Chapter 7: Akira dan Homura (Part 3)
"Akira?"
"Bukan ... ya?"
Yuusuke terus memperhatikan lelaki itu dengan heran.
DAK!
"Ya jelas bukan, lah! Dasar Bodoh!"
Seru Kirika sambil menjitak kepala Yuusuke.
"Aduh.. Tapi, ia sangat mirip dengan Akira..."
"Hei! Lihat saja tingginya! Mana mungkin Akira setinggi itu!"
Bantah Kirika.
"Bukan hanya tingginya, rambut Akira lebih panjang, bulu mata Akira juga lebih lentik, wajah Akira lebih bulat!"
"Oi, kalau Akira dengar dia bakal marah besar, lho."
"Kalian kenalan Akira, ya? Apa bocah itu sudah bertambah tingginya?"
Tanya lelaki misterius itu.
"Oi, Ha--em, maksudku ... Mortem. Jangan banyak bicara. Mereka bukan target kita, jadi ayo kita pergi."
"Eh? Tapi ...."
"Ayo pergi."
Lelaki yang satunya menekankan perkataannya.
Mortem menepis tangan temannya dengan cukup keras. Ia langsung menatap temannya itu dengan tajam.
"Kau yang mayat jangan sok memerintahkanku, Immortui."
Immortui sedikit terkejut.
"Oh.. maaf kalau begitu."
Ia melangkah mundur.
"Untuk saat ini kalian kulepaskan. Sampai jumpa~"
Mortem membalikkan tubuhnya dan melompat pergi, diikuti Immortui yang menatap Yuusuke dan yang lainnya sinis.
"Apa-apaan itu?!"
Seru Kirika kesal.
"Tapi ... sebenarnya mereka itu siapa? Yang satu sangat mirip dengan Akira. Yang satunya ... entahlah, aku tidak tahu siapa dia. Tapi matanya yang merah pekat itu, seakan mencerminkan aura Homura darinya."
"Tak peduli siapa mereka, yang pasti mereka adalah musuh kita."
"Ya, dan mereka juga pelaku pembunuhan yang kita incar. Dan sekarang kita kehilangan jejak mereka ... bagaimana ini?"
"Lebih baik kita kembali saja ke markas, dan melaporkan hal ini pada Tsumire."
"Tapi hotelnya ... kan sayang, hotel bagus begitu ditinggal tanpa dipakai."
Ryota tertawa mendengar perkataan adiknya itu, lalu tersenyum.
"Kalau begitu, kita kembali besok pagi."
Yang lain langsung mengangguk setuju. Mereka segera kembali ke hotel--maksudnya, penginapan.
"Aku lapar, makan malamnya bagaimana?"
Tanya Yuusuke.
"Tentu saja sudah ada yang menyiapkan. Ayo ke ruang makan."
Mereka berjalan menuju ruang makan. Mereka terkejut melihat makanan mewah yang sudah ada di meja makan.
"I-ini semua untuk kami?!"
Seru Yuusuke kaget.
"Ya, tentu saja."
"Serius nih?! Hore! Selamat makan!"
Mereka langsung menyerbu makanan yang ada di depan mereka.
"Enaknya~"
"Ng? Ada apa, Seiji? Kenapa kau tidak makan?"
Tanya Ryota.
"Ah, tidak apa-apa, kok."
"Kau pasti kepikiran Akira, kan? Sudah, tenang saja. Orang bodoh itu nggak gampang mati kok."
Kata Yuusuke.
"Kau ngomong begitu kayak orang pintar saja."
Ledek Kirika.
"Aku kan memang pintar."
"Padahal nilai Biologi-mu cuma 40."
Kata Ryota.
"Ba-bagaimana kau tau?!"
"Dari wajahmu juga sudah kelihatan, kok."
Yuusuke hanya bisa cemberut mendengar perkataan Seiji.
***
Sementara itu, di Kawagoe ...
Bruk!
"Dengan begini, selesai semua."
Akira melempar mayat lelaki ke ujung gang itu. Ia menepuk-tepuk tangannya, lalu kembali ke luar gang, tempat Homura menunggu.
"Sudah?"
"Ya, sempurna."
"Kalau begitu ayo kita kembali ke markas, aku ingin mendengar tentang misi di Niseko."
"Kalau itu maumu, baiklah."
Akira hanya mengikuti Homura yang tengah berlari kembali ke Tokyo. Kuping werewolf Akira tiba-tiba keluar. Akira terhenti.
"Ada apa?"
"... ehm, tidak, tidak apa-apa. Homura, kau kembali ke markas duluan saja, ya? Aku mau beli es krim dulu. Katanya es krim di Saitama enak."
"Hah? Ini sudah mau tengah malam, lho."
"Di-dijualnya di toko 24 jam, kok!"
"Kalau begitu aku juga ikut."
"Eh? Ti-tidak usah! Aku bisa sendiri."
Homura terdiam, lalu menghela napas,
"Baiklah."
Homura meninggalkan Akira yang masih berdiri disana.
"Kau boleh keluar sekarang."
Kata Akira. Detik selanjutnya, seseorang bertopeng muncul di belakangnya.
"Siapa kau?"
"Namaku Mortem."
Mendengar jawaban dari orang bertopeng tersebut, Akira terkejut.
"Mortem? Tung―berarti, kau peringkat pertama ...?!"
"Haha, begitulah."
"Apa maumu?"
"Aku ingin mengajakmu kembali ke PPE, Genus. Tidak―"
Orang itu melepas topengnya. Mata Akira membulat.
"Akira."
"Ha-Haru ...?"
"Kau masih mengingatku, ya? Senangnya."
Haru memeluk Akira dengan erat, lalu melepasnya.
"Kalau begitu, ayo kembali, Akira kecilku."
Haru menarik tangan Akira, tetapi Akira menepisnya.
"Tidak mau."
"Kenapa?"
"9 tahun lalu ... kau meninggalkanku sendiri. Dan sekarang, kau ingin aku kembali? Jangan bercanda."
Haru terdiam.
"Aku bukan barang yang bisa kau pakai dan kau buang seenaknya, Haru."
"Hee ...? Sudah kuduga sih. Baiklah, aku mengerti. Tapi, kau tidak akan bisa lepas dariku, Akira-ku sayang."
"Hentikan! Apa maksudmu?"
"Kau akan tau itu nanti. Toh, kau akan bertemu denganku kembali besok."
"Kau ... jangan-jangan ... mau datang ke ...?"
"Tidak, kok. Tidak perlu melakukan hal merepotkan itu, karena kau yang akan datang menemuiku."
"Apa?"
"Untuk hari ini sudah dulu. Sampai besok, Akira."
Akira hanya dapat memandangi punggung Haru yang berlari menjauh dan hilang dalam sekejap. Akira menggigit bibir bawahnya, lalu menyusul Homura.
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top