Chapter 24 : Pertarungan Puncak! Api Melawan Petir
[ Author POV ]
Dhuuar.. !
Petir merah mengamuk di dalam Menara Presen yang menghancurkan setiap sudut dinding. Sosok Iksan bangkit dari kejatuhan benda-benda disana, ada luka bakar di sebelah muka kirinya.
"Urgh?! Quema sialan. Aku lupa kalau dia bisa petir warna sepertiku juga.!"
"IKSAN!!"
"......." Iksan melompat mundur jauh ke belakang menghindari hantaman Egos yang diselimuti petir merah. Quema hadir dengan background matanya menyala merah.
Thunder Sword : The Impact
Baats!!
Ayunan Egos menciptakan tebasan petir merah yang menyambar acak walau arahnya cuma mengarah ke satu tempat. Iksan mengayunkan Thurk ke atas sembari menggesekkannya ke lantai untuk menciptakan percikan petir. Pecahan cahaya tercipta saat Petir Biru Kehancuran Iksan menangkis Petir Merah Kekacauan Quema.
Chaos Red Thunder : Helltuna
Destruction Blue Thunder : Omega Launcher
Petir merah Quema menarik ke bawah seperti magnet dan menghantam tebasan gelombang arus yang tercipta dari kumpulan petir biru. Iksan mendorong pedangnya ke samping kiri membuatnya berputar melewati Quema. Tusukan cepat ke belakang punggung oleh Iksan gagal akibat tembakan bola-bola api Quema tanpa mantera. Keduanya kembali berpisah saat asap hitam menutupi pandangan.
Belum asap menghilang Iksan langsung saja melakukan tusukan petir biru ke balik asap... Tring, percikan api nampak saat tusukan itu bergesekkan dengan mata pedang Egos. Quema mengangkat Egos lurus membuat tusukan hanya melewati, serangan balik berupa hantaman ke bawah itu menenggelamkan Iksan ke dalam lantai walau dia sempat menahannya.
"Kugh?!"
"Haah! Jika kau mau melawanku dengan kekuatan yang adalah keahlianku, maka kau salah besar!"
Daer!
Lantai tempat Iksan berpijak semakin tertekan ke bawah dan tenggelam.
"Jika begini terus?!"
Blue Thunder :
Shockwave
".....!"
Gelombang kejutan petir menyambar keduanya, tekanan pada Egos sedikit berkurang namun langsung bertambah kuat. "Kau tidak berpikir mau menetralkan petir dengan petir'kan?"
"........."
Bodoh!
BUAK!
Quema melepaskan tekanan dan menghajar Iksan dengan sangat cepat. Orangnya terpental ke dinding dan sebuah pedang petir merah menusuk Iksan menancap di sana.
"Aaaaarghhh...!" teriak Iksan merasakan sengatan petir yang sangat panas.
"Karakteristik petirku adalah 'kekacauan'. Petirku dapat mengacaukan asal kekuatan hingga membuatnya tidak dapat dikendalikan oleh penggunanya. Intinya petirku 'merusak' cara kerja petirmu.." jelaskan Quema.
"I-ini... Menyebalkan!"
"...?"
Smile!?
"A..ku... Tidak mau mengatakannya t-tapi..petir kita... S-sama!"
JDAR!!
"!?" Quema terkejut menyaksikan petir merahnya lenyap dari Iksan digantikan petir biru kehitaman.
Tap...
Teknik Berpedang Aliran Petir :
Langkah Kilat Dan Menyambar
Zraaaak..!
Iksan menebas cepat setelah ia menyentuh lantai, lesatan pedang petirnya lolos dari tangkisan Egos. "Kurgh--!"
"HA!" Iksan memaksa petirnya sampai memukul Quema ke belakang dan diakhiri dengan 'Thurk Slash' yang mementalkan Quema jauh.
Blue Thunder Sword of Hacim
Menara petir biru muncul pada saat Iksan mengangkat pedangnya tinggi ke udara, diameternya sangat besar hingga bisa menutupi pandangan.
"Jangan pikir kau bisa?!"
Dash!
Quema melesat cepat ke depan setelah melakukan backflip, Egos diselimuti aura yang sangat panas.
Fuego Aura : No'ir del Simpatalos
Arus api meledak disamping Egos, Quema mengayunkan tebasan api yang sangat panjang horizontal cepat ke Iksan.
