Chapter 6 (a)
Ponsel Zac kembali berbunyi untuk yang kesekian kalinya dan berulang kali juga pemuda itu berusaha meraih benda tersebut kemudian mematikan panggilan telepon. Hari minggu, dia begitu malas untuk bangun sepagi ini, ditambah lagi semalaman ia tidak bisa tidur akibat mendapat serangan mendadak dari Alsou.
Ciuman yang dilakukan Alsou semalam telah membuat Zac terus-menerus berpikir tentangnya. Sungguh, ini bukanlah sebuah ciuman pertama bagi Zac, tetapi entah bagaimana semua ini terasa berbeda. Beberapa kali ia berpikir, mengenai bagaimana caranya bersikap ketika nanti mereka terjaga dari tidur di keesokan hari. Namun, kenyataannya semalaman otak Zac seolah tidak bekerja sama sekali.
"Good morning," bisik Alsou tepat di depan wajah Zac. Rambut panjang Alsou berhasil menggelitik pemuda itu dan dengan terpaksa ia membuka mata—masih setengah sadar.
"Hmm ...," gumam Zac. Ia mengangkat tangan kanan, mungusap kepala Alsou, dan kembali memejamkan mata. Namun, seketika mata Zac terbuka lebar, menampakkan manik cokelat gelap khas Asia.
Bruk.
Terkejut, pemuda itu terjatuh membentur lantai ketika menyadari jarak antara wajahnya dan Alsou begitu dekat. Ia masih merasa gugup, akibat kejadian semalam dan sekarang pemandangan bangun tidur di wajah Alsou terlihat sangat menggemaskan. Andai saja Alsou berwujud kucing, dia pasti sudah menggendong dan memeluk dalam tidurnya.
Alsou tertawa melihat Zac lalu segera kembali memeluk pemuda tersebut. "Ayo kita jalan-jalan," ujarnya. Namun, Zac selalu berusaha menghindar dari sentuhan Alsou. Dia belum siap, sungguh, jantungnya berdetak kencang dan hal ini bukan karena cinta, tetapi karena Alsou.
"Stop it." Zac berdiri menjauh, mengusap wajahnya yang masih sangat mengantuk, bahkan sebuah lingkaran hitam di area matanya tergambar begitu jelas. "What the f*ck!?" Kembali Zac menyembunyikan wajah ketika pandangannya terpusat pada bibir merah muda milik Alsou. Otak mesum sialan.
Mengembuskan napas kasar, Zac melangkah malas menuju kamar mandi dan mencuci wajah sekadar untuk menghilangkan rasa kantuk. Ia butuh sesuatu yang bisa membuatnya fokus, membuang semua pikiran tentang tadi malam. Sambil melakukan rutinitas pagi di kamar mandi, diam-diam Zac berpikir mengenai bagaimana caranya mendapatkan pakaian wanita untuk Alsou karena tidak mungkin gadis itu akan selalu menggunakan pakaian milik Zac.
Aku masih berhutang penjelasan dengan Matt. Membalikkan tubuh dan bersiap untuk membuat sarapan, lagi-lagi kehadiran Alsou di depan pintu kamar mandi membuat Zac kembali terkejut. Gadis ini sepertinya memiliki kemampuan kejut listrik. Ia berdehem, berusaha agar terlihat cool di hadapan Alsou. "Duduk, akan kubuatkan sarapan. Kau lapar, 'kan?" tanyanya dan Alsou mengangguk mantap menunjukkan rasa antusias.
Tanpa sadar Zac menepuk kepala Alsou, teringat dengan kucing kesayangannya, dan berakhir dengan sikap Zac yang tiba-tiba salah tingkah lalu segera pergi menuju dapur. Alsou mengikuti langkah Zac dengan sebuah senyuman yang tergambar jelas di wajahnya kemudian duduk di tempat yang biasa ia gunakan untuk memandang Zac.
***
Dua puluh menit berlalu dan sekarang, mereka terlihat sedang menyantap sarapan buatan Zac. Alsou sudah bisa menggunakan alat makan dengan sangat baik dan pada saat itu juga Zac merasa kagum padanya. Dia belajar dengan sangat cepat. Setelah menghabiskan segelas air, Zac mengatupkan kedua tangannya menatap Alsou dengan seksama—ia menatap dengan tatapan menyelidik.
"Ada apa, Zac?" Alsou balas menatap pemuda yang duduk di hadapannya sambil memiringkan kepala.
"Kita akan keluar setelah kau membersihkan diri." Zac bangkit dan bersiap untuk mencuci peralatan makan mereka. "Aku tidak bisa membiarkan kamu terus-menerus menggunakan pakaianku. Setidaknya, sekarang kau adalah manusia dan manusia adalah makhluk sosial."
"..."
Zac berbalik, memutar mata, dan melipat kedua tangan di atas dada, paham bahwa Alsou tidak mengerti dengan apa yang ia bicarakan. Berusaha untuk tetap cool, Zac hanya bisa berpikir bahwa sekarang dia sedang merawat serta tinggal bersama seorang balita—balita dengan tubuh yang seumuran dengannya.
"Mulai besok atau entahlah, kau akan ikut bersamaku. Akan kuperkenalkan dengan teman-temanku, tetapi kau harus tetap bersikap baik." Zac melangkah mendekati Alsou lalu menengadahkan tangan kanannya. "Bersalaman," perintahnya.
Tersenyum, Alsou menggenggam tangan Zac. Wajah Zac kembali bersemu dan setelah berhasil menguasai diri ia membawa Alsou ke kamar mandi, sambil menyerahkan handuk di tangan kanan Alsou. "Bersihkan dirimu, kau ingat caraku memandikanmu ketika kau masih menjadi seekor kucing, 'kan? Jadi aku tidak perlu ikut masuk ke dalam." Perlahan pemuda itu mendorong Alsou ke kamar mandi dan menutupnya.
