Bab. 21 Kebohongan Jono
Jono membuat rencana agar kedua istrinya tidak lagi mencurigainya.Pertama dia akan menunjukkan perubahan sikap yaitu lebih perhatian, kedua dia akan memperbaiki diri dengan menambah wawasan agama dengan melihat ceramah di televisi,dan ketiga dia akan mengurangi kegiatan di luar rumah.
Setelah membuat rencana jono memulai aksinya dengan mengajak kedua istrinya keluar untuk beribadah di masjid. Sebenarnya karena dia tidak pernah sholat,jadi dia tidak bisa mengimami keluarganya, kalau mereka di ajak ke masjid lebih aman, begitulah rencananya.
Pada awalnya Maysa dan Tika merasa ragu dengan niat baik suaminya,tapi setelah Jono mengakui bahwa dirinya tidak bisa sholat, sehingga pilihannya adalah mengajak keluarganya berjamaah di masjid. Mereka pun setuju. Lagi pula ajakan suaminya adalah baik, untuk beribadah,jadi mereka mau mengikutinya.
Kemudian dia akan belajar agama lebih giat agar bisa menjadi imam bagi keluarganya. Tika menyiapkan anak-anaknya, sementara Maysa mencari mukena.
"Mba Tika punya mukena?"tanya Maysa
"Hanya satu, May. Tapi sepertinya sudah jelek."
"Ya sudah ngga apa-apa kita pinjam di masjid saja."
Mereka kemudian bersiap-siap menunggu adzan maghrib tiba, ada rasa haru di hati Maysa, karena dia sadari semenjak menikah dengan Jono baru kali ini bisa sholat berjamaah. Entah mengapa dia dengan mudah meninggalkan salat, mungkin karena suaminya tidak salat, jadi tidak ada yang mengingatkan.
Allahu akbar Allahu akbar ....
Allahu akbar Allahu akbar ....
Asyhadu anla ilaha illallah....
Alhamdulillah suara adzan maghrib terasa menghangatkan hati Maysa. Mereka kemudian keluar rumah,berjalan kaki menuju ke masjid. Beberapa orang yang berpapasan memandang mereka dengan heran, mungkin karena keluarganya belum pernah ke masjid, jadi merasa aneh karenanya, sebagian orang tidak peduli, dan sebagian kecil juga berjalan bersama ke masjid.
Sampai di masjid, perasaan tenang dan nyaman dirasakannya, anak-anak bahkan merasa sangat senang, ini pengalaman pertama mereka ke masjid, mereka merasa takjub dengan kemegahan bangunannya. Orang-orang di masjid menyapa mereka ramah dan hangat.Setelah berwudu, mereka mempersiapkan diri untuk salat berjamaah.
"Aku mau ke masjid lagi ayah,"seru si bungsu dengan gembira.
"Iya benar, aku juga mau sering ke masjid,"kata yang sulung, biasanya dia paling jarang komentar.
Jono hanya senyum, maksud hatinya mengajak keuarga ke masjid untuk menghilangkan kecurigaan dua istrinya, ternyata buah hatinya yang sangat antusias dan merasa senang. Jujur saja kalo ke masjid dia sering sekali, tapi bukan untuk salat seperti hari ini,melainkan untuk istirahat tidur menghilangkan penat.
Dilihatnya kedua istrinya Maysa dan Tika juga merasa senang, "Ternyata hanya sederhana saja membuat mereka senang,"batin Jono,"Tidak salah keputusanku hari ini, mengajak mereka keluar, tanpa biaya alias gratis."
Jono juga merasa senang, biasanya untuk menyenangkan anak dan istrinya dia perlu modal besar, mengeluarkan banyak uang. Mereka kemudian mengikuti salat berjamaah di masjid.
selesai salat mereka kembali ke rumah Tika, Jono mendekati Maysa dan mengajaknya pulang,"Kita pulang sekarang Maysa."
Maysa setuju dan pamit kepada Tika dan anak-anak. Jono mendekati Tika,"Aku antar Maysa pulang ke rumah, malam ini aku menginap di rumah Maysa, takut dia masih nekat berbuat macam-macam,"kata jono. Tika mengangguk,dia mengijinkan suaminya untuk menginap di rumah Maysa.
***
Hari berikutnya Maysa dan Tika, saling mengawasi jono, mereka bekerja sama untuk saling melaporkan keadaan dan posisinya. Maysa mengajari Tika untuk merenovasi rumah mereka dan mengganti beberapa barang yang sudah tidak layak. Mereka benar-benar menyibukkan suaminya agar tidak punya waktu luang untuk urusan lain,selain bekerja dan keluarga. Mereka juga mendampinginya untuk mengikuti kajian pagi melalui televisi dan salat berjamaah di masjid. Meskipun baru salat maghrib saja.
