O7. Rain
𝙁𝙖𝙡𝙡𝙞𝙣' 𝙁𝙡𝙤𝙬𝙚𝙧
(舞い落ちる花びら)
⇄ ⊴ ▶ ⊵ ↺
0:40 ━━━●───────── 3:29
❝Enduring the summer, getting wet with light rain❞
• s p r i n g 's s y m p h o n y •
"Yang kali ini lo bisa ikut kan?"
Seluruh tubuh gue menegang, jantung gue juga berdetak lebih cepat dari biasanya. Entah karna apa.
Sejak siang tadi, mulai saat si hacker aneh itu nggak bisa gue hubungin lagi, ada perasaan aneh dari dalam diri gue yang membuncah. Pikiran gue juga nggak bisa terfokus dalam hal-hal yang gue kerjakan.
Lalu sekarang di tengah malam, Yumi, temen gue di organisasi itu yang udah berangkat ke tempat kejadian mulai hari ini, menelpon gue dengan suara yang terdengar sangat kelelahan.
Gue sebenernya nggak tega, tapi...
"Emm sebenernya yang kali ini gue maunya nggak ikut."
Tak ada apapun dari seberang telepon. Gue cuma bisa dengar suara banyak orang yang sangat ramai samar-samar.
Gue pun memastikan sekali lagi, "halo?"
"Ah... lo nggak ikut ya..."
"Kenapa memangnya?"
"Sebenernya banyak yang nggak ikut juga kali ini, dari sekolah kita aja banyak yang nggak disetujuin orang tua. Banyak yang sibuk sama kegiatan lain juga."
Udah gue duga. Kayaknya gue harus pergi.
"Trus yang disini juga lagi kurang orang, lo nggak disetujuin orang tua juga?"
Gue ragu menjawab, "emm... nggak gitu sih tapi ya ada yang ngelarang gue."
Bener aja, setelah itu Yumi langsung meminta tolong dengan suara yang lebih pelan. "Bisa tolong pikirin lagi?"
"... oke."
"Makasih, makasiihh bangeett."
Setelah mengucapkan berulang kali terima kasih, Yumi akhirnya menutup sambungan telponnya.
Gue cuma busa menatap nanar layar handphone gue.
Gue harus apa?
• s p r i n g ' s s y m p h o n y •
Acaranya berlangsung meriah. Tapi seharian ini pikiran gue serasa menjelajah, nggak ada di sini.
"Ada apa?"
Gue langsung mendongak begitu mendengar suara yang nggak asing lagi di telinga gue. "Ada apa?" Tanya gue balik karna gue nggak ngerti maksdu pertanyaannya.
"Ya lo ada apa? Muka lo ga enak dari tadi."
"Oh..."
Gue... bingung mau jawab apa.
Apa baiknya gue bilang sama koga aja ya?
Tapi dia pasti ngelarang kan? Lagian awalnya dia juga yang ngelarang gue. Trus baru si hacker itu ikut-ikutan ngelar—
Yah, gue jadi inget tentang orang aneh itu lagi. Entah kenapa gue agak sedih waktu dia tiba-tiba ngilang.
Ngilangnya ninggalin pesan aneh lagi.
Jadi tambah kepikiran kan gue duh.
Yumi juga kedengarannya capek banget, grup chat relawan juga rame karna pada panik nyari orang tambahan.
"Woi! Malah ngelamun."
Gue tersentak dikit waktu dia menjentikkan jari tepat di depan mata gue. Maka dari itu gue buru-buru jawab, "Nggak ada apa-apa kok hahaha!."
Iya, kayaknya gue jangan cerita sekarang deh.
Apalagi mereka juga habis manggung, pasti capek, nanti gue cuma ngerusak mood dia. Udah bagus kakinya udah sembuh lagi dan bisa manggung.
"Kalo lo perlu bantuan—"
"Nggak! Nggak usah, ini nggak ada hubungannya sama lo kok."
Gue cepet-cepet mengambil kardus sisa tempat naruh nasi kotak buat gue kumpulin di belakang, tapi seiring gue bergerak gue jadi sadar akan sesuatu.
Koga masih berdiri diam di tempat dengan raut wajah yang lebih dingin dari biasanya.
Maksud gue, gue biasa liat dia marah. Tapi dia yang diem kek gini, jujur ini baru pertama kali.
"Koga?"
"Iya ya, nggak ada hubungannya sama gue." Katanya yang diakhiri dengan dengusan yang terdengar sangat sarkas di telinga gue.
Dia akhirnya berjalan dan melalui gue gitu aja.
