Bab 4


Keempat orang dalam satu meja--Mawar, Dino, Bella, dan Izzy--disibukkan dengan percakapan masak memasak ala korea, memanggang dan merebus bahan yang mereka pilih tadi. Dalam hati, Mawar sedikit bersyukur karena pembahasan mengenai hubungannya dan Kris tertunda. Namun, tidak berlangsung lama karena mendadak Bella menyikut lengannya sambil memberi kode ke arah pintu masuk.

Seandainya bisa mengeluarkan air liur, Mawar akan melakukannya. Tapi, itu terlalu memalukan. Dia tahu Kris tampan. Namun, ini lebih tampan dari biasanya. Mungkin karena mereka tidak pernah bertemu dalam kondisi normal ... seperti di tempat makan malam yang berkelas. Mereka terbiasa bertemu di tempat yang benar-benar Mawar yakini akan sepi pengunjung. Itu pun hanya beberapa kali, saat Kris benar-benar mengajaknya bertemu dan kebetulan dia pun sedang bosan. Mawar terlalu takut ada yang melihat mereka sampai tidak memerhatikan Kris. Tidak seperti sekarang. Matanya benar-benar memindai Kris dari ujung kaki sampai ujung kepala.

Astaga naga, dalam hatinya. Ini adalah pria yang sudah sering bersamanya tanpa busana. Kenapa rasanya begitu berbeda? Dia seperti sedang melihat lelaki idola yang sedang menghampiri perempuan cupu. Sensasinya seperti itu. Dan senyum Kris itu ... yang lelaki itu lemparkan pada dirinya ... membuat Mawar merasa hangat.

"Hai." Kris kini sudah sampai di meja mereka. "Sorry agak lama. Tadi mandi dulu." Lelaki itu memindai satu per satu lalu kembali menatap Mawar.

"Hai. Masih ingat aku kan? Bella." Bella mengulurkan tangannya, melintang di hadapan Mawar, yang langsung disambut Kris.

Dasar ganjen, umpat Mawar dalam hati. Namun, dia tahu Bella tidak memiliki niatan buruk. Hanya saja, tetap hatinya merasa kesal.

"Ingat. Ingat kok."

"Temennya Siska juga," ucap Mawar, menyelesaikan yang dia rasa akan Kris ucapkan.

"Buk, mulutnya ... " tegur Izzy. Lalu, gadis mungil itu menatap Kris. "Hai, aku Izzy, sahabat Mawar. Dan di sebelahku ini Dino, kebetulan cuma teman sekantor Mawar doang."

Kris tertawa pelan. "Hai Izzy, hai Dino," absennya satu per satu. "Eum ...." Lelaki itu menoleh ke belakang kiri dan kanan lalu menarik satu kursi, menempatkannya di sisi berbeda di sebelah Mawar. Seolah dia adalah kepala keluarga rombongan itu.

lalu, suasana hening. Ketiga teman Mawar terlihat memiliki 1001 pertanyaan dari raut wajah mereka. Namun, mereka seperti sedang menunggu basa basi penjelasan awal dari Kris maupun Mawar. Masalahnya, Mawar bingung harus memulai dari mana.

"Dari tahun lalu," ucap Kris.

"Hah?"

"Apa?"

"Maksudnya?"

Reaksi mereka berbeda-beda, tapi semuanya mempertanyakan ucapan Kris. 

"Kami mulai dekat dari tahun lalu. Kalau-kalau kalian penasaran." Kris menoleh ke arah Mawar seolah meminta dukungan atas ucapannya.

"Tapi, waktu itu masih dekat biasa. Bener-bener dekatnya itu kayaknya baru setengah tahunan kok." 

"Emang dekat biasa sama bener-bener dekat ini ... bedanya gimana?" Dino bertanya dengan ekspresi licik. Mawar merasa terjebak. Niatnya yang ingin membuat hubungan mereka terdengar biasa saja, malah membuat semua jadi terdengar 'dalam'.

"Maksudnya ...."

Lagi, pelayan membantu menyelamatkan Mawar. Dia menyajikan daging tambahan untuk pesanan Kris. Sekaligus nasi. Lelaki itu memesan nasi ternyata. Mawar memakluminya karena tadi Kris berkata baru bangun sedari pagi.

"Dimulai dari awal deh," Bella berucap sambil mengambil daging panggangnya yang mulai matang. "Kalian mulai komunikasi itu kapan? Gimana caranya?"

"Kamu yang jelasin atau aku yang jelasin?" Kris bertanya pada Mawar. Di bawah, di pahanya, Mawar merasakan remasan tangan Kris. Bukan remasan nakal seperti mengelus-elus begitu. Hanya remasan biasa. Namun, tetap aneh karena lelaki itu melibatkan sentuhan intim di area terbuka di depan teman-temannya. Mawar terpaku sejenak. Bimbang ingin menegur atau tidak. Harus menepis tangan itu atau membiarkannya saja.

"Bu Mawar ... aku tau Kris ganteng. Tapi, nggak usah begitu banget deh. Ucapannya sinis, sadis, seolah-olah b aja gitu. Padahal tatapannya duuhhhhh .... Untung air liur nggak netes ya, Buk!" 

Dasar banci sialan! Maki Mawar dalam hati. Dino memang super kompor. Sekarang, Mawar yakin Dino benar-benar kaum gemulay. Gestur boleh aman, tapi lidahnya lihai sekali, seperti ibu-ibu komplek yang suka bergibah.

Mawar bertambah kesal karena Kris tertawa seolah sedang besar kepala. Memang apa yang dikatakan Dino benar. Dia mengagumi Kris. Memuja visual lelaki itu. Juga, menaruh hati. Namun, dia tidak suka orang mengetahuinya. Lebih tidak suka lagi kalau itu dibahas di depannya.