Di kamar, Zac kembali dibuat bingung untuk memilih pakaian seperti apa yang cocok untuk Alsou. Pakaian laki-laki yang jika digunakan seorang gadis akan tetap terlihat feminim ... tetapi Alsou imut juga jika menggunakan ini. Tangan Zac memegang hoddie dan celana pendek berbahan katun yang biasa ia gunakan di musim panas. "Alsou bertubuh kecil, sepertinya hanya dengan menggunakan hoddie akan cukup membuatnya terlihat seperti dress atau kupinjamkan kemejaku saja, ya?" ucap Zac. Ia kembali bingung ketika melihat kemeja berwarna merah maroon miliknya.
"Ahh ... Alsou akan cocok dengan pakaian apa pun." Zac menepuk kening, tiba-tiba ia merasa seperti seorang pemuda yang ingin gadisnya terlihat cantik ketika mereka ingin berkencan. Konyol, batinnya. Ia menoleh ke arah benda berbentuk lingkaran yang terus bergerak setiap detiknya. Sudah lima belas menit Alsou berada di kamar mandi, tetapi sampai sekarang dia belum selesai juga.
Setelah melakukan perdebatan panjang antara ingin mengecek atau menunggu, akhirnya Zac memutuskan untuk mengecek keadaan Alsou di kamar mandi. Entah, semakin lama Alsou berada di kamar mandi membuatnya merasa semakin khawatir.
"Aku selesai," kata Alsou, berdiri di depan pintu kamar Zac dengan lilitan handuk yang hampir saja terjatuh. Buru-buru, Zac segera berlari melewati tubuh Alsou dan berhenti di belakang gadis tersebut—tidak ingin melihat tubuh gadis itu, meskipun hanya sekedar punggung telanjangnya.
"Itu, baju yang akan kau kenakan. Aku ... aku pergi mandi dulu."
***
Suara gemercik air terdengar ketika Zac membasahi tubuhnya. Dia sungguh merasa mengantuk, tetapi shower yang telah diatur menjadi cold water mampu membuat rasa kantuk Zac menghilang. Hari ini, dia telah memutuskan untuk mengajak Alsou keluar seharian agar suatu saat, mungkin Zac bisa menemukan keluarga Alsou atau setidaknya mengajarkan gadis itu banyak hal.
Bukan, ini bukan kencan! Bersikaplah layaknya sedang bersenang-senang dengan seorang teman. Zac mengambil shampo lalu menuangkannya ke telapak tangan. Namun, cairan tersebut tak kunjung keluar. Zac membuka mata dan mengumpat kecil, mengetahui bahwa Alsou telah menghabiskan shampo-nya. Segera ia mengambil botol sabun cair dan hal yang sama pun terjadi. "Pantas saja dia harum sekali. Gadis itu benar-benar ...." Zac tidak melanjutkan kalimatnya, hanya tersenyum kecil lalu membuka botol kosong tersebut, mengisinya dengan sedikit air, mengocok kemudian memakai sisa shampo serta sabun yang tersisa.
TV di ruang tamu masih menyala dan Alsou duduk di sana—menonton sambil menunggu Zac—ia tidak paham dengan apa yang sedang ditayangkan, tetapi setidaknya bisa mengatasi rasa bosan. Rambut cokelat Alsou terlihat rapi dan tertata setelah melihat acara televisi mengenai fashion wanita yang tanpa sadar ia praktikan. Beberapa menit menunggu, akhirnya suara pintu kamar mandi terdengar. Terlihat Zac dengan wajah kesal menatap Alsou, walaupun ia hanya berpura-pura.
"Berapa banyak shampo dan sabun yang kau gunakan? Mengapa sampai tidak ada yang tersisa sedikit pun?" tanya Zac berusaha agar terlihat kesal dengan bertolak pinggang di hadapan Alsou.
Gadis itu mengernyit karena menurutnya, semua yang ia lakukan adalah benar dan sesuai dengan apa yang biasa Zac lakukan terhadapnya. "Aku melakukan hal yang sama seperti yang Zac lakukan." Alsou mengetuk-ngetukkan jari telunjuk di dagu, seakan sedang berpikir.
Zac pasrah, ia hanya bisa menggelengkan kepala lalu masuk ke kamarnya. Memulai perdebatan dengan Alsou hanya akan membuang-buang waktu bagi Zac karena sudah jelas, wajah innocent gadis itu sangat berpengaruh bagi Zac. Dia adalah tipe pria yang tidak bisa marah pada seorang wanita, alasannya karena didikan keluarga yang sangat menjunjung tinggi para wanita. Dengan kata lain, keluarga Zac sangat menghormati serta melindungi wanita.
Sepuluh menit dihabiskan Zac untuk berpakaian dan bersiap-siap, ia tersenyum di depan cermin—menatap dirinya sendiri—merasa tampan. Namun, setelah itu senyumnya memudar, bayangan Lousiana kembali menghampiri Zac. Ia teringat saat mereka pergi keluar untuk yang pertama kali setelah resmi menjadi sepasang kekasih, serta seberapa excited dirinya ketika suara bel apartemen berbunyi lalu ada Lousiana di sana yang sedang menunggu Zac untuk membuka pintu.
Menggelengkan kepala, Zac segera mengambil arloji lalu mengajak Alsou untuk membeli pakaian. Uang hasil kerja part time sebagai penjaga toko peralatan bangunan pun digunakan untuk si Gadis kucing ini.
"Kuharap aku tidak bertemu siapa pun ketika bersama Alsou," bisik Zac.
Mohon tanggapannya, ya ^^ semoga terhibur.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top