Tapi gue masih tetep bisa denger.
"Buat apa juga gue peduli sama lo."
Gue masih tetep bisa denger kalimat itu yang membuat hati gue mencelos saat itu juga.
• s p r i n g ' s s y m p h o n y •
"Wanchan! Kenapa sih lo? Sepet banget tuh muka."
Gue dapat melihat keempat orang personel Undead di depan gue sedang sibuk menggoda Koga yang kelihatan bad mood dari tadi.
Iya, dari tadi.
Dari waktu gue ngomong sama dia tadi. Sejak itu dia bener-bener diem dan gue nggak tau harus ngomong apa.
Untungnya Sakuma-san ngide ngajak kami berlima nongkrong bentar di cafe. Sekalian perayaan berhasilnya live hari ini kalo kata Hakaze-san.
Maka dari itu kami berenam sekarang dalam perjalanan menuju sebuah cafe terdekat.
"Beneran deh, lo kenapa sih hari ini? Perasaan tadi pagi masih bae-bae aja. Cewek lo sampe lo anggurin gitu."
Semuanya pun noleh ke arah gue kecuali Koga dengan tatapan yang penuh tanda tanya. Masalahnya gue juga nggak tau, kayaknya sih gue salah ngomong tadi...
"Dia bukan cewek gue."
"Tapi bentar lagi kan? Lo nggak liat apa usaha dia buat dapetin lo?" Hakaze-san mengatakan itu sambil menyikut bahu koga dan memberi kode ke arah gue buat melakukan sesuatu.
Oke, yang utama sekarang gue harus ngembaliin mood Koga lebih dulu.
"I-iya, udah berapa tahun ya sejak gue mulai suka sama lo? Dua? Tapi tenang, sampe sekarang gue masih tetep suka—"
"Bisa nggak, lo nggak bercanda soal itu lagi?"
Hah?
Jujur, sekujur badan gue saat itu langsung beku di tempat. Jantung gue tuh udah kayak lepas turun ke tanah.
"Gue muak ya asal lo tau."
Muak. Dia bilang, muak.
Dia muak sama gue.
"Berhenti bercandain tentang perasaan, berhenti candaan tentang lo yang suka sama gue."
Candaan. Dia bilang itu candaan.
Dia nggak pernah nganggep perasaan gue lebih dari sebuah candaan.
"Oogami, lo udah kelewatan."
"Biarin."
"Biarin mata lo, jangan seenaknya ya lo—"
"Dia juga seenaknya main-main sama gue, gue juga bisa muak."
"Lo—"
Gue nggak bisa denger pasti. Semuanya terdengar samar-samar di telinga gue.
Gue nggak bisa merasakan apa-apa saat itu.
Ketika harapan gue udah mulai tinggi, di situlah gue jatuh. Dari tempat yang tinggi, gue kayak langsung dihempaskan gitu aja.
"Gue kira..."
Gue memberanikan diri untuk mengangkat wajah gue, walaupun badan gue udah mulai gemetar.
"Gue kira lo tau, kalo gue nggak pernah bercanda soal perasaan gue."
Gue bisa merasakan ada setetes air mata yang berasil lolos dari pelupuk mata gue.
Duh.
Malu banget gila.
Nangis diliatin banyak orang gini.
Apalagi gue nangis, tepat di depan orang yang nggak mau gue tunjukin sisi lemah gue.
"Kayaknya gue nggak ikut aja deh, maaf ya udah bikin moodnya rusak. Gue pamit pulang."
Gue langsung berbalik arah dan berlari secepat yang gue bisa. Walaupun gue sedikit merasa bersalah karena udah menyibak tangan anzu yang berusaha mencegah gue lari.
Saat ini gue cuma mau lari sejauh yang gue bisa.
Ke tempat dimana gue bisa—
Ah... taman sakuranomiya.
Pada akhirnya kaki gue, mengarahkan gue kembali ke sini.
Gue berjalan ke bawah pohon sakura yang udah nggak asing lagi bagi gue itu dan mengeluarkan handphone gue.
Dengan tangan yang masih bergetar hebat, gue mengetikkan beberapa kata dalam sebuah room chat.
Room chat penuh keanehan yang akhir-akhir ini mewarnai sedikit bagian dari hidup gue.
Berharap tidak banyak orang di sekitar sana,
gue menangis sejadi-jadinya di bawah pohon itu.
Hei |
Gue gagal |
Maafin gue |
𝘋𝘦𝘭𝘪𝘷𝘦𝘳𝘦𝘥 ✓
00:00 𝘈.𝘔.
—16 Maret
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top