Chapter 5
Yuhuuu! Update lagi😍😍😍😍
Jangan lupa vote dan komen sebanyak-banyaknya ya😘😘🤗🤗❤️
•
•
Unique datang ke acara meet and greet girlband sahabatnya. Dia melihat sekeliling, mencari sosok Cloud. Tidak mungkin Cloud tidak datang ke acara girlband kesukaannya ini. Namun, tidak ada di sana.
"Tumben si dosen doyan fanboying nggak ada," ucapnya pelan.
Walau tidak ada, Unique melihat beberapa buket bunga besar datang dan diberikan pada Sugar. Selain itu ada seseorang bersetelan jas rapi memberikan dua kotak berukuran sedang dan kecil yang dibungkus kertas kado kepada Sugar. Pikirannya langsung menjurus pada Cloud. Siapa lagi penggemar royal yang akan memberikan barang-barang seperti ini? Yang dia tahu sejauh ini hanya Cloud. Belum menemukan yang royal lagi selain pacar bohongannya itu.
Tak lama kemudian acara meet and greet dimulai. Acara berlangsung selama dua jam dan berakhir dengan tenang. Bahkan sampai acara selesai, Unique tidak melihat Cloud sedikit pun.
Unique bergegas menghampiri Estetika yang berada di ruang tunggu. Tak perlu masuk ruangan, sahabatnya sudah menunggu di luar dan mengajaknya pergi ke kolam renang hotel yang menjadi tempat meet and greet.
"Tumben Cloud nggak muncul." Unique membuka obrolan setelah mereka duduk di kursi berjemur.
"Lo belum tau? Katanya pacaran bohongan sama dia. Masa nggak diceritain?"
Unique mengernyit. "Cerita apa?"
"Berhubung lo sahabat tercinta gue jadinya gue beberin."
"Apaan sih?"
"Anaknya Cloud datang ke Jakarta makanya dia lagi pergi sama anaknya. Tapi tetep aja Sugar dikasih hadiah mewah. Sugar dibeliin hape terbaru yang berapa puluh juta tuh. Terus dikasih tas sama sepatu mahal banget. Royal bener ya dia," cerita Estetika.
"Lo tau dari mana Cloud punya anak?"
"Sugar kan sepupu gue. Otomatis dia cerita."
"Ini lo serius?"
"Menurut lo bercanda? Gue serius."
Unique bingung harus bereaksi seperti apa. Dia baru tahu Cloud punya anak. Katanya belum nikah. Kenapa sudah punya anak?
"Anak hasil kecelakaan. Itu kalau lo mau nanya lebih jauh," lanjut Estetika setelah menyadari raut wajah bingung Unique.
"Oh, hamil di luar nikah. Kok nggak dinikahin perempuannya?"
"Ya, lo liat aja tuh Sugar. Mana mau dia dinikahin Binar. Liat Binar brengsek gitu bisa makan hati makanya nggak nikah. Biar gimana Sugar nggak mau tersiksa dalam hidupnya. Meskipun Binar udah berubah, tapi kan baru sekarang. Dulu mana ada keliatan mau tobat. Kalo dulu nikah, belum tentu kan Binar tobat. Gue yakin perempuan itu juga ngerasa gitu makanya nggak mau dinikahin Cloud." Estetika menyuarakan asumsinya.
"Bule ya? Gue denger Cloud kuliah di luar negeri."
"Bukan kok orang sini. Neneknya Cloud kan strict banget. Katanya tuh anak nggak boleh tinggal di Jakarta sampai Cloud nemu perempuan yang tepat untuk jadi ibu dari anaknya."
"Siapa? Jangan bilang Hellora."
"Hellora siapa tuh? Bukan Hellora. Seinget gue namanya Sagitarius. Duh, Sagitarius siapa ya..." Estetika mencoba mengingat-ingat. Sialnya tidak ingat nama lengkapnya.
"Buset... perempuan baru lagi. Cloud tuh brengsek banget ya. Curiga mantan pacarnya ada sepuluh lusin." Unique geleng-geleng kepala. Dia tidak suka sama laki-laki yang playboy macam Cloud. Tipe-tipe yang sangat dia hindari.
