πππππ
πΎπππππ | ππππΌππΌππΌ πππππ π ππΎ
βββββββββββββββββββ
Tokyo, Scepter 4 pukul 10:30.
Komputer mendata banyak lembar. Printer mencetak informasi. Berkas penting berserakan bagai tumpukan sampah saking rusuhnya para anggota kepolisian mengetik laporan.
Banyak orang berseragam berkeliaran ke sana kemari. Terdapat sebilah pedang terselip di ikat pinggang mereka, menandakan kesiapan bila terjadi marabahaya.
Di sanalah seorang lelaki ramping tengah duduk di kursi mewah. Suara pulpen menggores kertas memecah keheningan dalam ruangannya. Jemari lentik terus bergerak menandatangani file di hadapan.
Manik navy yang tersembunyi di balik bingkai kacamatanya terkesan misterius. Pemiliknya adalah sang suami; Munakata Reisi. Terkesan serius membaca per paragraf.
Nama mereka terbilang hampir sama. "Karena kami berjodoh. Ingat, yang mirip berarti sefrekuensi!" jawab keduanya saat diinterogasi.
Fokus Reisi tersadarkan bunyi ketukan pintu. Mengetahui seseorang datang, ia berujar, "Silahkan." Mungkin anak buahnya hendak memberikan sesuatu.
Perlahan muncul sosok mungil nan pendek yang amat familiar. "Permisi..." Intonasi manis terdengar. "Sayang?"
Tentu Reisi terkejut bukan main. Tidak disangka istrinya berkunjung ke kantornya! "Ada apa? Tumben sekali kau ke sini," tanya-nya sok jaga image.
"Uhm... aku sekarang mengerti kenapa kau sedih. Ternyata hari ini couple day... maaf, aku telat..."
Dehaman singkat menengahi pembicaraan mereka. "Ehem! Tidak apa. Salahku hanya memberikan kode, tetapi gengsi."
Hening sejenak.
"Apa kau ingin pergi menginap denganku suatu hari nanti?" Serempak mereka saling mengutarakan pendapat.
Ternyata,
Reisi mengangguk, menyetujuinya.
Semburat merah menghiasi pipi mereka. Bagai dimabukkan kasmaran, mereka malah malu. "Baiklah. Setelah kau pulang, kita diskusikan, ya!"
β°βββββββββββββββ
BαΊ‘n Δang Δα»c truyα»n trΓͺn: AzTruyen.Top