"Nih, makan! Biar nggak bising ganggu orang yang lagi mau ngomong!" Izzy mengarahkan sumpitnya yang sedang mengapit daging panggang ke arah mulut Dino. Meski menggerutu, teman sekantor Mawar itu menerimanya.

"Ya gitu. Dari wa," jawab Mawar seadanya.

"Aku suka komen status dia." Dan Kris memperjelasnya.

"Uhuk."

"Cie ...."

Blush ... wajah Mawar memanas. Dia menggaruk tengkuknya salah tingkah. Saat pandangannya bertemu dengan Kris, dia langsung mengalihkannya. Penolakannya sedang bertarung dengan rasa bapernya.

"Terus kitanya bahas-bahas ngopi bareng. Dan setelah ketemu, kita makin sering chat." Kris melanjutkan penjelasannya.

"Terus kalian pacaran?" tanya Izzy.

"Ya enggak," jawab Mawar cepat.

"Tapi ...?" Izzy bertanya lagi dan kini semua menatap Mawar.

Lagi, jawaban cepatnya malah membuatnya terjebak. Mawar membuka mulutnya beberapa kali, tapi gagal memberikan jawaban. Akhirnya, dia hanya bisa melemparkan tatapan memohon kepada Kris, berharap lelaki itu membantunya. 

"Ngalir gitu aja. Kita nggak ada kasih penamaan atas hubungan kita, cuma dijalanin aja. Kalau aku lagi ke sini dan senggang aku ajak dia ketemu. Gitu-gitu aja. Mungkin karena udah dewasa, jadi semua dibiarin ngalir gitu aja."

"Tapi kalian ada niatan serius? Maksudnya ... arah hubungan kalian ini ke mana? Ada kepikiran nggak? Ada bahas itu nggak?" Gantian, Bella yang bertanya.

Kris meletakkan mangkuk yang telah diisinya dengan sayuran dan mie rebus ke depan Mawar lalu menatap gadis itu. "Gimana, Mawar?" tanyanya.

"Hah?" Mawar melongo. Dia terfokus pada mangkuk yang disodorkan Kris tadi. Jadi, belum siap sama sekali dengan giliran menjawab pertanyaan berikutnya.

"Hah hoh hah hoh! Jawab gitu aja susah banget. Jawab iya gitu, soalnya udah dikenalin juga kan ke orang tua." Dino berucap dengan kesal. Yang langsung menggeram sakit saat Izzy yang duduk di sebelahnya menjambak rambut lelaki itu sebisanya.

"Udah dibilang jangan bising!" ucap Izzy.

"Kasar banget sih, Non. Badan aja kecil, tapi kelakuan ...."

"Apa?!" Izzy memelototi lelaki bertubuh kurus itu.

"Untung lo perempuan!"

"Udah-udah! Sesama perempuan jangan saling kelahi deh!" Bella menengahi. Dino kembali bersungut-sungut dan semua malah tertawa. 

"Jadi, benar udah dikenalin sama orang tua?" tanya Bella lagi.

"Nggak gitu ...." Mawar merasa bingung cara menjelaskannya.

"Nggak usah ngeles. Pulang agak siangan, diantar, terus dia masuk ke rumah. Itu kan dikenalin namanya."

"Kok kamu bisa tau semua sih? Kamu nguntit ya?!" Mawar melempar tatapan menyelidik ke arah Dino.

"Gue dapat informasi dari sumber terpercaya."

"Siapa sumbernya?"

"Nggak penting. Yang penting terpercaya. Informasinya nyata."

"Curiga deh aku sama kamu. Beneran!"

"Tapi, itu beneran yang dibilang Dino?" Izzy menginterupsi.

"Benar. Tapi ... bukan perkenalan resmi." Mawar menjawab.

"Kenapa nggak dikenalin secara resmi?" Izzy kembali bertanya.

"Ya karena emang belum ada pembahasan ke sana."

"Artinya kalian berdua nggak ada niatan untuk serius? Mau gini-gini aja?"

"Belum," jawab Mawar.

"Kalau aku ... ada."

Jawaban Kris membuat Mawar menoleh dan menatap lelaki itu lekat.

Itu maksudnya ... artinya ... Kris memang ingin menjalin hubungan dengannya? Secara serius? Tidak demi kenikmatan saja? Seperti saling mengenalkan orang tua dan nantinya akan berkemungkinan menikah?

Ini benar-benar merupakan keinginan Kris atau ucapan bualan di depan temannya saja sebagai upaya Kris untuk meningkatkan harga diri Mawar? Atau mungkin sisa tanggung jawab yang lelaki itu miliki karena dirinya sempat hamil? Atau Kris mungkin memiliki alasan khusus sehingga mendadak dia harus berhubungan serius dengan seseorang?

"Kan beneran deh air liurnya ...."

Celetukan Dino membuat Mawar tersadar dari keterpakuannya sambil mengelap dagunya dengan tangan. Tidak ada apa-apa. Saat semua tertawa, Mawar sadar dia sedang dikerjai.

"Dino!!!" teriaknya begitu keras, tanpa sadar, membuatnya dilihat oleh seisi pengunjung restoran tersebut.

Mawar yang tersadar akan hal itu kemudian menutup wajahnya yang memanas karena malu. Kemudian, dia merasakan usapan di kepalanya yang diakhiri dengan tarikan, membuat tubuhnya merapat ke arah Kris. Kini, dia memanas karena malu untuk alasan yang berbeda.


***

Happy reading.

Love yeahhh

NB

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top