"Emberan." Estetika mengangguk setuju. "Cloud aja sering tinggal bareng mantan-mantannya. Tapi itu pun diam-diam gitu biar nggak ketahuan neneknya. Berarti kalo dia tinggal bareng... ah, udahlah. Otak gue traveling."
"Untung gue bukan pacar beneran. Bisa sakit hati deh."
Estetika menatap dengan tatapan menggoda. "Cie... berharap jadi pacar beneran nih? Gue aminin deh ya. Siapa tau malaikat lewat terus catat nih doa gue." Lalu, tertawa meledek Unique.
"Sial lo! Jangan. Gue nggak suka laki-laki playboy kayak gitu. Lagian gue heran Cloud tuh selalu balik sama mantannya yang namanya Hellora. Kalau cinta kenapa putus? Kenapa mesti putus nyambung kayak kabel? Harusnya sama dia aja atau nikahin kek," cerita Unique.
"Kadang ada yang nggak ingin dinikahin. Denger cerita gue tadi soal Sugar, kan? Bisa aja Hellora merasa Cloud bukan pilihan yang tepat untuk menjadi suaminya. Perempuan juga boleh memilih. Kalau laki-laki itu nggak tepat, kenapa harus dipertahankan dan diperjuangkan? Nanti malah menderita saat menjalin hubungan. Ini sih teori asbun versi gue aja." Estetika menyuarakan apa yang ada di kepalanya. Entah masuk ke pikiran Unique atau tidak.
Unique berdiri, kemudian mendaratkan punggung tangan di kening Estetika. "Oh, pantes. Lagi waras jadinya bisa kasih komentar yang lurus."
Estetika menepis tangan Unique. "Sialan lo ya."
Unique tertawa. "Lucu sih kalau lo komen lurus gini. Tapi sampai detik ini masih nggak nyangka lo jadi personel girlband. Gue kaget dong."
"Gue pun masih ngerasa ini mimpi. Gue diajakin sama CEO Xtar secara langsung buat gabung. Tapi kocak juga sih. Karena cuma merasa nggak nyaman akhirnya cabut dari grup."
"Siapa yang nggak nyaman?"
"Personel lama, Saza. Gue dengar dulu dia pacaran sama bos Angan. Keluar juga karena mulai nggak nyaman ketemu mulu. Makanya dulu bukan Sugar kesayangan Puretty tapi Saza. Baru ke sini aja banyak yang bilang Sugar cantik. Menurut gue sih Saza ini super cantik. Mana lulusan Oxford. Otaknya encer sih."
"Wow! Bravo sekali ya. Lo tau banyak gosip ternyata. Mana bukan gosip kaleng-kaleng."
Estetika tertawa bangga. "Jelas. Tapi kayaknya Sani sepupu gue belum tau soal ini. Mau gue ceritain tapi nggak enak. Biar bos Angan cerita sendiri aja kali ya."
"Iya. Jangan lo ceritain. Biar tau sendiri aja. Nanti lo kena semprot Angan."
"Okelah. Eh, gue laper. Mau makan steak nggak?"
"Steak? Jam segini?" Unique melihat jam tangan yang menunjukkan pukul tujuh. Tak terasa obrolan mereka yang tidak terlalu banyak ini menguras waktu yang lama. "Nggak takut muncul lemak-lemak? Biasanya jadi girlband harus jaga proposional tubuh."
"Gampang lah. Gue bisa lari sepuluh putaran besok. Yuk, ah!"
Mereka berdua meninggalkan kolam renang dan bergegas menuju restoran hotel yang menyediakan steak luar biasa. Urusan perut lebih penting sebelum mereka berbincang lagi.
📳📳📳
Suasana mobil cukup berisik. Lantunan lagu girlband Puretty memenuhi seisi mobil. Belum lagi senandung kecil yang turut meramaikan.
Unique sudah tidak mengerti lagi kenapa Cloud sebegitu tergila-gilanya dengan Puretty. Seperti saat ini contohnya. Cloud tidak mau mengganti lagunya dan hanya mendengarkan girlband kesukaannya itu.
Setelah selesai mengajar Cloud mengajaknya pergi entah ke mana. Tidak ada info lebih lanjut dan disuruh ikut saja.
"Pak Cloud tuh Preby sejati ya?"
