OO. 18th March


𝙁𝙖𝙡𝙡𝙞𝙣' 𝙁𝙡𝙤𝙬𝙚𝙧
(舞い落ちる花びら)
⇄ ⊴ ▶ ⊵ ↺
2:56 ━━━━━━━━━●─── 3:29

❝𝐈'𝐦 𝐟𝐚𝐥𝐥𝐢𝐧' 𝐭𝐨 𝐲𝐨𝐮❞

• s p r i n g 's s y m p h o n y •

"Koga, lo bisa hubungin dia nggak?!"

Gue ngejauhin hape dari telinga gara-gara tu orang teriak keras banget di telpon.

Pagi-pagi gini udah teriak-teriak aja. Heran gue. Untung kakak kelas, kalo bukan udah gue sabet kali kepalanya.

"Lo mau gue ngehubungin siapa sih anjing?"

Gue duduk di sofa dan ngambil remot buat nyalain tv.

"HUBUNGIN CEWEK LO BEGO, KAYAKNYA DIA JADI BERANGKAT KE TEMPAT ITU."

"Gempa lanjutan akibat pergeseran lempeng tektonik di bawah laut sebesar 8 skala richter mengakibatkan gelombang setinggi 27 meter menghantam-PIP"

BUGH

Gue langsung matiin tv dan secara nggak sadar jatuh dari sofa.

Pikiran gue kosong.

Bangsat. Kenapa jadi kayak gini?

"BANGSAT!"

Gue matiin sambungan telpon gue, ngambil jaket dan sepatu asal, dan langsung pergi ke rumah cewek itu saat itu juga.

• s p r i n g 's s y m p h o n y •

Nggak ada.

Rumah dia sepi, kayak nggak berpenghuni. Nggak ada yang jawab juga padahal gue udah pencet bel beberapa kali.

Gue juga udah nyari di tempat-tempat yang sekiranya biasa dia datengin, tapi nggak ada juga.

Sebelum akhirnya gue tanpa sadar sampe ke taman itu.

Taman Sakuranomiya.

Seinget gue, dia kalo kabur selalu ke sini. Kenapa sih dia suka banget sama taman berbunga?

Waktu ngeliat bunga-bunga di sana udah pada mulai mekar, gue sempet ragu buat masuk.

Tapi mau gimana pun gue mau ketemu sama dia.

Nggak, gue harus ketemu sama dia.

Gue nggak peduli kali nafas gue mulai berat seiring gue masuk ke tempat yang banyak bunga itu.

"HATCHI-" Sialan, padahal ini belom waktunya hanami tapi kenapa udah banyak mekar sih?

Mata gue terfokus sama pohon gede yang ada di depan mata gue.

Ada orang di bawah sana.

Tapi bukan dia. Gue yakin itu bukan dia.

Orang itu laki-laki, tinggi tegap, rambutnya abu-abu gelap ikal. Dari pada mirip dia, orang itu...

Lebih mirip gue.

"Oh, dateng juga lo, padahal alergi serbuk bunga."

Gue bingung parah waktu orang itu ngomong gitu sambil ngadep ke gue. Gue noleh-noleh bentar buat mastiin kalo bener-bener gue yang diajak ngomong.

"Iya, gue ngomong sama lo." BUAGH

Dan gue ditonjok.

"APA-APAAN LO ANJING!" Gue narik kerah baju orang itu.

Padahal gue lagi mau fokus nyari dia, tapi gue malah ketemu orang yang ngajak berantem gini. Apes banget gue?

"Gue lagi nggak mau berantem sama orang, dan gue nggak tau lo punya masalah apa sama gue. Jadi lebih baik lo pergi sekarang-"

"18 Maret 20××, gue yang masih kelas 1 SMA dipaksa buat ikut kegiatan sosial. Gue awalnya kesel. Gue ada di kelas kejuruan idol tapi disuruh ikut begituan. Buat apa ya kan?"

Orang itu nyela omongan gue dengan cerita yang nggak asing di ingatan gue.

"Gue terpaksa ikut karna diancem pake nilai sikap, tapi ada sebuah kejadian tak terduga yang gue alami di sana. Di tempat pengungsian bencana longsor itu, gue ketemu seseorang yang rela bantuin anjing item kecil yang jatuh ke daerah yang agak curam, dan berakhir orang itu juga nggak bisa naik. Gue cuma bantu dia naik, tapi siapa sangka gue langsung ditembak di sana."

Itu mirip cerita gue, dua tahun lalu.