Thurk Downfall
Slash..?!
Tebasan petir yang sangat cepat memotong arus api Quema. Ia hanya bisa terpana saat menara petir jatuh tepat dihadapan.
Ledakan yang tak dapat dikira tercipta yang mana membelah menara jadi dua bagian.
".........."
"........."
Namun jatuhnya menara tadi tidak menghancurkan lantai(?).
Trak...!
Egos dan Thurk..keduanya sama-sama hancur jadi dua bagian. Patah.
Tepat sebelum tebasan itu mengenai Quema, orangnya melakukan putaran pada tangan hingga mematahkan lengan sendiri. Tebasan horisontal terbalik berhamtaman dengan kejatuhan menara petir.
"Quema..!" kesal Iksan.
"Hahahaha! Ini baru seru, Iksan..!!"
Blue Thunder : Blue Strike
Red Thunder : Red Smash
BZT! FIST?!
Tinju dan tusukan itu saling beradu kuat memberi luka masing-masing berupa luka lubang dan patahan tulang yang terbakar.
Walau begitu keduanya tetap melancarkan serangan mematikan masing-masing sampai dari mereka kelelahan.
"Hah, hah.."
"..ha, hah."
.A.N.O.T.H.E.R.
"Iki.."
"Kau mencemaskan tuanmu?"
"Eh?? T-tidak. Aku--saya hanya.."
"Fufufu~manis sekali.."
"Ugh.." Yuliana menundukkan mukanya yang memerah.
"Tidak ada yang salah tentang mencemaskan seseorang. Aku juga sering melakukan itu. Saat anakku mengajak dewasa kecemasanku padanya semakin bertambah hingga menginginkannya tetap ada disisiku tapi aku tidak mau merebut kebebasannya lagi. Dia pergi karena keinginannya dan aku akan menghormati keputusan itu.." Fontier mengelus Rina yang masih di dunia mimpi.
"Kau bebas melakukan apa yang kau mau dan tidak ada yang bisa mencegahmu.."
"Tapi saya.."
"Kenapa kau masih disini? Bukankah kau mempunyai sesuatu yang harus dilakukan.?"
"Nyonya.."
"Pergilah. Aku bukan tuanmu. Tuanmu ada diluar sana berjuang demi dirimu ada di dekatnya. Aku tahu Iksan karena aku adalah bibinya. Dia bukanlah seseorang yang bertarung tanpa alasan, dan sekarang dia bertarung demimu. Jadi aku ingin kau menjawab tekad Iksan... Yuliana."
Yuliana menggenggam telapaknya. "Saya... Pergi dulu!"
.A.N.O.T.H.E.R.
Kembali ke pertarungan Iksan dan Quema... Keduanya telah mencapai batas dikarenakan luka-luka yang di dapat, bagian dalam menara juga nampak tidak dapat dikenali lagi berkat kehancuran yang dibuat mereka.
"Hah, hah, hah.." dan disana mereka berdiri di masing-masing 5 meter.
"M-menyerahlah. A-aku y-yang menang--"
"Hah.? S-sepertinya otakmu mulai rusak. A-aku yang l-lebih banyak m-mendaratkan serangan.."
"Otakmu... Yang rusak! K-kau babak belur lebih d-dariku--?" Quema jatuh berlutut dengan keterkejutan. "Aku tidak percaya ini."
"Hah, hah. Apa aku cuma bisa imbang?" Iksan menghirup nafas yang sangat panjang.
""Tidak! Ini belum selesai!!""
"Kau akan jadi batu pijakanku untuk ke tahta itu, Iksan.!"
"Kau yang akan kalah disini dan aku yang akan pergi dengan kemenangan!"
"IKSAN!"
"QUEMA!"
Bzzz... DAAR!!
Petir merah dan biru meledak ditempat masing-masing.
Chaos Red Thunder :
Magna Sea
Destruction Blue Thunder :
Sin's Edge Evil
Petir biru tua kehitaman menjerit ditangan kanan Iksan yang sudah berubah bentuk menjadi monster berkat bayangan gelap dari petirnya dan 3 meter ditempat Quema tertutup oleh aura petir yang bercampur dengan api merahnya.
Pakaian Iksan langsung hangus bersamaan saat ia memasuki ruang lingkup lautan merah Quema. Terbakar sedikit demi sedikit, dan itu membuat kecepatan Iksan bertambah.
Kau yang akan kalah!