Preby yang dimaksud adalah singkatan Pretty Baby--sebutan untuk penggemar setia Puretty.
"Iya, Bu. Waktu itu Bu Unique datang mau nonton siapa?"
"Estetika. Dia sepupu sekaligus pengganti personel lamanya."
"Oh, Estetika. Iya, iya, saya tau."
"Pak Cloud cuma suka sama Sugar?"
"Saya suka semuanya, Bu. Mereka kumpulan dewi-dewi. Cantiknya kebangetan. Estetika juga cantik. Udah masuk jajaran idola kesayangan saya. Tapi saya paling suka sama Sugar."
Unique tertawa cukup keras meledek Cloud. "Haha... baru kali ini nemu laki-laki yang ngefansnya kayak Pak Cloud. Mana royal pula. Selain girlband Puretty, ada yang Pak Cloud suka atau ikutin?"
"Ada sih, tapi rahasia. Saya nggak mau Bu Unique tau." Cloud takut suatu saat Unique membeberkan hal seperti ini pada yang lain.
"Takut saya ember? Bukannya Pak Cloud yang ember?"
"Enak aja. Saya mana ember sih, Bu."
"Kalau seperti Pak Cloud aja yang begitu dirasa nggak ember, gimana embernya ya?" ledek Unique.
Cloud berdecak. "Bu Unique tuh nyindir mulu. Nggak capek Bu jadi tukang sindir?"
"Bapak nggak capek jadi tukang gosip?" balas Unique sekenanya.
Cloud tidak menanggapi lagi. Setiap adu mulut sama Unique pasti kalah. Ada saja balasan Unique yang membuat dia mati kutu.
Mereka diam tak bicara lagi. Cloud fokus menyetir mobil, sedangkan Unique sibuk membaca komik.
Tepat saat mobil berhenti karena lampu lalu lintas, Cloud melirik sedikit mengamati hal yang membuat Unique tak bersuara lagi.
"Lagi ngapain, Bu?" tanya Cloud.
"Baca komik." Unique menjawab singkat dan padat.
"Judulnya?"
"Pangeran Dal dan Putri Moara."
"Saya udah baca."
Pandangan Unique beralih pada Cloud. Ini bukan komik yang menceritakan fantasi sepenuhnya, tapi ada adegan romansa yang menggemaskan. "Pak Cloud baca? Serius? Pak Cloud baca ini? Nggak salah?"
"Jangan diulang-ulang, Bu. Iya, saya baca itu. Semua sepupu saya penggemar komik sejati. Di grup aja bahasnya tokoh 2D semua. Pusing saya." Cloud agak kesal tiap mengingat pembahasan yang bukan 'dia banget' ketika grup didominasi semua sepupunya yang perempuan.
"Berarti Pak Cloud punya karakter favorit di komik itu dong?"
"Nggak. Tapi saya suka karakternya Pangeran Ilzksarion."
Unique tertawa pelan. Tak disangka-sangka dia ketemu laki-laki yang suka baca komik. Sebenarnya wajar saja laki-laki baca komik. Adiknya pun pecinta komik Detective Conan. Namun, dia tidak menyangka Cloud membaca bacaan yang didominasi bumbu romansa.
"Bu Unique ngetawain saya ya? Ini saya terpaksa baca biar bisa ikutin pembahasan sepupu saya, Bu. Kalau diam aja di grup bisa diomelin. Apalagi kalau saya nggak komentar soal komik itu. Beneran deh, kalau ibu mau gabung grup itu sehari coba rasain kekejaman mereka. Heran saya pasangan mereka bisa pada bucin banget. Apa nggak tau ya adik sama sepupu saya kejam bin nyebelin? Mana suka bully saya," curhatnya.
"Ini mah bisa-bisaan Pak Cloud aja. Mereka keliatan baik semua."
Cloud memutar bola matanya. "Baik di depan, tapi di belakang kayak harimau semua. Mulut pada ketus. Kalau ada acara keluarga kayak arisan gitu, nanti saya ajak. Biasanya mereka tanding golf atau apalah. Bu Unique liat sendiri ganasnya kayak apa."
"Oke deh. Saya tunggu, Pak. Saya penasaran sama semua sepupu Pak Cloud."