"Dari situ gue kira gue nggak akan ketemu sama cewek itu lagi, tapi gue salah. Ternyata dia temen dari temen gue dan akhirnya sering gabung kalo lagi main atau ada acara di luar sekolah."

"Dia cerewet parah, tapi dia nggak pernah cerita ke gue tentang kehidupan dia. Yang selalu dia bilang ke gue berulang kali cuma satu kalimat, 'gue suka sama lo'."

"Dan parahnya, kalimat itu terakhir kali gue denger setelah gue habis manggung deket sini. Waktu itu gue bilang kalo gue risih sama dia, padahal enggak. Sebenernya gue risih sama diri sendiri karna mesti dapet bantuan dari seorang cewek tapi gak pernah bisa gue bales."

"Gue marah sama dia yang nggak pernah terbuka sama gue. Padahal alasan dia nggak pernah terbuka sama gue adalah sikap kasar dan semua tolakan gue buat dia. Iya, gue bodoh banget memang."

Gue melepaskan tangan gue dari kerah baju dia dan melangkah mundur waktu gue liat mukanya yang semakin suram.

"18 Maret 20××, hari ini. Tepat 3 tahun sejak gue ketemu dia. Dia menjadi korban di tempat dia-"

BUGH

"CANDAAN LO GA LUCU BANGSAT!"

"Heh, hahaha." Orang itu ketawa miris. "Gue juga sampe sekarang berharap itu cuma candaan, tapi sayangnya bukan."

"Itu kenyataan yang gue alami di dunia gue, dan mungkin itu juga kenyataan yang bakal lo alami di dunia ini."

Hah?

"Gue ga paham maksud lo apaan, tapi gue percaya sama dia. Gue yakin cerita gue bakal beda sama lo."

"Hahaha, lo tau nggak? Dari 17 Oogami Koga yang gue temui, lo orang ke 18 yang ngomong gitu."

"Delapan belas?"

"Karena satunya gue." Orang itu menyodorkan tangannya ke gue. "Kita belom kenalan kan? Kenalin, gue Oogami Koga, tapi sepuluh taun lebih tua dari lo. HATCHI-"

"Sepuluh taun? Berarti lo dari-"

"Dari masa depan, tapi bukan masa depan lo. Lo tau kan legenda pohon ini?"

Gue ngangguk dan ikut ngeliat ke atas pohon yang orang itu tunjuk.

Kunci ruang dan waktu.

Itu legenda terkenal dari pohon dan taman ini.

"Maaf tadi gue nonjok lo, gue kesel aja yang kali ini juga nggak berhasil."

"Kali ini?"

"Gue udah 17 kali berusaha menghubungi lo lewat pohon ini, jadi total ada 17 ruang dan waktu yang udah coba gue ubah. Tapi semuanya gagal, endingnya selalu sama, kayak gue."

"Berarti lo ini lagi ngehubungin gue? Gue yang ke-18?"

"Nggak, buat ruang dan waktu yang ke-18, gue coba ngehubungin dia. Walopun cuma 5 hari, tapi dia berhasil buat seluruh kenangan gue kembali."

Lima hari... Oh, makanya belakangan ini dia sering ke bawah pohon ini.

"Ya... walopun endingnya sama lagi dan akhirnya gue berinisiatif buat nemuin lo yang ke-18 dan luapin emosi gue."

Orang itu duduk di tanah berumput, nepuk-nepuk tempat di sebelahnya, dan gue ikut duduk di situ.

"Memang banyak yang ga percaya sama legenda pohon ini, tapi gue pernah dikasih tau salah satu kunci buat bisa gunain kekuatan pohon ini. Penyesalan yang besar."

Penyesalan yang besar... apakah gue juga bisa gunain kekuatan pohon ini?

Penyesalan gue yang nggak bisa hentiin dia buat pergi-

"Penyesalan terbesar gue adalah gue yang belom sempet bilang kalo gue sayang sama dia." Lanjut orang itu.

Hah? Tapi-"... tapi gue udah bilang itu."

"HAH?! LO-" Orang itu kayaknya denger omongan gue, makanya dia keliatan kaget banget sampe lompat dikit.

"Kemaren malem, gue sempet bilang kalo gue-"

DRRTT DRRTT

Hng? Handphone gue geter-

INCOMING CALL

Si Bego

Accept || Decline

Mata gue melebar melihat nama kontak yang selalu gue tandain itu. Orang itu juga sama keliatannya kagetnya kek gue.

Buktinya sekarang dia cuma diem sambil melototin handphone gue.