Quema meraung. "Aku akan membakarmu sebelum kau sampai... IKSAN?!"
"Ugh?! QUEMA!!?"
Ddrrrttttt..!!
Dua warna saling mendorong. Iksan sudah sampai dihadapan musuhnya namun aura yang dikeluarkan oleh Quema ternyata lebih kuat saat didekati, hasilnya tusukan tangan kanan itu tercegat oleh dinding aura api.
"Tidak ada yang bisa mengalahkanku soal kekuatan. Tahta Hacim adalah milikku! Aku tidak akan membiarkan fraksimu merebutnya... Keluargaku adalah yang terkuat!!"
"AAAAAAAA!!"
Getaran demi getaran tekanan aura menguatkan kekuatan Quema.
Pertandingan antar keluarga, ya?
Itu bakal menyenangkan!
THURST?!
"......?!"
Tusukan Petir Kehancuran Iksan menembus sedikit dinding aura api Quema.
"Kau bilang apa tadi??"
"Turnamen keluarga... Aku sangat menantikannya!"
"........" Quema syok melihat Iksan tersenyum. Disaat bersamaan Iksan berhasil menembuskan serangannya.
"Quema, kau adalah orang terkuat yang pernah aku lawan. Jika kita bertarung lagi aku ingin melawanmu dengan 'semua' kekuatan itu!"
"?!"
Bzst!?
Petir ditangan Iksan menyentuh Quema.
Aku berterimakasih karena telah mengingatkanku!
Smirk...
Quema entah kenapa... Ia tersenyum.
"Bodoh!"
.A.N.O.T.H.E.R.
"
Ah, hah, hah..."
Yuliana berlari menuruni anak tangga menuju lantai dasar.tempat dimana Iksan dan Quema bertarung.
Dhuar...!
Menara bergetar kuat diiringi suara sambaran guntur yang nyaring. Asap nampak ke anak tangga tempat Yuliana berada.
"Iki..." Yuliana melanjutkan larinya hingga ke lantai dasar.
"..........."
Iksan berdiri sendirian disana tanpa ada Quema, tubuhnya dipenuhi luka bakar dan lebam habis di hajar. Sedikit gerakan dari kepalanya Iksan menatap ke arah Yuliana datang.
"Yo. Aku datang untuk menjemputmu.."
Tap, tap..
"Ada beberapa kata yang ingin aku katakan padamu atas semua... HAL yang merepotkan ini. Tapi biarkan aku melakukan ini."
"Iki---Urgh!?" ringis Yuliana setelah kepalanya di pukul Iksan.
"Aku tahu kau melakukannya untuk membangkitkan kekuatanku tapi tusukan itu sakit sekali, tahu.?"
Yuliana terdiam mendengarkan Iksan. Dia awalnya menyangka jika Iksan akan berkata sesuatu yang 'bijak'. Namun tidak. Kenapa?
Karena dia bukanlah orang seperti itu.
"Itu sakit.." senyum Yuliana.
"Hmp. Karena kau terlihat baik-baik saja? Ayo kita mencari Rina lalu berkumpul dengan yang lainnya---"
"--Tidak secepat itu, Iksan, Yuliana.!"
""??!""
Keduanya dikejutkan dengan kehadiran Ardian disana.
"Kenapa dia ada disini??" pikir Iksan terkejut.
"K-komandan.."
"Yuliana.."
"Ada urusan apa kau datang ke sini, kakak sialan?!" seru Iksan.
"Menghukum kalian berdua.."
"A-pa? Hah?" kaget Iksan.
"Aku sudah mendengar keseluruhannya setelah menginterogasi Jeane.." lanjut Ardian membuat Yuliana ketakutan.
"Jeane? Dia juga termasuk??" Iksan tambah terkejut.
"Penjelasannya nanti. Dan Yuliana.."
"Y-ya.." sahut Yuliana takut.
"Kau akan dihukum karena telah mengkhianati fraksi ini. Walau tujuanmu sangat mulia namun melakukan rencana pembunuhan terhadap calon pemimpin dari fraksi abu-abu adalah kejahatan yang besar. Maka dari itu aku sebagai pemimpin fraksi abu-abu menjatuhkanmu hukuman penjara seumur hidup di---"
"--Tunggu sebentar, sialan!" Iksan memotong perkataan kakaknya dan berdiri di depan Yuliana. "Yuliana tidak salah!" bela Iksan.