Cloud heran Unique penasaran begitu. Padahal dia sendiri malas mengenalkan sepupunya karena galak dan mulutnya bocor semua. Belum lagi suka refleks mukul lengan. Lengkap sudah penderitaannya sebagai laki-laki semata wayang di keluarga Atmaja. Dia pikir akan disayang-sayang sepupunya, ternyata malah lebih sering diomelin.
"Oh, ya. Kita mau ke mana, Pak? Pertanyaan awal saya belum dijawab sampai sekarang," tanya Unique tak sabar.
"Rahasia, Bu. Liat nanti aja."
Unique tak bertanya lagi. Menyerah. Biarlah sesuka hati Cloud saja.
Setelah bermacet-macet ria di jalan akhirnya mereka tiba di tempat tujuan. Bukan restoran atau kedai kopi melainkan mal besar. Di dalam mal mereka mendatangi salah satu kedai bubble tea.
"Papa!" Seorang perempuan berdiri dari tempatnya dan memeluk Cloud. "Akhirnya sampai juga. Aku udah nunggu lumayan lama tau."
"Maaf ya. Jalanan macet." Cloud menjawab lembut sembari mengusap puncak kepala gadis itu.
"Ini siapa, Pa?" tanya perempuan itu.
Unique mengamati perempuan itu. Tidak seperti gadis yang baru masuk SMP atau SMA. Tubuhnya tinggi, wajahnya cantik blasteran dan irisnya cokelat muda. Wajah-wajah duplikat boneka Barbie.
"Oh, kenalin. Namanya Unique." Cloud melepas pelukan, lalu menepuk pundak Unique. "Tante Unique ini mengajar di kampus yang sama kayak Papa."
Unique melotot. Anaknya Cloud umurnya tujuh belas tahun? Berarti umur berapa Cloud melakukan kesalahan? Empat belas atau lima belas tahun? Parah. Ternyata Cloud sebejat itu.
"Halo, Tante Unique." Gadis itu memeluk Unique, berhasil membuyarkan semua pertanyaan di kepala Unique. Kemudian, gadis itu melepas pelukan dan tersenyum ramah. "Aku anaknya Papa Cloud. Namaku Starry."
"Hai, Starry. Salam kenal." Unique balas tersenyum. Pikirannya masih tidak percaya. Anaknya Cloud sudah sebesar ini.
"Ayo, Pa. Kita keliling belanja baju. Eh, tapi aku mau beli boba lagi. Papa atau Tante Unique mau?"
"Nggak. Kamu beli aja sendiri." Cloud mengeluarkan kartu miliknya dan menyodorkan pada Starry. "Kamu pakai kartu Papa terus simpan dulu kartunya supaya pas kamu belanja bayar pakai kartu ini aja."
"Asyik! Oke, Pa. Tunggu di sini ya. Pesen dulu." Starry meninggalkan ayahnya berdua dengan Unique.
"Saya baru tau Pak Cloud punya anak sebesar ini. Ibunya mana, Pak?"
"Ada di New York. Nggak ikut pulang."
"Ini beneran anak Pak Cloud? Umurnya berapa? Keliatannya udah tujuh belas tahun ya?" tanya Unique tambah penasaran.
"Enam belas tahun, Bu. Di Amerika SMA kan empat tahun, tapi anak saya akselerasi jadi cuma dua tahun aja. Dia pintar sih jadinya serba cepat gitu. Dia sempat mau nunda kuliah karena bosan di sana jadi saya suruh pulang dulu," jawab Cloud seraya duduk di bangku yang sempat diduduki putrinya.
"Oh, gitu."
"Maaf ya, Bu. Saya ngajak Bu Unique buat bantu cari baju yang pas. Soalnya saya dibilang jadul nggak tau fashion yang lagi tren sama Starry." Setelah cukup lama menutupi alasan mengajak Unique, akhirnya Cloud memberitahu.
"Nggak apa-apa, Pak. Nanti saya bantuin anaknya."
Unique masih tak percaya. Sebenarnya Cloud yang dia kenal punya berapa banyak rahasia kelam yang tidak diketahui orang banyak?
📳📳📳
Jangan lupa vote dan komentar kalian😘😘😘🤗❤️
Follow IG: anothermissjo
Starry secantik ini🙈🙊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top