balikin lu gitu aja? Gak Lyra. Gue pengen lu di sini."
Lyra tercengang mendengarnya. Ternyata awal mula semua ini adalah Ethan?
"Terus soal penghilang kutukan yang Aura bilang itu apa.."
"Penghilang kutukan apa?"
"Dia bilang gue harus deketin Lo, dan bikin lo jatuh cinta sama gue."
"Lakuin aja! Yang itu bagus."
"Gila lu Tan!" Lyra benar-benar tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.
"Hidup gue di sini gak ada artinya Ra.. Ketika gue dapat kesempatan buat merubahnya, kenapa engga? Mungkin Tuhan pengen ngasih gue kesempatan untuk bahagia? Gue harus manfaatkan. Lu bilang gila? Udah lama gue gila Ra.. Orang-orang selalu bilang gitu. Termasuk Aura. Gak ada yang pernah bener-bener berdiri di samping gue. Gak pernah ada. Semuanya punya alasan. Dan alasan-alasan itu bikin gue muak. Lalu Aura.. Satu-satunya orang yang gue harapkan malah terlalu jujur dan dengan mudah ninggalin gue gitu aja. Tapi lu beda Ra.." Ethan si gila itu mulai merayap lagi. Lyra sontak bangkit lalu mundur. Tapi Ethan tak menyerah. Dengan tubuh lemah itu, dia berusaha meraih tangan Lyra meski ditepis berkali-kali.
"Lu gak bisa balik ke dunia lu tanpa gue." Kali ini kalimat itu bagai ancaman. Lyra mulai takut.
Mungkin benar apa kata Aura si kupu-kupu biru itu. Ethan benar-benar punya seribu wajah.
🥀🥀🥀
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top