Maysa yang masih meragukan tekad suaminya untuk berubah, tetap lebih waspada dari pada Tika. Di toko pun dia tetap berusaha mengawasinya. Inilah yang membuat Jono benar-benar tak berkutik di buatnya. Sekali saja dia melakukan kesalahan maka dia bisa kehilangan Maysa atau bahkan keduanya.
Untuk lebih aman Jono memilih menjauhi wanita yang sedang diincarnya, dan menjaga keduanya ternyata lebih sulit dari yang diperkirakan.
Jono melihat ponselnya, ada pesan singkat dari Lia, wanita yang sedang di dekatinya.
[ Mas... kapan bisa ketemu? Aku sudah ingin ditemani belanja seperti biasa.]
"Ups... aku sudah memberi tahunya untuk tidak kirim pesan."
Jono segera menghapus pesan singkat, dilihatnya Maysa yang masih sibuk melayani para pembeli di toko. "Kalo tidak segera di balas, dia akan telpon.
[mas... belum bisa, saat ini masih sibuk.]
[Ah... aku tahu, mas takut sama istri yang galak itu, ceraikan saja. Terus nikahi aku, yakinlah mas aku lebih baik dari dia.]
Jono menggelengkan kepala, enak saja main ceraikan, Maysa sangat membantunya mengatur keuangan dan pandai mengelola toko. Kalo dia Cuma bisa menghabiskan uang saja. Jono senyum sendiri. Segera dihapusnya chat itu.
"Lagi ngapain mas, aku perhatikan dari tadi geleng-geleng dan senyum sendiri," selidik maysa yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. Sangking terkejutnya Jono hampir melepaskan ponselnya.
"Kamu mengagetkanku."
"Kayak sedang chating sama gebetan saja sampai terkejut begitu, coba lihat HPnya," Maysa merebut ponsel dari tangan Jono. Laki-laki itu tidak dapat berkutik. Dia tampak pasrah.
"Huh... untung sudah ku hapus, chat dari wanita itu,"gumamnya.
Maysa segera membuka chat dan melihat siapa saja yang sedang berkomunikasi dengan suaminya, namun dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Dia segera membuka galeri foto dan video, ternyata hanya ada foto keluarga saja.
"Kenapa tadi mas Jono kelihatan sedang tersenyum, ayo jujur mas, tadi chat dengan siapa?" selidik Maysa.
"Aku hanya melihat status saja, Ada yang lucu, aneh dan absurd."
Jono membohongi istrinya.Tak ingin menimbulkan banyak pertanyaan jono memilih kabur darinya dengan mengatakan ingin ke belakang.
"Aku ke toilet dulu ya, ini titip HPnya," pamit Jono.
"Ngga usah mas, kamu bawa saja Hpnya nih," Maysa pergi meninggalkan Jono.
Segera saja Jono menuju toilet, walaupun hanya sekedar cuci tangan saja. Dia mencari tempat yang agak jauh dan menelpon wanita itu.
Tut.....tut...tut...
"Halo...ada apa mas?"
"Dek Lia, saat ini jangan kirim pesan atau telpon mas, biar mas yang menghubungi."
"Ah lama, kadang seharian mas ngga telpon ." suara dari seberang terdenga sedang merajuk. Jono menjadi gemas dibuatnya. Dia membayangkan bagaimana wajah cantik Lia yang sedang ngambek, Ah Jono merasa rindu dan ingin bertemu. Tapi dia masih harus bertahan jika inginmempertahankan rumah tangganya.
"Sabar sayang, nanti juga kita bertemu kalo mas tidak sibuk."bujuknya.
"Aku tunggu malam Minggu besok, kalau mas tidak datang, kita putus,"rajuknya.
"Jangan begitu dong... ayolah cantik, saat ini mas belum bisa ketemu, atau kamu minta apa? Nanti mas pesankan."
"Ya sudah, aku mengalah, nanti malam aku kirim gambarnya, aku pingin beli cincin emas yang bagus."
"Oke, nanti aku usahakan," bujuk Jono.
"Terima kasih mas,"terdengar suara telepon yang di putus.
Jono berfikir lebih baik dia membelikan barang-barang yang diminta waniita itu daripada dia menghubunginya. Jono benar-benar terperangkap oleh kebodohannya sendiri. Dia tidak bisa memilih hal yang baik untuk dirinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top