"Dia bersalah. Itu adalah peraturan yang disetujui oleh semua orang termasuk orangtua Yuliana sendiri.."
"Aku tidak pernah ingat menyetujuinya!"
"Maka kau harus mengingatnya!" seru Ardian mendadak dingin.
"Kurgh.!"
"Tidak apa, Iki.."
"Yuliana?"
"Aku tahu bakal berakhir seperti ini dan aku sudah siap dengan hukuman itu..."
"Ini tidak adil.."
Ardian menarik paksa Iksan ke belakangnya.
"Aku mulai berubah pikiran.."
"Eh?"
"Ha?"
"Hukuman penjara seumur hidup bukannya sama dengan hukuman mati?"
"I-itu.."
"Maka dari itu aku 'mungkin' akan memberi sedikit keringanan. Kau akan tetap dipenjara... Saat tidak bertugas, dan tugasmu itu dapat mengurangi masa tahananmu, tergantung sesulit apa."
"??" Iksan nampak bingung.
"Walau begitu itu terdengar tidak adil maka aku akan membuatnya adil. Yuliana Drais.!"
"Y-ya, komandan?"
"Mulai saat ini aku memberhentikanmu dari kesatuanku.."
"Eh?"
"Berhenti dari kesatuan? Itu artinya Yuliana bukan bawahanmu lagi??"
"Itu benar. Kau tidak akan dalam perintahku lagi melainkan perintah fraksi abu-abu dan calon pemimpin baru.." jawab Ardian seraya melirik Iksan.
"Hmm. Aku belum mengerti.." gumam Iksan.
Beda dengan Iksan yang lambat, Yuliana mengerti itu semua mulai dari awal.
"Yuliana... Kau sudah bebas."
""!?""
Drap, drap, drap...!
Disaat bersamaan beberapa prajurit Kerajaan Leeno datang dan mengepung Yuliana.
"Tangkap gadis ini dan penjarakan dia.!" perintah Ardian.
""Baik""
Iksan ingin menolong Yuliana namun dihentikan oleh Ardian.
"Apa yang kau--!?"
"--Masih belum saatnya!" bisik Ardian.
Akhirnya Iksan hanya bisa diam melihat prajurit itu membawa Yuliana ke dalam wilayah mereka. Namun yang mengejutkan adalah Yuliana tersenyum sambil mengucapkan kata 'terimakasih'.
"Yuliana.."
Akhirnya gadis berambut ungu tua menghilang dari pandangan Iksan.
"Kenapa... Kenapa kau tega melakukan ini pada Yuliana, kakak sialan?! Dia sangat mengagumimu dan lihat apa yang kau lakukan? Kau membuatnya menderita!"
"Aku tidak ingat kau orangnya perhatian begitu, Iksan.."
"Akan kujawab. Ini untuk fraksi kita!"
".........."
.A.N.O.T.H.E.R.
[Ardian POV ]
Iksan berjalan keluar dari menara ke hutan. Aku bisa menebak kalau dia bakal menyelamatkan Yuliana dengan cara menghancurkan tempat itu, dengan bantuan teman-teman yang ikut bersamanya(?) kurasa bakal mudah karena ada Leon dan Nazna disana. Namun tetap saja percuma.
Iksan bisa saja dimaafkan karena dia adalah calon pemimpin fraksi tapi bagaimana dengan teman-temannya? Kuharap dia tidak melakukan sesuatu yang ceroboh berakibat dimana teman-temannya mendapat masalah.
Srek...!
"Hmm..?"
Aku bisa melihat Quema datang dengan penuh luka disekujur badan. Iksan benar-benar serius melawan bocah satu ini.
"Aku kagum kau masih bisa berjalan setelah bertarung dengan Iksan, Quema.."
"Kak Ardian tahu sendiri kalau aku tidaklah selemah itu? Tapi harus aku akui dia bertambah sangat kuat.."
"Aku sangat berterimakasih karena mau membantu Iksan mengingat, tapi kenapa? Tidak seperti kau biasanya.."
"Aku memang ingin jadi pemimpin Hacim selanjutnya tapi aku tidak suka melawan orang yang lemah.."
"Dasar penggila pertarungan.!"
"Hehe..."
"Ngomong-ngomong selain Yuliana, Jeane dan kau juga bakal dihukum karena melanggar peraturan.."
"Heh?"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top