Part 13 | What's wrong boss?
Selamat berbuka puasa ❣
teruntuk kalian yang menunggu moment ini 💞
_________________________________
Siapa yang berhak disalahkan atas insiden kecanggungan flatmate sekarang?
Ari.
Ari si biang kerok pembuat masalah. Di saat lainnya cemas, dia cengegesan tanpa jelas di ruang tamu. Belum lagi dia masih memaksa seorang Boss Lee supaya tetap tinggal di flatmate.
“Pintu belakang, pintu belakang!” kata Jisoo memberi komando sama Yuta yang kelabakan setelah tahu ada boss mereka di sini. “Cepetan, cepetan!” Mereka berdua sedang merencanakan strategi dadakan mengusir Minhyun dari flatmate.
“Maaf banget, maaf banget.” Yuta merasa bersalah telah mengusir Minhyun dari flatmate. Mereka bisa saja menyembunyikan Minhyun di kamar, atau akting mereka satu flatmate, tapi ada Ari. Ari suka bablakan berbicara. Terpaksalah Minhyun pulang lewat pintu belakang. Yuta merasa bersalah apalagi Jisoo lebih bersalah, dia juga merasa tak enak sama boss-nya karena terjebak di flatmate. Gara-gara Ari semua jadi kacau.
“Kalian tuh ya, gemesin banget.” Jisoo masih memuji kedekatan mereka. Matanya berbinar-binar dengan gemas. “Salam perpisahan gitu doang? Aelah, cium kek, apa kek gitu.”
“Berisik, Jis!” ujar Yuta membungkam mulut Jisoo yang banyak bicara. Mereka masih malu-malu.
“Hati-hati, Ganteng!” Ini Jisoo mengantar kepulangan Minhyun sambil dadah sok cantik, sedang Yuta hanya tersenyum malu padanya. Setelah Minhyun pulang, Jisoo langsung menyenggol bahu Yuta dan menggodanya. “Cieee, blushing tuh pipi.”
“Apaan, sih!”
“Halah, sok-sokan malu.”
“Diem!”
“Cieeeeeeee.”
“Jisoo!”
“Cieee, cieeee, cieeee.” Jisoo memang paling suka begitu. Suatu hiburan menyenangkan apalagi saat melihat pipi teman blushing. Hiburan sekali, apakah kalian begitu juga?
Pada akhirnya mereka terjebak di suasana canggung, di antara empat orang saling duduk berhadapan dengan posisi Yuta satu sofa bersama Jisoo, sedang Taeyong satu sofa bersama Ari.
Krik krik krik krik
Ini sudah malam, Taeyong mau pulang, tapi gadis sebelahnya tidak mengizinkan pulang sebelum ikut main bersama mereka bertiga. Katanya, “Tiga kali permainan baru deh pulang.” Itu hanya alasan Ari supaya menahan kepulangan si Boss Lee.
“Teman kamu, tuh!”
“Teman kamu juga!” Sementara Yuta dan Jisoo saling menuding di tempat mereka. “Kasihan banget ekspresi si Boss,” gumam Jisoo prihatin melihat ekspresi Taeyong yang ngenes.
“Aku takut dipecat.”
“Segala dipecat, gajian aja belum,” balasnya sambil menoel pinggangnya. Yuta mengaduh geli dan hal itu menjadi perhatian Taeyong. Dari pertama tahu mereka satu flatmate, pikiran Taeyong langsung melayang ke mana-mana.
“Buruan kocok, ih! Nggak usah lama-lama!” Yuta menurut sebelum Ari mengomel. Tangannya mengocok kartu, mereka bertiga hampir tiap malam senang main kartu, dan berhubung Taeyong di sini, Ari mengajaknya ikut bermain.
“Boss tau mainnya gak?” Jisoo niat baik hati bertanya. Andai si boss belum tahu cara bermainnya, nanti dia akan menjelaskan. Tapi apa? Dia malah diabaikan olehnya. Astaga, salah apa dirinya.
Anda cuek, saya juga bisa, begitu pikir Jisoo.
Selama main kartu, tidak ada yang aneh, semua berjalan baik-baik. Taeyong yang tadinya kelihatan bego, lama-lama paham cara bermainnya. Sesi pertama as always Ari menang. Selain dijuluki angry bird, dia juga mendapatkan julukan 'Dewa Poker'. Saking jarangnya terkalahkan bermain poker. Yuta sama Jisoo sampai heran, kok bisa Ari menang terus sedang mereka kalah selalu.