Gue akhirnya memutuskan buat menjawab panggilan itu.

"Halo? Koga?"

Bener.

Bener suara dia yang gue denger sehari-hari.

"...halo?" Anjing suara gue jadi geter.

"Iya, halo? Sori gue ketiduran, lo kenapa miss call sebanyak ini? Gue ketinggalan sesuatu yang penting?"

"Lo... nggak jadi pergi?"

Sempet hening beberapa saat sebelum ada suara tawa yang sangat gue dambakan itu terdengar.

"Hahaha, kan lo yang ngelarang gue sampe segitunya? Jadinya gue nggak berangkat lah."

Mendengar itu, badan gue seketika lemes kayak jeli. Lega banget rasanya.

Tapi kayaknya, ada yang lebih lega dari gue...

"Halo? Ga percaya kalo gue nggak berangkat nih? Mau gue samper? Lo dimana? Gue dalam perjalanan mau ke taman Sakuranomiya sih ini."

Orang di sebelah gue ini ngeliatin gue telpon sambil natap gue dengan mata kosong tapi air matanya deres banget.

"Gue di taman Sakuranomiya."

"HAH? LO DI SANA? Anjir bawa obat alergi nggak? mau gue beliin-"

"Ga usah, langsung ke sini aja."

"Oke, gue tutup ya!"

Gue menutup panggilan yang barusan itu dan ngasih obat alergi gue ke orang di sebelah gue yang kayaknya udah mulai bengek.

"Gue ga bawa tisu, jadi jangan nangis pake muka gue sampe segitunya."

"Ahahaha, anjing lo." Katanya sambil ngambil obat yang gue sodorin dan ngelap air mata pake tangan.

"Gue ijin boleh?" Tanya orang itu lagi.

"Ijin apaan?"

"Gue, mau ketemu dia buat yang terakhir kali."

"KOGAAA!"

Gue menoleh ke belakang, ke arah suara melengking itu.

Bener aja, dia langsung nerjang dan ngerangkul badan gue dari belakang.

"Hehe, khawatir ya lo~ hm? Itu siapa?"

Gue ngeliat ke arah orang itu yang dari tadi masih natap gue kek lagi minta ijin.

Ya memang tadi minta ijin sih.

Gue melepas rangkulan cewek itu dan mendorong pelan badan kecilnya ke hadapan orang itu.

"Dia tamu, buat lo."

"Eh? Nyari saya kak-?"

Orang itu langsung memeluk cewek gue yang masih kebingungan.

Dia juga membisikkan sesuatu ke telinga cewek itu tapi masih cukup keras untuk gue denger.

"Makasih udah hidup, gue sayang lo."

"Heh?"

Setelah melepaskan pelukan, dia sekarang ngusap-ngusap kepalanya.

Sebenernya gue agak kesel liatnya, tapi kalo inget dia juga diri gue sendiri rasanya aneh.

"Jangan nungguin chat dari gue lagi ya."

"Heh? Ah-! Jadi-"

"Jadi gitu, jangan lupa bahagia, lo berdua. Gue pergi dulu."

Orang itu sempet boleh ke gue juga buat pamit dan gue bales ngangguk.

Dia pergi berjalan ke sisi lain dari pohon bunga sakura ini, tapi sebelum dia menghilang, cewek di sebelah gue ini udah teriak duluan.

"MAKASIH HACKER CUPU! Eh, maksud gue, MAKASIH KOGA!"

Hah? Bentar-

"KOK LO-?"

"Dia mirip banget sama lo soalnya."

Gue bingung, jelas, masa cuma gara-gara itu dia bisa tau?

"Tenang, gue cuma suka sama lo yang ini kok haha. Oiya selain lo Anzu sama anggota Undead yang lain banyak misscall gue ini kenapa deh,"

"Gue juga."

"Hah? Apa? Nggak kedenge-hmph!"







O̶o̶g̶a̶m̶i̶ ̶K̶o̶g̶a̶♡̶

𝘈𝘤𝘤𝘦𝘱𝘵 | 𝘋𝘦𝘤𝘭𝘪𝘯𝘦

| Hai

| Gue butuh bantuan lo

| Kalo ini nggak nyasar seharusnya
hari ini tanggal 13 Maret 202×
taman Sakuranomiya

| Bener?

| Tenang ini bukan sekedar chat
buat orang random

| Gue memang ngirim ini buat lo

| Tolong bantu gue
⌲ ʀᴇᴀᴅ
00:00 𝘈.𝘔.



• s p r i n g 's s y m p h o n y •



e n d.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top