Selama sesi kedua, Taeyong berdoa semoga dia bisa pulang cepat, sementara mereka bertiga sangat menjiwai peran masing-masing. Ari ketawa kencang merasa menang, sedang dua temannya itu marah-marah karena kalah.
“Fak!” Terhitung berapa kali Jisoo mengumpat? Dia benar-benar emosi. Taeyong sampai memicingkan mata dibikin heran dengan sikap sang sekretaris. Belum lagi ekspresi gadis itu serius, diikuti bibirnya komat-kamit merapalkan mantra, dan matanya melirik kanan kiri. “Yes! Yuta kamu penyelamatku!” serunya gembira begitu Yuta mengeluarkan kartu kecil dan Jisoo mengeluarkan kartu terakhirnya. Dia orang pertama yang menang sesi kedua.
“Makasih, Sayang!” Gadis Kim terlalu gembira sampai menciumi seluruh wajah Yuta. Dari pipi, kening, dan bibir terjadi berkali-kali sampai terdengar suara ‘emuah emuah emuah’ setelahnya memeluk temannya itu dari samping sambil tertawa senang.
What the fa—??!
Taeyong shock. Sempat berpikir matanya salah melihat. Di saat dia mendapatkan shock attack, mereka bertiga bersikap biasa saja, seolah hal itu sudah biasa baginya.
Jujurnya saja, hal itu merupakan pertama kalinya Taeyong melihat sang sekretaris tersenyum lebar tanpa ada ekspresi kesal. Benar-benar pure dia senyum.
Ekspresi Taeyong saat ini (O_O)
...
Dan besoknya Taeyong masih terpikirkan. Sampai dia menyerah berkutat dengan pikirannya, berujung meminta Jisoo untuk ke ruangannya.
Ketika gadis Kim telah berdiri sambil menunggu perintah, Taeyong tampak serius mengamatinya. Jisoo bingung dan merasa aneh diamati oleh bossnya. Pandangannya penuh menyelidik. Membuatnyaa memastikan sendiri bahwa hari ini dia tidak terlihat aneh—kalau berbicara soal dandanan sih, memang aneh—tapi pakaian kerja? Jangan salah, meski menjadi seorang Ugly Kim, dia menolak memakai pakaian aneh.
“Saya aneh ya, Boss?” Dia bertanya pada akhirnya.
“Selalu,” jawabnya.
Jisoo mencibir, “Udah tau aneh, ngapain dilihatin terus?”
“Kim, coba kamu senyum.”
“Hah?”
“Saya nggak mengharapkan respon ‘hah’, saya menyuruhmu senyum,” katanya.
Jisoo mendengus tapi dia tetap menyunggingkan senyum. Senyum paksaan bukan pure smile.
“Jelek.”
Astaga, apa tidak bisa komentarnya ditahan untuk diri sendiri saja? Mengapa harus diutarakan di depannya? Rese banget.
“Senyummu gak tulus, Kim. Ulangi lagi.”
“Itu udah—”
“Buruan, jangan buang-buang waktu!” potongnya cepat sambil memelototinya.
Jisoo mengumpat dalam hati. Dia mencoba tersenyum dan lagi, Taeyong mengomentari jelek. Dua kali komentar jelek it’s okay, no problem. Tapi komentar jelek itu terucap berulang begitu Jisoo tersenyum sesuai permintaannya.
“Saya minta kamu senyum bukan berekspresi jelek, Kim.”
“Saya sudah senyum, Boss. Lagian perintah Boss aneh!”
“Gak ada yang aneh sama perintah saya. Lakukan saja. Buat senyummu itu benar-benar tulus.”
“Tau, ah! Saya capek senyum.”
“Kim, saya belum menyuruhmu keluar!” teriaknya menahan.
“Bodo amat!” tukasnya hendak membuka pintu namun terdahului oleh Myungsoo. Dia tersenyum menyapanya saat tatapan mereka saling bertemu. Jisoo menggulum senyum membalas. Senyum yang benar-benar pure tanpa dipinta.
Taeyong melongo di tempat begitu melihat senyum sekretarisnya terlihat tulus untuk kakaknya. "Dasar ular!" desisnya, cukup keras hingga terdengar oleh mereka yang kompak menoleh dan menatapnya aneh.
Teruntuk kalian homophobiac maaf, saya hanya berfantasy soal MiYu untuk konsumsi wattpad, kalau gak suka tinggal skip saja hehe 🤘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top